Chapter_1 || Rutinitas Devian ||

262 40 175
                                    

"Selamat pagi cantiknya Raja!" ucap seorang cowok yang berdiri di depan pintu kelas XI IPA 1, menyambut kedatangan seorang siswi teladan kelas itu.

Gadis yang bernama Resya itu mendengkus kesal. Kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Minggir!" ucap gadis itu.

"Gak mau! Sebelum lo jawab dengan Selamat pagi juga gantengnya Eca!"

"Gak mau, Raja!"

"Yaudah," cowok itu bersedekap dada. Kemudian menatap gadis didepannya. Ingin sekali ia mencubit gemas pipi mantannya, namun ia sadar diri untuk tidak melakukan hal itu.

"Sana ke kelas! Bel bentar lagi masuk!" perintah Resya.

"Jawab dulu yang tadi!" rengek cowok itu seperti anak kecil.

"Selamat pagi gantengnya, Eca!" ucap Resya terpaksa. Tak lama senyum pun terbit dari bibir Raja.

Raja itu panggilan spesial dari Resya untuk mantannya. Lebih tepatnya panggilan saat mereka pacaran dulu.
Sedangkan teman-teman cowok itu memanggilnya dengan sebutan Devian.
Kalau Eca itu memang panggilan Resya dari kecil.

"Good girl!" Raja mengacak rambut mantannya gemas. Cowok itu berlalu menuju kelasnya.

"Dasar mantan aneh," gerutu Resya. Ada gak sih diluar sana punya mantan seperti Raja? Menyapa seperti masih pacaran. Suka hilang ingatan kalau realitanya sudah putus? Selain itu tukang maksa. Gak terima mantannya didekati cowok lain.

"Pagi, Ca!" sapa seorang cowok sambil menyunggingkan senyumnya. Dia, Ervan Rahadian Putra, ketua kelas XI IPA 1.

"Pagi, Ervan," jawab Resya.

"Gak mau masuk kelas?"

"Ini mau masuk."

"Yaudah yuk!" ajak cowok itu. Mereka pun duduk di mejanya masing-masing. Resya membuka tas ranselnya, kemudian mengeluarkan novel terbaru yang kemarin ia beli pas weekend.

"Pagi besti gue yang paling baik!" teriak seorang siswi saat duduk di kursi sebelah Resya.

"Pagi juga bestii," jawab Resya pada Winda Yasmita-- sahabatnya.

"Wih novel baru nih."

"Iya. Lo mau baca?"

"Lo kan tahu kalau gue gak suka baca buku. Gue lebih suka nonton drakor," jawab Winda.

Resya terkekeh, "Iya deh. Kan maksud gue kira aja lo mau baca soalnya ceritanya romantis."

"Gak ah males. Lihat bukunya aja udah ngehindar gue. Tebel gitu."

"Ih lo mah. Ini novel lebih tipis dari biasanya."

"Beda dua halaman aja," lanjut Resya yang langsung dihadiahi kepalan tangan dari Winda. Gak habis pikir, beda dua halaman doang katanya?

Obrolan mereka berhenti saat guru masuk di jam pelajaran pertama. Matematika, rasanya cukup oke kalau di jam pagi. Perut belum keroncongan, suasana masih kondusif dan cuaca masih sejuk. Jadi otak lebih fresh.

GAMONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang