Protagonis

1.1K 72 10
                                    

Author POV

“Baiklah anak-anak hari ini kita akan belajar matematika. Apa kalian sudah punya bukunya? Kalau gitu bukan halaman 4.”

"Baik buu." Ucap seluruh anak kecuali Samael.

Tok tok tok

“Maaf bu... belum terlambat kan?”

Seorang wanita cantik berkata sambil menggenggam tangan anaknya.

“Ah... iya belum kok. Silahkan masuk” (Lia)

“Angga masuklah, belajar yang rajin ya... nanti pulang mamah jemput”

“Em! baik mah” (Angga)

Angga berperawakan anak yang tampan. Rambutnya hitam legam, mata coklat, kulitnya kecoklatan, dan dia memiliki garis rahang yang jelas.

“Angga silahkan duduk di sana, di samping Samael.” (Lia)

Angga berjalan menghampiri Samael dan langsung memperkenalkan diri.

“Emm... hai namaku Angga.” Ujarnya sambil mengajukan tangan.

“Namaku Samael.” Samael menanggapi tangan Angga.

“Angga buka buku matematika dan buka halaman 4.” (Lia)

“Baik bu” (Angga)

Pelajaran berlanjut sampai bel istirahat berbunyi.

Kring kring

•••••••••••••••••••••••••••••••••••

Samael POV

Aku tidak pergi ke kantin karena mamah membuatkan ku bekal.

Isinya ada nasi, ayam goreng, tempe, dan sayur. Juga ada buah pisang yang aku bawa.

Aku langsung memakan bekal ku dengan lahap. Karena memang masakan mamahku sangat enak.

“Em... Samael apa kamu tidak ke kantin? Aku belum hafal tata letak sekolah ini. Jadi ayo kita ke kantin bersama.” Ajak Angga.

“Apa kamu tidak melihat aku sudah membawa bekal? Tanya saja ke yang lain atau bu Lia, mereka akan menunjukkannya kepada mu.” (Samael)

“Y-yah... oke. Aku ke kantin dulu.” Jawab Angga agak gugup.

‘Alice apa Angga ini semacam protagonis? Entah mengapa aku merasakan ada hawa keberuntungan disekelilingnya.’

[Kamu benar tuan. Angga adalah protagonis sekolah ini. Itu mengapa terdapat aura keberuntungan disekitarnya. Tapi bagaimanapun itu tidak bisa dibandingkan denganmu yang memiliki keberuntungan tak terbatas.]

‘Hm... Kira-kira berapa keberuntungan yang dia miliki?’

[Dia memiliki 100 keberuntungan tuan. Tapi, itu akan bertambah seiring umur dan kejadian yang dia alami.]

‘Apa aku bisa mengambil auranya menjadi milikku?’

[Bisa tuan, apa kamu mau mengambilnya? Tapi itu tidak akan berdampak pada tuan. Itu hanya akan berdampak padanya.]

‘Tidak perlu nee-san. Jika dia memang menghalangi tujuanku, Aku hanya perlu menyiksa sedikit demi sedikit.’

blush

[Tu-tuan bodoh, me-mengapa kamu tiba-tiba memanggilku seperti itu? La-lagipula aku bukan nee-san mu.]

‘Hee... aku pikir Alice nee-san suka dipanggil seperti itu. Huhh.... sayang sekali padahal aku berharap mempunya nee-san’

[T-tidak tuan, bukan seperti itu. Hanya saja aku... a-aku... aku...]

Belum selesai [Alice] berbicara, Samael memotongnya.

‘Yah... tidak apa-apa Alice. Aku tidak ingin memaksamu. Kalau gitu aku cari nee-san baru saja deh’

[Tidak boleh! Po-pokoknya tidak boleh!]

‘Mengapa kamu melarang ku Alice? Aku hanya ingin memiliki nee-san’

[Ka-karena aku.. emm.... be-bersedia menjadi nee-san mu]

‘Benarkah? terima kasih Alice nee-san. Mulai sekarang aku akan memanggilmu nee-san setiap saat.’

[Umh i-iya tuan]

‘Hehehe sangat menyenangkan menggoda Alice’
(saking malunya sampe ga denger yang ini wkwk)

“U-umh Sa-samael apa kamu sudah selesai makan bekal mu?”

•••••••••••••••••••••••••••••••••••

Author POV

Tiba-tiba ada seorang gadis menghampiri meja Samael. Ada rona merah di pipinya saat berbicara dengan Samael.

“Eh? oh.. ya aku sudah selesai memakan bekal ku? ada apa dinda?”

Gadis kecil ini bernama Adinda Az-zahra. Dia memiliki rambut hitam se bahu, matanya berwarna hijau redup, tingginya agak pendek dibanding sebayanya. Walaupun masih kecil, Semua orang dapat melihat bahwa dia akan menjadi wanita yang sangat cantik dimasa depan.

“A-ada yang ingin aku bicarakan. Ini tentang...”

Kring kring

Belum selesai gadis itu berbicara, bel masuk sudah berbunyi.

“Dinda lebih baik kita nanti saja melanjutkannya. Sudah bel sebentar lagi pasti bu Lia masuk kelas.”

“U-umh baiklah Samael.”

Kelas pun berlanjut seperti biasanya. Ada yang serius mendengarkan guru, ada yang mengobrol, bahkan ada yang tidak peduli sama sekali terhadap kelasnya.

Kring kring

Bel pertanda selesainya sekolah sudah berbunyi. Para murid dan guru langsung bersiap untuk pulang.

“Baiklah anak-anak, jangan lupa kerjakan pr kalian. Besok akan ibu kumpulkan, mengerti?” (Lia)

"iya buu" (semua murid)

Samael dan yang lain langsung beranjak dari mejanya. Mereka semua ingin pulang dan bermain.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••

Adinda POV

‘Aku harus mengatakan ini sekarang ke Samael. Mumpung dia belum pulang.’

“Sa-samael apa kita bisa melanjutkan yang tadi?”

“Oh Dinda, aku kira kamu sudah lupa. Baiklah lanjutkan apa yang ingin kamu katakan” (Samael)

“Se-sebenarnya aku... aku... me-mencintaimu sa-Samael.”

•••••••••••••••••••••••••••••••••••

See you... jangan lupa vote & komen

bye bye

Reincarnator With Unlimited System PointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang