Bagian 7

9 0 0
                                    


Setelah kepergian Dinda, Juna mencoba kembali focus untuk menyelesaikan susunan acara yang harus segera dilaporkan kepada ketua panitia. Sesekali dia tersenyum sendiri setelah sadar bahwa sekarang dirinya sudah tak lagi sendiri. Dia sekarang sudah bersama dengan Dinda. Juna tak pernah menyangka dia akan dan bisa bersama dengan Dinda. Perempuan yang tak pernah bisa jangkaunya dan selalu menjadi rivalnya semasa SMA.

Juna merasa bahagia, tak ada kesombongan karena sudah bisa menjadikan Dinda sebagai pacarnya. Sedangkan utuk perasaannya pada Dinda, Juna belum tahu apa yang dirasakannya. Dia hanya tahu bahwa dia bahagia saat bersama dinda dan merasa nyaman. Rasa yang tak pernah dirasakannya bersama mantan-mantannya sebelumnya. Bahkan saat bersama Sylvie. Juna akan berusaha menjaga hubungan ini dan membuatnya berhasil. Dinda seperti gula dalam hidupnya yang masam, memberikan rasa manis dan kebahagiaan.

Setelah membiarkan Juna menunggu selama 2 jam pelajaran, Dinda mendatangi Juna ke ruang OSIS. Disana Juna sedang dikerubungi banyak murid-murid. Mereka sedang bercanda sambil berdiskusi. Dinda tak tega menghancurkan kebahagiaan murid-muridnya dengan membawa Juna pergi tetapi Dinda tak ingin Juna pulang terlalu sore. Dinda tak enak dengan keluarga Juna karena sudah memonopoli semua waktu Juna selama 2 hari ini.

"Maafkan Miss Dinda, anak-anak karena harus mengganggu kesenangan kalian. Miss Dinda harus menculik dokter Juna untuk makan siang," Ujar Dinda yang langsung ditatap Juna dengan senyum lebar.

"Yah Miss," seru murid-murid kecewa.

"Kita bisa lanjutkan diskusi lain kali saat saya mengunjungi sekolah kalian." Juna mengambil tas ranselnya dan berpamitan kepada murid-murid.

Setelah berdiskusi singkat akhirnya Juna memutuskan mengajak makan siang Dinda di kantin sekolah. Selain karena dekat, Juna juga ingin mengenang masa lalu. Murid-murid menyapa Dinda dan Juna dengan ramah saat mereka memasuki kantin sekolah. Dinda memilih meja dipojok kantin yang masih kosong dan Juna bersikap gentle dengan memesan makanan dan minuman mereka. Mereka bercakap-cakap santai tanpa menyinggung hubungan mereka yang baru. Juna sengaja tak ingin membahasnya di kantin untuk menjaga privasi dinda dan dinda menghargai kepekaan Juna.

"Kamu nggak lupa kan Din kalau udah jadi pacarku?" tanya Juna sebelum meninggalkan kantin. Awalnya Juna ingin menunggu Dinda sampai pulang sekolah tetapi karena Dinda masih harus membimbing ekstrakulikuler Sains, Juna tak memiliki kesabaran untuk menunggu sampai Dinda terbebas dari sekolah.

"Apakah aku tipe perempuan yang cepat melupakan sesuatu, Jun?" Dinda tak suka dengan pertanyaan Juna.

"Syukurlah." Juna tersenyum lebar. "Jangan sampai berubah pikiran, Din. Aku tak menerima penolakan. Dan karena hubungan ini terjadi karena kesepakatan bersama saat mengakhirinya atau memutuskan sesuatu juga harus dilakukan bersama."

"Siap Pak Dokter." Ujar Dinda lembut dengan senyum khasnya saat menyindir Juna.

"Nanti malam aku telpon," Janji Juna. "Met ngajar, Sayang."

"Udah sana pulang," ujar Dinda ketus tanpa bisa menghilangkan rasa panas dari wajahnya. Dia merasa tersipu dengan panggilan sayang yang diberikan Juna. Diumurnya yang sudah menginjak 26 tahun, Dinda seharusnya bisa bersikap lebih dewasa saat menjalin hubungan. Namun kenyataannya dinda tak bisa mengontrol hati dan perasaannya pada semua hal yang dilakukan Juna kepadanya. Dia kembali menjadi remaja kasmaran lagi. Walaupun hubungan mereka tak dimulai dengan kata cinta tapi Dinda tak bisa mencegah hatinya untuk merasa berbunga-bunga karena mendapatkan perhatian dari Juna. Satu-satunya pacar Dinda yang tak memiliki kepribadian serius seperti Dinda.

Perjalanan dari kota Magelang menuju rumah Juna terasa singkat. Dia tanpa sadar mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi sambil bersenandung, mengungkapkan isi hatinya. Dia ingin hubungannya bersama Dinda sebagai obat untuk ketakutannya yang tak berdasar. Juna menyesali waktu 9 tahunnya yang terbuang sia-sia tanpa mengenal sosok Dinda yang sesungguhnya. Sosok yang akan mengambil hatinya dengan mudah andaikan Juna tak memiliki ketakutan dengan komitmen. Dengan tekad kuat Juna akan membuat hubugan mereka berhasil dan membuat mereka berdua bahagia. lupakan masa lalu dan sambut masa depan yang penuh dengan kebahagiaan dan jalan terjal. Karena Juna tahu dirinya tak akan dengan mudah diterima keluarga Dinda yang menjadikan materi sebagai tolak ukur. Untuk Cinta Juna optimis perasaan itu akan tumbuh seiring berjalannya hubungan mereka melihat bagaimana dia merasa bahagia hanya dengan Dinda mau menajdi pacarnya dan bagaimana sikap Dinda yang bisa tersipu malu saat dia menunjukkan perhatian yang tulus dilakukannya dari hatinya.

Adinda dan ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang