[4] We Made It

25 4 1
                                    

Finally John & I made it. We're married!!!

Bagaimana rasanya menikah sama calon adik ipar? Rasanya memang kurang nyaman di awal. Aku ingat saat Mas Soni pernah mengutarakan niatnya untuk menikah dengaku. Tapi sekarang hubunganku dengannya hanya sebatas saudara ipar.

Dulu Mas Soni membebaskan jika aku mau tetap bekerja. Tapi sekarang, laki-laki di depanku yang ternyata berbeda karakter dengan Mas Soni kurang setuju jika aku melanjutkan aktivitasku sebagai pegawai.

Suamiku ini laki-laki dengan pembawaan kalem, tidak banyak bicara, dan jangan lupakan wajahnya yang sama-sama rupawan dengan mantanku. Ya, mereka satu keluarga berasal dari persilangan gen Jawa dan Chinese. Karena pembawaannya yang tenang, aku jadi takut jika tidak menyetujui keinginannya. Jadi aku melakukan nego agar tetap bisa bekerja sampai aku hamil.

Dia kurang suka dengan negosiasi ini, alasannya karena persiapan pernikahanku yang agak sedikit berantakan karena aku masih sibuk dengan pekerjaanku. Bagaimana bisa aku menelantarkan pekerjaanku sedangkan aku sudah diangkat menjadi Mandor saat itu. Untungnya keluargaku mau membantu menjelaskan kenapa aku harus tetap bekerja sambil menyiapkan pernikahanku.

Oh ya tahukah kalian kalau Adik yang bekerja di studio yang sama dengan Mas Soni adalah John, suamiku. Aku yakin dia pasti jatuh cinta denganku saat aku berkunjung beberapa kali ke studio mereka.

Kalian harus tahu kenapa aku bisa lolos dan tetap bisa bekerja meskipun calon suami yang sekarang sudah jadi suamiku ngotot ingin aku berhenti bekerja.

Tentu saja aku pakai jalur mertua dong. Kebetulan Ibu Mertuaku sayang banget sama aku. Jadi aku izin ke Ibu Mertuaku kalau sebelum menikah, aku ingin mengikuti kursus memasak di toko kue Melly's yang cukup terkenal di Surabaya. Kenapa bisa terkenal? Usut punya usut ternyata guru masak yang juga chef disana sekolah di luar negeri. Beruntunglah aku yang bermodalkan sedikit tapi tetap bisa menerima ilmu setingkat internasional.

Selama kursus, aku tinggal membawa bahan masakan sesuai tema lalu pulang dengan catatan resep juga cara memasak dan makanan matang hasil kreasiku. Aku sering membawa masakanku ke Ibu Mertuaku. Terang saja aku bisa jadi menantu kesayangannya. Mengambil hati orang lain itu bisa dengan masakan.

Begitu pula dengan suamiku. Dia sempat nggak percaya saat aku bawa masakanku ke studio foto dan berhasil dihabiskan dalam waktu singkat.

Kalau ingat tahun pertama pernikahan kami habiskan dengan berpacaran sesuai dengan hobi kami. Pastinya kalau nggak pergi ke bioskop, ya suamiku sibuk mengabadikan kegiatanku dengan kamera kesayangannya. Manis sekali bukan pernikahan dengan laki-laki irit bicara satu ini? Atau ini hanya permulaan saja?

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

location : Surabaja / Surabaya

time : around 1980's

the story behind : my mom's early wedding life story

NON ORDINARY DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang