Acara malam ini berjalan sangat lancar, dan tentu saja Zhen memperkenalkan Ashley ke setiap teman dan rekan bisnis keluarga. Mereka yang melihat itu mengerti tindakan pria yang di juluki si Putra Mahkotanya Negara A, yaitu ingin membuat agar semua tidak menganggap remeh wanita kedua yang baru ditemukan.
" Wow Putra Mahkota kita, semakin lama semakin tampan saja." Ujar pria bermata biru cerah itu dengan nada bercanda.
" Ha..ha..ha..apa kau masih tidak melupakanku di malam itu Ric?" Balas Zhen dengan godanya, yang membuat lelaki bernama Ricky itu menjadi salah tingkah.
" Oh God, Rick tingkah mu seperti gadis perawan saja." Ejek pria berambut hitam kelam.
Ucapan pria itu membuat semua para tuan muda dan nona muda di situ tertawa terbahak bahak. Sudah biasa jika mereka berdua selalu saja saking ejek mengejek.
" C' mon guys, lihat ini ada gadis kecil di sini." Lerai seorang nona muda dengan perawakan yang cantik dan anggun.
Kemudian mereka semua melihat Ashley dengan Pandangan yang sulit diartikan.
" Woww you are beautiful baby." Ucap Steve, pria berambut hitam tadi dengan mencium punggung tangan Ashley.
Ashley yang di perlakukan seperti itu menjadi kaku.
" Ck, jangan menggoda adik ku Steve." Ucap Zhen memperingati, ia sudah tahu tabiat sahabatnya itu.
" Ok..ok..ok."
" Ash, mereka berlima adalah sahabat kakak."
" Hai cantik, nama kakak Steve Harrison, jika ada apa apa, call me." Ucapnya memperkenalkan diri,tidak lupa dengan gaya nakalnya itu.
" Hai, nama kakak Titania Long. Semoga kita menjadi akrab ya manis.
" Hai, nama kakak Ricky Ardisson, manggil sayang juga boleh." Ucapnya dengan mengedipkan sebelah mata nya.
" Albert Constantine." Ucapnya singkat dengan nada yang sedikit dingin dan terasing.
" Hai, nama kakak Austin Ardolph, jangan di ambil hati ok, dia memang seperti itu." Ucapnya ramah.
Ashley hanya menganggukkan kepalanya, sepertinya yang terlihat normal hanya kak Austin dan Kak Titania batinnya. Sebenarnya dia sedikit takut kepada pria yang bernama Albert itu, matanya yang tajam siap untuk menyayat tubuhnya itu.
Zhen yang merasakan adiknya tak nyaman itu, langsung mengusap punggung adiknya pelan. Ia tahu bahwa adiknya masih canggung apalagi mendapatkan tatapan galak dari salah satu sahabatnya itu.
" Ash, tenang saja, ada kakak di sini." Ucap Zhen dengan menenangkan.
" Keponakanku yang paling tampan, kemari lah." Ucap suara seorang pria paruh baya itu dengan semangat tanpa malu jika ada banyak pasang mata yang menatapnya.
" Pamanmu tak pernah berubah Zhen Ge." Ucap Titania dengan nada mengejek. Wanita asia ini selalu bicara terus terang tanpa memperhatikan tanggapan dari lawan bicaranya itu.
" Ayolah Titania sayang, itu sudah hal biasa, ha..ha...ha." Ucap Steve, semua orang tahu apalagi di kalangan atas bahwa mereka adalah sepasang kekasih tapi jika dilihat lebih dalam lagi, sepertinya hanya Steve yang terlalu dalam mencintai sedangkan Titania hanya biasa saja, dia terkenal dengan sifat cueknya itu.
" Ya sudah aku pergi dulu, Ash, kau di sini dulu bersama mereka ya, nanti kakak akan kembali lagi hmm."
" Iya kakak."
" Tapi jika kau bosan temui kak Bea ok."
" Ya kak."
Setelah mengatakan itu, Zhen langsung menuju ke arah Paman dari pihak mamanya itu.
" Paman Et."
" Oh keponakanku, akhirnya kau datang, sini sini Paman memiliki kabar bahagia untukmu itu."
" Ya."
" Paman sudah menemukannya."
Kata menemukan itu langsung membuat Zhen yang tadinya santai menjadi serius, aura nya pun langsung berganti sedikit kuat.
Pria yang dipanggil Paman Et itu hanya diam. Ia tahu respon macam apa yang di keluarga keponakan tersayang nya itu. Untung hanya mereka berdua saja yang di sini, jika tidak sudah di pastikan mereka akan langsung pingsan.
" Turunkan auramu itu keponakanku."
Setelah mendengar perkataan pamannya, Zhen langsung kembali seperti semua, menjadi pria mulia yang ramah dan santai.
" Jadi, di mana?". Tanyanya dengan memainkan cincin hitam bermotif naga itu.
" Ini." Ucap Ethan, dengan menyerahkan selembar kertas.
Di tatapnya kertas itu dengan datar oleh Zhen. Tidak tahu apa yang dipikirkan nya saat ini.
" Terimakasih Paman, Zhen pergi dulu."
" Tunggu keponakanku, ini..bawa ini bersamamu." Ucap Ethan dengan menyerahkan sebuah kalung sederhana.
" Ya, terimakasih Paman." Ucap Zhen dan langsung melenggang pergi.
" Anak itu, tidak berubah." Lirih Ethan seraya menatap punggung keponakannya itu dengan sendu. Ia tahu lika liku kehidupan keponakannya itu. Ditinggal pergi oleh ibunya, dan harus bersikap dewasa untuk menanggung beban dua keluarga, bahkan ia sebagai paman tidak banyak membantunya. Jika waktu bisa diputar kembali, lebih baik ia mewarisi usaha keluarganya itu daripada di bebankan kepada keponakannya itu. Tapi nasi sudah menjadi bubur, seperti kata pepatah, sudah tidak bisa meratapi penyesalan, karena semua telah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Pahlawan Bagi Pakan Meriam
Разное" Selamat datang Tuan rumah." " En, apa misi kali ini?". " Jadilah pahlawan di setiap cerita." " En." " Tuan, jangan terlalu dingin." " Apa kau takut?". " Tentu tidak Tuan." " Benarkah?".