10.

2.8K 246 101
                                    

Asahi sudah berada di luar apartemen Haruto, tetapi.. Mengapa disana banyak mobil polisi? Apakah adiknya itu membuat kesalahan yang fatal?

Asahi pun berbalik dan kembali kerumahnya. Ia kesini disuruh oleh mamanya, karena mamanya itu sangat sayang dengan Haruto dibanding Asahi.

Setelah Asahi sampai dirumah ia menemukan ibunya dengan kepala yang bersimbah darah dan pecahan kaca disekitar ibunya. Ia melihat kesofa ternyata itu semua adalah perlakuan papanya sendiri.

Sekarang yang Asahi lihat ada perempuan dengan baju kekurangan bahan disebelah papanya dan bergelayut manja. Emosi Asahi memuncak sudah tidak bisa dikontrol lagi, bisa-bisanya mamanya itu sedang sakit keras dia malah selingkuh dan melempar mangkok kaca dikepala istrinya sendiri.

ga waras - pikir Asahi.

Ia segera memukul papanya di leher dengan sapu teras , itu membuat papanya pingsan.

Selingkuhan papa itu lalu kaget dan menatap tajam Asahi.

"LO APA-APAAN SI?!"

"kenapa? itu bokap gue , jadi serah gue mau ngapain dia. Lo siapa hah tiba-tiba udah ada didalam keluarga gue yang harmonis?" Ucap Asahi menantang.

"Hah? Harmonis kata lo? Cih, papa lo udah cerita semua ke gue kaleee, dia tuh udah bosen sama mama lo yang penyakitan asal lo tau. Dan dia juga benci sama lo karena lo tuh anak pembawa sial."


"Lo pikir gue percaya? Sorry, gue ga sebodoh itu buat percaya sama omongan ular kaya lo! Dasar jala*g." Asahi pun segera meninggalkan rumahnya dan menggendong mamanya untuk diantar kerumah sakit terdekat.

Dia berharap bahwa ibunya itu tidak kenapa-kenapa. Misalnya ibunya itu meninggal, ia akan membunuh Haruto beserta papanya.

Asahi terus menerus berdoa. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya, ternyata itu teman seangkatannya yang jarang berinteraksi dengannya.

"Hey lo Asahi kan?"

"Iya, lo siapa?"

"Ohh gue Jaehyuk, temen seangkatan lo, beda kelas kita, salam kenal ya."

"Ohhh oke "

Canggung. Satu kata yang menjelaskan keadaan mereka berdua disana.

"eum... sahi? Lo mau jenguk siapa disini? maaf ya kalo lancang tanya kaya gitu, kalo misalnya ga mau jawab gapapa kok beneran!" Ucap Jaehyuk, padahal Asahi hanya menolehkan kepalanya dihadapannya.

Asahi tersenyum.

"Buset manis banget." - Batin Jaehyuk

"Gue lagi nunggu mama gue lagi diperiksa, kepalanya tadi kena lempar kaca gitu, dan yang ngelakuin lempar kaca itu adalah papa gue sendiri." Asahi menundukkan kepalanya lagi dan murung, Jaehyuk yang berada disitu sangat merasa bersalah.

"ah... Asahi sorry, gue turut berduka cita."

Asahi hanya diam, ia tidak bisa membendung air matanya kembali ia menangis deras. Jaehyuk yang merasa Asahi butuh senderan lantas ia memeluk Asahi dan menenangkannya.

•Obsession•

"Biarin mereka mati."

"Beneran? Kalo mereka mati, gue ga mau ikutan ya."

"ck iya dah, udah sono, pastiin semua mati, kalo ngga lo yang gue bunuh." Ucap Kalimat terakhir Haruto dan menutup telfonnya secara sepihak.

Haruto pun kembali kesofa dan melihat Jeongwoo tidur dengan kepala yang dibawah sofa dan kaki diatas sofa, posisi tidur Jeongwoo membuat Haruto panik, bisa-bisanya calon suaminya itu tidur seperti itu.

Ia segera menggendong Jeongwoo dan membawanya ke kamar dia.












































Keesokan paginya Haruto Bangun terlebih dahulu karena mendapati bahwa handphone nya berdering sangat kencang. Ia segera mengangkat telfonnya.

"Halo?" Suara serak dan berat Haruto sesaat mengangkat telepon.

"Hoy ini udah dead semua, mau dikubur sekarang  apa gimana? "

"Emang Udah pasti semuanya udah ga ada nafasnya?"

"Itu siapa tuh, yang terakhir dateng kesini selain kita, ada nafasnya sedikit."

"Oh, Haechan? keluarin aja, jangan bawa kerumah sakit."

"Oke."

"Abang aku kamu apain, Ruto?" Ucap tiba-tiba Jeongwoo yang sudah bangun disebelah Haruto.

Haruto panik.

"Engga, ga diapa-apain."

"Bohong! Jawab Jujur."

"Dibilang ga ngapa-ngapain juga."

"Jawab Jujur Haruto! Lo ga bisa seenaknya sama keluarga gue. Lo kalo mau apa-apain tuh Ke gue aja, keluarga gue jangan! Apa lagi Ayah sama Papih!"

"Gue mau ketemu ayah sama papih gue sekarang apa gue potong leher gue pake pisau kecil ini?" Lanjut ucapan Jeongwoo yang Haruto mau tidak mau harus menurutinya.

"Lo jangan kaya gini. Oke, kita ketemu orang tua lo."

Jeongwoo pun langsung bersiap. Setelah bersiap-siap, mereka segera menuju tempat penyekapan orang tua dan abang Jeongwoo.

Disana Jeongwoo melihat Orang tuanya seperti telah di mandikan, Juga sudah diberi jas dan dimasukkan dalam peti mati.

"AYAH, PAPIH!! HIKS, LO BUNUH ORANG TUA GUE HARUTO? JAWAB!" Ucap Jeongwoo Sembari memeluk jasad orang tuanya.

"Abang. Abang echan bangun!! Nanti siapa yang ngerusuhin aku lagi?? Hiks, abang!!"

"Lo bener-bener gila ruto! Lo... lo terlalu obsesi sama gue!"

"IYA! EMANG GUE TEROBSESI SAMA LO KARENA GUE CINTA DAN SAYANG SAMA LO LEBIH DARI SEORANG TEMAN!"

"Tapi lo ga gini juga, Ruto!"

"Kalo gue ngga gini, emang lo mau nerima gue?"

"Engga, ga akan gue Terima lo."

"Nah kan, berarti tindakan gue sekarang bener dong?" Ucap Haruto.

"Ruto, gue benci sama lo." Jeongwoo pun berlari keluar dari sana dan Haruto pun menyusul Jeongwoo.

•Obsession•

"Sahi maaf banget nih, adik gue udah siuman dan boleh pulang sekarang, gue tinggal gapapa kan?" Ucap Jaehyuk setelah menerima pesan dari ibunya.

Asahi menaikan alis sebelah. "Uhm..? Iya gapapa, makasih ya udah nemenin dari malam tadi sampai pagi ini."

Jaehyuk tersenyum.  "Iyaa sama-sama, itu kan gunanya seorang teman hehe. Gue do'ain nyokap lo bentar lagi siuman." Ucap Jaehyuk sembari mengelus kepala Asahi.

Asahi menganggukan kepalanya dan tersenyum balik ke Jaehyuk. "Iya Jae, semoga aja."

••••••••••••


Baiii (。’▽’。)♡

Obsession ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang