Dinda melewatkan makan siangnya karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya, membuat sakit Maag Dinda kambuh. Apalagi setelah mempersiapkan acara Reuni Akbar, Dinda segera disibukkan dengan akreditasi sekolah. Dinda ingin segera minum sucralfat dan istirahat saat tiba di rumah. Dia tak punya kekuatan untuk menyapa sang mama atau asisten rumah tangganya. Kebiasaan yang sering dilakukan dinda ketika pulang bekerja. Dinda segera masuk ke kamar tanpa menimbulkan banyak suara. Dinda ingin menghindari sang Mama. Beberapa hari tak pernah menghabiskan waktu bersama Mama selalu sukses membuat sang Mama menumpahkan segala emosinya kepada Dinda. Karena hanya Dinda sajalah satu-satunya anak yang tak bisa memenuhi tuntutannya.
Dinda baru saja meletakkan totebagnya di meja kamarnya ketika Mama masuk tanpa basa-basi dan duduk di tempat tidur Dinda yang berseprei pink bergambar bunga-bunga, warna kesukaan Dinda. Dinda menghela nafas berat. Dia tak menyukai kehadiran Mama saat lelah dan perutnya terasa semakin perih. Karena pertemuan dengan sang mama hanya akan berujung pada pertengkaran. Sejak kecil Dinda selalu memiliki konflik dengan sang ibu dibandingkan dengan saudara-saudara Dinda yang lain.
"Kenapa beberapa hari ini kamu menghindari Mama?" Mama menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Dinda sibuk, Ma." Dinda duduk di kursi belajarnya dan memutarnya menghadap sang Mama. "Apakah Mama ada perlu dengan Dinda?"
"Sekarang Mama harus punya keperluan dulu hanya untuk bisa bicara sama kamu?" Mama mulai emosi. Sejak beberapa hari yang lalu Mama selalu berusaha mencari Dinda tetapi Dinda seperti menghilang. Berangkat terlalu pagi dan pulang menjelang malam. Dinda menjadi sibuk tanpa ada yang tahu apa kesibukannya diluar mengajar yang jam kerjanya sudah pasti.
"Bukan seperti itu, Ma." Dinda mencoba bersabar. Dia terus memengangi perutnya yang masih terasa perih. "Dinda sedang menyiapkan akreditasi sekolah karena itu Dinda selalu pulang malam. Mama bisa mengecek keberadaan dinda beberapa hari ini ke pihak sekolah."
"Tak bisakah kamu memiliki lebih banyak waktu luang. Mama ingin kamu kenalan dengan salah satu anak temen Mama." Mama mulai melunak setelah mengetahui alasan Dinda. Walaupun sebenarnya Dinda juga memiliki andil kesibukannya. Dinda ingin menghindari sang Mama karena tak suka selalu dirong-rong soal pernikahan.
"Lagi, Ma?" Dinda menatap Mamanya tak percaya. Dia ingin marah kepada sang mama tetapi langsung mengingatkan diri bahwa Mama adalah orang yang harus dihormatinya.
Baru sebulan yang lalu Dinda berkenalan dengan salah satu anak teman mamanya. Mereka sudah bertemu dan mencoba saling mengenal tetapi laki-laki tersebut ternyata sudah memiliki pacar yang sedang hamil. Mama langsung syok saat mengetahui hal tersebut dan melarang Dinda untuk bertemu dengan laki-laki itu lagi. Dinda sangat bersyukur dengan hal itu. Dari awal dia sudah tak menyukai calon yang dikenalkan sang Mama. Mereka rata-rata sama, tak memiliki kedewasaan dan selalu tumbuh dalam lindungan kedua orang tua yang mapan. Dinda ingin memiliki pendamping hidup yang bisa diandalkannya saat mereka terjatuh, bukan seseorang yang selalu mendapatkan juluran tali saat kapanpun membutuhkan pertolongan.
"Mama baru mengenalkanmu dengan beberapa anak teman Mama, Din." Mama tetep kekeh dengan keinginannya. "Sampai kapan kamu ingin melajang. Kamu sekarang sudah 26 tahun. Saat seumur kamu, Diana sudah memiliki Rafa dan David sudah bertunangan dengan Elen. Sebentar lagi Rena akan menikah. Dan kamu akan menjadi satu-satunya yang lajang dari sekian banyak teman kamu."
"Tak bisakah Mama membiarkan Dinda mencari pendamping hidup sendiri?"
"Mama tak pernah bisa mempercayai pilihan kamu. Mereka selalu orang-orang biasa yang selalu menginginkan kekayaan yang akan kamu dapatkan dari kami. Mama ingin kamu hidup bahagia tanpa perlu khawatir memikirkan materi."
"........." Dinda terdiam. Dia menarik nafas dalam untuk meringankan sakit di perutnya.
"Temen-temen kamu sudah menikah, bahkan sudah ada yang memiliki 2 orang anak. Sedangkan kamu pacar saja kamu tak punya, Din." Mama memaparkan fakta tentang Dinda. "Sylvie bahkan sudah memiliki putra berumur 7 tahun. Dan Mama tak suka jika Tiara selalu membanggakan menantu dan cucunya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Adinda dan Arjuna
RomantikAkankah cinta bisa menyatukan dua perbedaan? Adinda dan Arjuna adalah rival semasa sma. 9 tahun kemudian mereka bertemu kembali. akankah kebersamaan menumbuhkan benih- benih cinta dianta ra mereka berdua?