1

128 5 0
                                    

Pernikahan, ada yang terlihat manis namun ada juga yang terlihat hambar. Dan ini adalah kisah dimana kedua pasangan yang tak ada namanya cinta dalam kehidupan pernikahan mereka. Mereka menjalaninya hanya karena 'janji' dan permintaan orang tua masing-masing. Semua itu terjadi begitu saja.
.
.

Si istri sekarang sedang mendadani mukanya dengan alat-alat dandan yang dihiasi dengan merek-merek ternama. Perempuan itu menatap pantulan kaca berbentuk bundar yang ada dihadapannya. Cantik, seperti biasanya. Ia tersenyum dengan kemolekan-nya.

Clek

Pintu terbuka, seseorang membukanya. Dari pantulan kaca, si istri dapat melihat siapa yang berani masuk dalam kamarnya.

"Ayo turun, saya udah buat sarapan." Ucap seseorang yang tadi membuka pintu, si suami. Tubuh laki-laki itu dibalut dengan kaos berkerah berwarna abu-abu dan bagian bawahnya menggunakan celana berbahan kain yang panjangnya sampai ke lutut.

"Saya udah bilang kan, jangan masuk tanpa ketuk." Ucap si istri dengan nada jengkel. Berani-beraninya laki-laki itu masuk ke dalam kamarnya dengan tidak sopan.

Pasangan itu memang pisah ranjang bahkan berpisah kamar. Itu sudah terjadi saat mereka baru memulai kehidupan pernikahan.

"Maaf, Del, saya lupa." Ucap si suami dengan nada datar.

"Ran, bawain barang saya yang ada di atas kasur itu dan jangan lupa ambil mantel saya yang ada di toilet dekat wastafel warna coklat." Perintah Delina-si istri-dan setelahnya ia pergi kebawah menuju meja makan tanpa berucap terimakasih.

Ya, beginilah kehidupan rumah tangga mereka. Si suami yang selalu selalu diperintah dan si istri yang selalu memerintah.

Si suami hanya dapat menghela napasnya. Ia tak pernah menyangka pernikahannya akan seperti ini. Dalam lubuk hatinya, ia selalu bertanya, kenapa ia masih ingin mempertahankan pernikahan yang tidak terasa seperti layaknya kehidupan pernikahan ini?

Si suami segera ke toilet yang ada di kamar istrinya. Ia langsung menuju wastafel yang ada di kamar mandi, melihat adanya mantel kulit berwarna coklat, ia segera mengambil itu.

Namun, matanya menangkap sebuah tempat yang biasanya untuk menaruh lensa kontak. Ia bisa melihat isinya, itu adalah sebuah cincin. Laki-laki itu membuka tempat lensa kontak itu dan mengambil cincin yang ada di sana. Ia menggenggam erat benda berbentuk lingkaran itu. Hatinya selalu sakit saat melihat benda itu, entah karena sebuah kejadian dimana ia memasangkan cincin itu di jemari manis istrinya saat pernikahan mereka atau istrinya yang tak pernah lagi memakai cincin ini saat pernikahan mereka baru saja menginjak 1 hari.

Hatinya sakit, hingga rasa sakitnya sampai ke mata dan membuat linangan air keluar dari sana. Namun, sebuah bayangan seorang perempuan yang tersenyum manis menghampiri benaknya. Tidak, ia semakin merindukan sosok itu lagi.

***

"Aduh, macet banget sih Jakarta hari ini." Sungut kesal terdengar dari ruang sebelah dan tak lama munculah seseorang berkelamin laki-laki masuk ke dalam ruang makan dan sedang menenteng tas yang lumayan besar. Ia adalah asisten manajer Delina.

"Pantes lama, gue kira main dulu sama pacar baru lo itu." Sindir Delina. Memang beberapa hari lalu, manajernya itu pernah telat dan mengaku karena lagi 'bermain' bersama pacarnya.

Pria itu menggeleng "pacar gue dari lusa kemarin lagi ke Bandung sama temennya." Ucapnya dengan nada santai tanpa merasa tersindir dengan ucapan Delina. Ia mendudukan bokongnya di kursi persis di hadapan Delina. "Btw, suami lo udah berangkat?" Lanjutnya menanyai.

"Ini mau berangkat." Sahut seseorang yang menyela sebelum Delina menjawab. Dua orang yang sedang terduduk serempak menoleh ke arah suara. Pria itu adalah si suami yang sekarang sudah rapi dengan pakaian formal yang siap untuk bekerja.

Fantasy with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang