bagian 4

17 2 0
                                    


Bulan ini Juna sudah menyelesaikan jam kerjanya di awal sampai pertengahan bulan membuatnya memiliki libur cukup panjang di akhir bulan. Rekan-rekannya sesame dokter rata-rata sudah berkeluarga atau sudah memiliki pacar sehingga Juna tak memiliki aktivitas di luar pekerjaannya bersama rekan-rekannya. Dia sudah sendiri cukup lama. Sekitar 1 tahun ini. Juna senang menghabiskan waktunya dengan Anjani adik perempuannya yang sekarang sedang menempuh pendidikan kedokteran. Namun karena Anjani sedang disibukkan dengan ujian semester, akhirnya Juna harus menghabiskan waktu liburnya dengan diam di rumah menunggu kedua orangtuanya pulang. Juna satu-satunya yang masih tinggal bersama orang tuanya. Kedua adiknya sedang menempuh pendidikan di universitas. Anjani sekarang kuliah di jogja mengambil kedokteran sedangkan Sena memilih kuliah di Jakarta mengambil jurusan IT. Anjani sering pulang ke Magelang saat memiliki waktu luang sedangkan Sena hanya pulang saat libur semester atau saat ada acara penting di rumah. Rumah terasa sepi tanpa kehadiran mereka.

Sang Ibu sudah mendesak Juna untuk segera mengakhiri masa lajangnya. Juna sudah berumur 27 tahun, memiliki pekerjaan yang mapan dan yang pasti Juna sudah bisa bersikap dewasa dan bertanggung jawab. Ibu merasa sedih melihat Juna menghabiskan waktu-waktu luangnya hanya untuk keluarganya dan beberapa teman masa kuliahnya yang tinggal di kota yang sama. Ibu ingin Juna segera membangun keluarga dan menemukan kebahagiannya sendiri.

Juna pernah menjalin hubungan beberapa kali selama masa kuliahnya setelah berpisah dari Sylvie tetapi hubungan itu tak pernah berhasil untuk Juna. Bukan karena Juna tak bisa melupakan cintanya untuk Sylvie tetapi karena Juna belum bisa menghilangkan bayang-banyang penghianatan Sylvie padanya. Andaikan Sylvie dulu memilih untuk mengakhiri hubungan mereka dengan baik-baik tanpa drama perselingkuhan, Juna pasti akan bisa menerimanya dengan mudah tanpa meninggalkan luka di hatinya. Juna masih merasa takut akan bertemu dengan Sylvie-Sylvie lain jika melihat bagaimana dia selalu tertarik dengan perempuan-perempuan yang mirip seperti Sylvie.

Kesendirian membuat Juna teringat dengan pertemuan-pertemuannya dengan Dinda akhir-akhir ini. Juna memiliki ketertarikan yang tak biasa dengan Dinda. Ketertarikan yang tak pernah dirasakan dengan perempuan manapun. Karena itu Juna selalu memungkiri bahwa ketertarikannya mengarah pada hal romantic. Walaupun beberapa kali Juna seperti pemuda kasmaran yang sedang merasakan indahnya cinta pertama, namun dilain hari Juna merasakan perasaan bangga dan senang karena bisa mengenal Dinda kembali tanpa rasa berdebar-debar dan panas dingin. Seperti saat dia menemukan teman-teman terbaiknya.

"Jun, kamu nggak makan siang?" suara ibu membuyarkan lamunan Juna. Juna bangun dari posisinya berbaring di amben di teras belakang rumah yang menghadap langsung kebun buah-buahan. Dia melihat Ibu masih mengenakan seragam dan berdiri di depan pintu.

"Juna belum lapar, Bu." Juna tersenyum senang, akhirnya orang tuanya kembali, membuatnya tak terlalu kesepian. Ibu menghampiri Juna dan duduk di samping Juna.

"Kapan kamu akan kasih ibu cucu, Jun?" Ibu bertanya dengan lembut.

"Doakan saja Juna cepet ketemu jodohnya, Bu." Juna menggenggam tangan Ibu. "Ibu masih inget Dinda nggak, temen SMA Juna?"

"Anak manis yang selalu jadi rival kamu di SMA?" tanya Ibu sambil mencoba mengingat-ingat. "Yang sering pinjem novel-novel trhiler di perpusda ya?"

"....." Juna mengangguk sambil mengingat Dinda. Ibu cukup mengenal Dinda karena Dinda salah satu siswa yang sering mengunjungi perpusda dimana Ibu Juna bekerja sebagai pustakawan. "Aku ketemu Dinda lagi, Bu. Sudah 9 tahun kami nggak ketemu. Ternyata dia perempuan yang baik dan menyenangkan."

"Apakah kamu akan menjalin hubungan dengan Dinda, Jun?" tanya Ibu tanpa menutupi rasa was-wasnya. "Dinda adalah teman Sylvie, mereka satu kelompok. Bagaimana pandangan teman-temannya yang lain jika kamu menjalin hubungan dengan Dinda? Kalian nggak akan bisa bahagia karena dibayang-bayangi Sylvie. Dinda juga memiliki kelas social yag berbeda dengan kita, apakah dia bisa memperlakukanmu dengan baik?"

Adinda dan ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang