Well, ternyata bekerja dan bermain saja tidak cukup mewarnai hidupku. Aku yang baru memasuki awal usia 20 tahun-an, merasa penasaran bagaimana jika aku punya pacar. Toh teman-temanku banyak yang berpacaran.
So hari ini aku coba menerima perkenalan yang ditawarkan oleh teman dekatku. Katanya laki-laki ini cukup menarik, mengingat ada gen tionghoa yang tergambar di wajahnya. Aku ingat kata Lilik sebelum membiarkanku berduaan dengan Mas Soni.
"Mumpung dapet tangkapan bagus, Fir. Udah cakep, bening, kerjaannya photographer lagi." puji Lilik kala itu.
Aku setuju sama semua yang dibilang Lilik, toh memang laki-laki di hadapanku ini too good to be true buat perempuan biasa seperti aku.
Aku tidak cantik, bukan dari keluarga kaya, dan bekerja sebagai pegawai biasa. So, bisa dibilang aku beruntung karena Mas Soni, laki-laki yang bisa dikatakan overrated tapi mau jalan bahkan berkenalan dengan seorang Fira.
Begini kurang lebih percakapan diantara kami saat bertemu pertama kali di Jembatan Merah.
"Mas Soni memang selalu rapi begini ya?" Tanyaku membuka percapakan pertama kali.
"Eh? Pakaianku formal banget ya menurut kamu?" Jawabnya sambil mengernyit.
Aku tersenyum singkat melihat dia merasa salah kostum saat ini.
"Enggak kok Mas, cuma aku aja yang gak biasa pergi sama cowok pakai kemeja. Mas tau sendiri pacar Lilik kalo pergi cuma pakai kaos." Aku mencoba menyuarakan apa yang ada di kepalaku tentang cara berpakaian laki-laki di sekitarku.
"Ya kan dia udah laku, jadi nggak perlu berusaha lebih, Fir." Katanya malu-malu. Aku jadi gemes lihatnya. Kayaknya ini pengalaman pertamanya jalan bareng perempuan, selain Ibu dan Adiknya.
"Oh jadi lagi berusaha lebih ya Mas?" Godaku diikuti kekehan yang tidak bisa aku tahan lagi.
"Iya.. Jangan diketawain ya." Aku agak kaget saat tangannya menyentuh kepalaku sekilas saja. Rasanya aku ingin menyimpan ekspresinya dalam foto, betapa indahnya momen saat ini.
Ah rasanya aku ingin berdo'a untuk dijodohkan dengan laki-laki ini. Apalagi kalau ditatap dalam seperti malam ini.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
location : Surabaja / Surabaya
time : around 1980's
the story behind : my mom's teenage life
KAMU SEDANG MEMBACA
NON ORDINARY DESTINY
Literatura FemininaMenjadi wanita karir mungkin bukan mimpiku. Aku terlalu menikmati hidup dengan menonton film bersama sepupu, teman dan juga tetanggaku. Namun pilihan berkarir tiba-tiba datang. Ya, rejeki memang datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Seperti i...