Chapter_6 || Pengakuan ||

176 17 72
                                    

"Sarapan dulu, sayang," ucap Elisa saat Resya keluar dari kamarnya. Gadis itu mengangguk dan mendudukkan dirinya kursi.

Pagi ini Mamanya sudah rapi karena akan pergi ke toko kue, semalam ada pesanan masuk yang lumayan banyak untuk diantar sore ini.

"Sayang sarapannya pake roti gak papa? Mama buru-buru mau ke toko jadi gak sempat masak."

"Gak apa-apa, Ma."

Resya mengambil roti yang sudah diisi keju dan susu tak lupa dengan secangkir susu coklat kesukaannya.

"Mama berangkat sekarang ya?"

"Mama gak sarapan?"

"Tadi udah sayang. Mama pergi dulu yaa, hati-hati ke sekolahnya."

"Oke, Ma."

Elisa pun pergi dengan membawa mobil sendiri, sedangkan Resya menikmati sarapannya dengan tenang. Seketika mata Resya melotot saat mendapat pesan tak terduga dari seseorang.

Buru-buru Resya membuka pintu rumahnya. Kemudian pergi ke teras samping untuk melihat ke taman. Benar, Raja sudah duduk di sana. Cowok itu terlihat keren dengan balutan jaket yang membungkus tubuhnya. Bahkan jaket itu sering dipakai Resya kalau kehujanan di jalan. Raja yang memaksa memakainya.

"Raja?"

"Udah siap?"

"Lo udah sarapan?"

"Belum, nanti aja di kantin."

"Udah, bareng aja. Tapi cuma pake roti, Mama gak masak hari ini."

"Yaudah deh."

Raja mengikuti langkah mantannya di belakang. Setelah sebulan tidak memasuki rumah gadis itu, sekarang ia kembali lagi untuk merasakan suasananya. Suasana sunyi, karena Resya tinggal berdua bersama Mamanya. Tidak ada pembantu, dan tidak ada security di rumahnya. Maklum rumah kecil sederhana di komplek perumahan Hijau Asri. Berbeda dengan rumah Raja yang bak istana, gerbang depan dijaga oleh security.

Resya mengambil roti tawar kemudian ditambahi dengan keju serta susu, gadis itu mengambil gelas dan menyeduh susu coklat. Raja terus memperhatikan gadis itu dengan lekat. Andai mereka hidup bersama, beginikah rasanya dilayani oleh Resya?

"Udah cocok, Ca."

"Hah?"

"Udah cocok jadi istri gue."

"Rajaaaa!"

"Hahah."

"Dimakan, Ja."

"Makasih, sayang."

"Ca, ini gue ngerasa lagi dilayani sama istri," celetuk Raja yang langsung mendapat cubitan dari Resya.

"Sakit, Ca."

"Salah siapa nyebelin!"

"Lo lucu kalau lagi marah."

Setelah sarapan keduanya pun bersiap untuk berangkat ke sekolah. Raja langsung mengambil alih helm dan memakaikannya di kepala Resya. Tangan kekarnya dengan lembut membenarkan rambut Resya yang menghalangi wajah gadis itu.

GAMONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang