M o t h e r

4K 543 38
                                    

Malam ini hujan deras kembali datang, membawa jerit dan tangisan tanpa henti.

melirih rintih Seakan meminta pengampunan, dengan tangan yang terus di kepalkan memohon atas kesalahan yang bahkan tak pernah ia lakukan.

"M- maafkan aku ibu, berhenti! aku takutt" raut wajah penuh ketakutan itu menatap wanita yang di anggap malaikatnya hancur berantakan dihadapan-nya.

" maafkan aku- jangan pukul aku lagi ibu. . Sakit" jeritnya bergetar penuh tangis ketakutan, sambil memundurkan badanya yang kesakitan perlahan.

Tetapi nafas penuh nafsu itu terus memburu, semakin membelenggu di tengah kalbu semakin membabi buta.

hingga tangisan-nya tak lagi bersuara dan nafasnya bahkan tak lagi berhembus, bersamaan redanya hujan di malam kelam.

hingga tangisan-nya tak lagi bersuara dan nafasnya bahkan tak lagi berhembus, bersamaan redanya hujan di malam kelam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

M o t h e r .

pagi hari ini jeno memutuskan untuk bersepeda, ototnya terasa kaku karena hanya berdiam diri di dalam rumah untuk waktu yang lama.

jeno mengayuh sepedanya di sekitar taman kota yang sering ia datangi bersama mark.
jujur saja ia sangat ingin bersepeda bersama dengan mark, tapi melihat keadaan-

sepertinya jeno harus mengubur harapanya dalam-dalam, karena mengingat mark yang bahkan tidak bisa menapak di atas tanah, apalagi menaiki sepedah?

tetapi tidak masalah, walaupun mark itu hantu setidaknya jeno bersyukur bisa bertemu mark sekarang, hari-harinya jadi sedikit penuh warna karena hantu bule itu.

'tunggu, apakah jeno mulai merindukan bocah bule itu sekarang?'

jeno menggelengkan kepalanya ribut, seakan mengusir fikiran aneh yang mulai menggangu fungsi otaknya.

"Haaahh.. otot-ku bekerja terlalu keras hari ini" ucap jeno sambil mengusap keringat yang membanjiri keningnya.

bersepeda selama setengah jam ternyata sedikit melelahkan, mungkin efek tidak berolahraga terlalu lama membuat jeno lebih mudah berkeringat dan kelelahan.

jeno akhirnya memutuskan untuk turun dan mendorong sepedahnya di perjalanan pulang, karena sepertinya kaki jeno sudah tidak sanggup untuk mengayuh sepeda-nya lebih lama lagi.

Namun di tengah perjalan menuju rumah, langkah jeno terhenti karena jalanan ramai oleh kerumunan orang juga nyala suara sirine mobil polisi, di depan rumah yang sudah di batasi oleh garis polisi.

"yatuhann, anak itu sungguh malang sekali!"

"bagaimana bisa ia membunuh putranya dengan sangat keji, wanita itu harus di hukum mati.. yatuhan aku merinding mendengarnya"

"padahal putranya sangat sopan dan menggemaskan, kenapa dia tega melakukan hal itu, yaampun malang sekali kau nak-"

banyak orang berkerumun di depan rumah yang di batasi garis polisi, membuat jeno sedikit penasaran kabarnya seorang ibu tega membunuh putra kecilnya dengan sepuluh tusukan pisau dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

banyak orang berkerumun di depan rumah yang di batasi garis polisi, membuat jeno sedikit penasaran kabarnya seorang ibu tega membunuh putra kecilnya dengan sepuluh tusukan pisau dapur.

jeno sempat melihat seorang wanita yang di bawa oleh pihak kepolisian, keluar dari pintu rumah tersebut dengan kepala yang menunduk.

sedangkan warga yang berkumpul sedang riuh berteriak sampai menggunjing wanita tersebut dengan makian dan kata kasar yang bahkan tak pantas di dengar.

"PERGI KE PENJARA, DASAR WANITA TAK PUNYA HATI!"

"DASAR PEMBUNUH- !!"

"KAU TAK PANTAS DI SEBUT IBU!"

"AKU HARAP KAU MEMBUSUK DI PENJARA WANITA IBLIS!!. ."

Di tengah teriakan yang ricuh, pandangan jeno teralihkan pada seorang anak lelaki yang sedang menangis di samping pagar rumahnya.

ia kebingungan 'kenapa ibunya di bawa pergi?'

'kenapa semua orang meneriaki ibunya?'

anak lelaki itu berfikir ibunya pasti ketakutan, dan mulai menangis dengan kencang karena merasa khawatir dan takut . .

"yoan ingin peluk ibu- hikss.. ibuu! paman jangan bawa ibuku pergi!!"
teriaknya tak di hiraukan, tetapi ia masih enggan untuk menurunkan suaranya yang semakin parau sambil mengejar mobil yang berjalan semakin kencang.

entahlah, jeno merasa seperti . .

sakit dan hancur.

jeno harus segera pergi dari sini
dan bergegas ke rumah secepatnya. sebelum hari mulai terik . .
dan sebelum ia menangis di hadapan orang banyak sekarang.





hai semuanya, jangan lupa vote, komen ya. .
biar nulisnya makin semangat jadi cepet up juga ceritanya, and i wanna ask something sebenernya-

menurut kalian aku mending lanjutin cerita ini atau enggak?
and- kalo kalian punya saran biar ceritanya makin asik dan peminat yang baca book ini bisa naik, lagsung dm aku ya! or comment

makasih semuanya, semoga kalian suka ceritanya <3

GHOST [MARKNO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang