[5] Sweet Talks

31 5 2
                                    

"Mas, malam ini kita mau pergi ke bioskop mana?" tanyaku ketika suamiku keluar dari kamar mandi.

"Kamu pingin pergi ke bioskop mana?" dia malah bertanya balik kepadaku.

Sebenarnya hal-hal kecil seperti ini yang sering membuat aku lemah. John selalu memberikanku kesempatan untuk memilih.

"Hmm gimana kalau ke Surabaya Theater aja? Udah lama kan kita nggak kesana?" Aku coba memberi usul.

"Boleh" katanya singkat, padat, dan jelas.

Aku sudah biasa mendapat jawaban pendek-pendek seperti itu. Tapi tetap saja aku berdo'a dalam hati semoga anakku tidak irit bahkan hemat bicara seperti suamiku. Ternyata beberapa tahun kemudian aku baru tahu kalo anak keduaku mengikuti sifat-sifat dari Bapaknya. Baiklah sifat irit ngomong & cemburunya masih bisa aku tolerir.

John ini meskipun diam, tapi kalau sudah cemburu cukup menyeramkan. Pernah aku pulang bekerja bareng dengan teman sepabrik. Aku memang terbiasa berteman dengan siapa saja. Menurutku hal yang biasa kalau aku pergi bersama teman laki-lakiku. Akupun sudah bilang ke John dan dia yang setuju aku pulang bersama Rudi karena John sedang tidak bisa menjemputku.

Tapi ketika aku sampai di rumah, John malah mendiamkanku selama 2 hari. Kalau biasanya John menjawab satu kata, dia benar-benar bisu selama 2 hari penuh.

Aku yang nggak paham dan bingung dengan sikapnya yang kekanakan. Aku ini nggak pernah cemburu kalau dia bekerja untuk memotret artis atau model-model cantik asal Surabaya. Seharusnya wanita yang punya sifat pencemburu bukan? Tapi dalam rumah tanggaku malah berbalik.

Karena aku bingung dan didiamkan, aku memilih menghabiskan akhir pekan di rumah Ibu Mertuaku. Kami sibuk memasak kue-kue yang katanya bisa ditawarkan ke teman-teman arisannya. Aku jadi berpikir kenapa nggak coba buka usaha katering saja?

Sepulang dari rumah mertua, aku melihat suamiku di ruang tengah sambil mengecek kameranya. Aku memilih duduk di sampingnya sambil memperhatikan kegiatannya. Suamiku ini kalau sudah serius sama hobi fotografinya akan kelihatan tampan berkali-kali lipat.

 Suamiku ini kalau sudah serius sama hobi fotografinya akan kelihatan tampan berkali-kali lipat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa?" tanyanya.

"Hmm tadi aku habis dari rumah Ibu, terus bikin kue ini. Katanya mau dijual ke temen arisannya." Aku memilih menceritakan aktivitasku seperti sesi pillow talk kita selama ini. Karena suamiku cuma berdehem dan malas menanggapi, aku langsung mengajukan pertanyaan yang serius.

"Mas masih pingin aku gak kerja di pabrik lagi?" surprisingly suamiku yang saat itu serius sama kameranya, tiba-tiba menoleh ke arahku.

"Memang kamu mau?" tanyanya yang aku balas dengan anggukan.

"Ya aku mau, nanti aku buka usaha katering saja gapapa kan? Nama kateringnya pakai nama Ibu, soalnya Ibu yang udah ngasih aku ide kerja dari rumah." jawabku panjang lebar yang dihadiahi ciuman di pipi sama suamiku.

Kalian tahu.. suamiku ini mudah meleleh kalau sudah berhubungan dengan Ibunya, wanita nomor satunya. Rasanya memang dia nggak akan bisa lama-lama marah sama aku. Karena aku tahu cara menyentuh hatinya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

location : Surabaja / Surabaya

time : around 1980's

the story behind : my mom's early wedding life story

NON ORDINARY DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang