8

30 0 0
                                    

Keesokan harinya, Delina bangun dengan wajah yang segar. Ia memakai baju tanpa lengan berbahan satin warna coklat susu dan kaki jenjangnya dibalut celana bahan berwarna putih. Penampilannya terkesan elegan sekarang.

Ia menuruni tangga ke bawah, mencari-cari keberadaan suaminya. Akhir-akhir ini entah kenapa Randra sudah tidak lagi membangunkannya atau bahkan menyuruhnya turun untuk sarapan.

"Hai, Randra." Delina menyapa Randra yang sedang memakai arlojinya. Laki-laki itu mendongak setelahnya dan menampakan senyum.

Delina menatap Randra dengan muka yang tanpa ekspresi, tadi dia juga sempat menyapa senyuman Randra walau hanya setipis benang.

"Kamu udah mau berangkat?" Tanya Delina berbasa-basi.

"Hm? Oh iya, saya ada meeting proyek pagi ini." Jawab Randra lalu duduk di kursi meja makan.

Laki-laki itu memasak menu sederhana untuk sarapan kali ini, seperti nasi goreng dan telur mata sapi. Dan tak lupa ada seporsi piring yang tersisa, kalian pasti tahu itu untuk siapa.

Delina mengangguk-anggukan kepalanya menikmati sarapan yang dibuat Randra. Memang tidak perlu diragukan lagi masakannya, bahkan jika laki-laki itu mau membuka restoran, Delina yakin pasti akan ramai oleh pengunjung.

Informasi bagi kalian, perempuan itu sebenarnya tidak bisa memasak. Ia mungkin pernah memasak namun tak seenak punya Randra. Bahkan masuk kategori buruk. Masakannya pun hanya berupa olahan telur saat itu.

Ia dulu ingat sekali saat ART yang biasa memasakkan sarapan untuknya izin karena anaknya sakit diare. Saat itulah, Delina mencoba untuk memasak sarapannya sendiri.

Ia memasak hal sederhana seperti  telur goreng, tetapi telurnya gosong karena ia tidak tahu jika apinya terlalu besar.

Dan akhirnya Delina tidak akan pernah coba-coba memasak makanan lagi.

Drt drt

Bunyi getaran ponsel terdengar di telinga Randra dan Delina. Delina mendongak, karena ponselnya tidak pernah berada pada mode getar. Ia yakin itu ponselnya Randra.

Terlihat laki-laki yang tadi sedang mengunyah itu langsung mengambil ponselnya yang ia letakkan di saku celana depannya. Randra langsung mengangkatnya dan segera berdiri pergi menjauh dari Delina.

Delina yang sedang duduk menyantap nasi gorengnya menatap kepergian Randra yang sudah menempelkan ponselnya di telinga. Ia tidak tahu bahwa panggilan Randra akan sepenting itu sampai-sampai harus berdiri menjauh darinya. Ya sudahlah, mungkin memang penting sekali dan merupakan rahasia negara.

"Del, kamu gak apa-apa saya tinggal sendiri?"

Delina menatap diri Randra yang sudah kembali duduk di meja makan. Perempuan itu menaikan alisnya.

Perempuan itu mengangguk. Oke..., Delina kan memang sebelum menikah juga ia selalu sendirian di rumahnya. Ia tak masalah hanya kerena itu.

"Gak apa-apa." Jawab Delina dengan nada yang heran. "Berangkat aja kalau emang ada meeting pagi ini."

Randra mengangguk lalu membawa tas punggungnya. "Saya berangkat dulu ya, kalau Iyon udah dateng suruh aja makan dulu."

Randra kemudian berangkat tergesa-gesa. Delina sampai melongo dibuatnya. Jarang sekali Randra seperti ini, Ini mungkin yang pertama kalinya laki-laki itu berangkat dengan tergesa-gesa dan seperti dikejar waktu.

Hah, Delina tak mau ambil pusing dengan itu. Ia segera memakan lagi sarapannya.

Beruntungnya ia kemarin menggunakan waktu seharian di rumah dengan berbaring di atas kasur. Ternyata seenak itu bermalas-malasan, ia sangat jarang sekali menggunakan waktunya hanya untuk istirahat di tempat tidur. Mungkin lain kali jika ada waktu libur, ia akan seharian di kamar saja daripada berbelanja di mall ataupun pergi ke salon hanya untuk membuang-buang waktunya disana.

Fantasy with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang