Menjadi wanita karir mungkin bukan mimpiku. Aku terlalu menikmati hidup dengan menonton film bersama sepupu, teman dan juga tetanggaku.
Namun pilihan berkarir tiba-tiba datang. Ya, rejeki memang datang dari arah yang tidak disangka-sangka.
Seperti i...
Sejak dulu, berpacaran bukanlah hal yang biasa di lingkungan keluargaku.
Aku ingat Abah dan Uyut gak segan-segan untuk menikahkan cucu-cucunya yang dikunjungi teman laki-laki. Jika beruntung, kita bisa melakukan backstreet dan membohongi orang tua kita dengan deklarasi hubungan yang sebatas "teman".
Kalaupun bisa berpacaran, kita hanya boleh melakukannya di rumah dan diawasi langsung oleh orang tua.
Mana ada orang yang nyaman jika segala gerak-gerik kita diawasi orang lain.
Jadilah aku yang saat itu cuma sibuk bekerja di perusahaan rokok milik Lim Seeng Tee, memilih nggak berpacaran.
Jika pagi hari aktivitasku cuma dihabiskan di pabrik rokok, maka malam hari aku bisa "berpesta" di bioskop yang lagi booming pada masanya. Di Surabaya bahkan jumlah bioskop yang dibuka sebanyak 50 gedung. Aku bisa berpindah dari satu bioskop ke bioskop lainnya dengan sepupu, teman, ataupun tetanggaku.
Seperti saat 10 Februari itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku tengah berada di Bioskop Capitol Theater bersama Lilik dan kekasihnya. Ya, aku hanya menemani temanku berpacaran. Kenapa aku mau? Sesimpel karena aku butuh hiburan dan aku adalah kunci paling mudah untuk teman baik yang juga saudara jauhku itu untuk bebas berpacaran.
Aku sibuk menikmati film ketika temanku sibuk berbisik dan mengobrolkan kegiatannya hari ini dengan pasangannya.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana aku akan berpacaran. Aku hanya ingin menikmati masa mudaku saat ini, berkencan dengan diri sendiri di bioskop.
