30 menit mereka bercumbu dan hanya ada suara desahan yang terdengar. Setelah itu Zhen melepaskan ciuman itu lalu mengusap lembut bibir Albert yang telah membengkak.
" Oh, kau membuatku mabuk Al." Ucap Zhen dengan membenahi lagi kemeja milik Albert.
Albert hanya diam dan menyembunyikan wajahnya di tengkuk leher sang kekasih.
" Selesai, ayo pergi." Ucap Zhen dengan memegang tangan Albert menuju mobil yang telah di siapkan.
Selama perjalanan Zhen fokus dengan laporan yang diberikan oleh Zack semalam. Sedangkan Albert fokus dengan hasil presentasi perusahaannya itu.
" Apa kau ingin bermain sebentar Al?" Tanya Zhen dengan seringainya itu yang semakin membuatnya mempesona.
Albert yang mendengarnya pun tersenyum tanda mengiyakan. Sudah lama ia bosan dengan arogansi mereka. Mereka juga yang telah membuangnya bahkan membuatnya memilih mati daripada hidup.
" Tenang saja Al hari ini kau bebas melakukan apapun, aku akan selalu mendukungmu." Ucap Zhen dengan memegang tangan Albert.
Albert yang di perlakukan seperti itu sangat senang bahwa masih ada yang menginginkannya dan menyayanginya itu.
" Ya, Xu."
Setelah itu mereka kembali ke dunia mereka masing masing, akhirnya mereka sampai juga selama menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam, letak nya memang jauh dari kota lebih ke pinggiran kota dan merupakan desa yang terbuang.
Keluar dari mobil, Zhen langsung di sambut oleh beberapa anggotanya.
" Tuan."
" Dimana dia?" Tanya Zhen tak sabar.
" Mari Tuan."
Tanpa menunggu lama Zhen, langsung lari menuju ke dalam rumah kecil itu tanpa memperdulikan bahwa masih ada Albert di sampingnya. Albert yang melihat itu pun hanya diam dan mengepalkan tangannya, sudah biasa jika pria yang ia cintai akan meninggalkan nya ketika menyangkut wanita itu apalagi ada satu orang lagi yang pasti akan membuatnya dan Zhen merasakan adanya jarak.
Di dalam sebuah ruang, terdapat seorang wanita lemah tapi masih tak menghilangkan kecantikannya itu. Wanita itu sedang duduk di sofa panjang dengan wajah yang lelah dan menahan sakit, di samping wanita itu terdapat seorang anak kecil berjenis kelamin laki laki berusia sekitar tiga tahun sedang tertidur.
" Jas." Ucap Zhen sekali masuk ke dalam sebuah ruangan kecik dan sedikit remang.
Wanita tadi yang merasa dipanggil seketika menoleh dan melihat dia yang diinginkan datang.
" Zhen."
" Sudah jangan bergerak, aku di sini." Ucap Zhen yang langsung menghampiri wanita itu seraya memeluk pelan wanita itu.
" Dia?"
" Ya Zhen, putra yang di tunggu tunggu."
" Be..benarkah, Jas, kau benar benar, bukan kah sudah kubilang, kesehatanmu jauh lebih utama dan Jas..."
Sebelum Zhen selesai bicara, wanita itu langsung menghentikan ucapan Zhen dengan jari telunjuknya. Wanita itu mengelus pipi Zhen lembut
" Kau sudah dewasa Zhen, aku bangga padamu."
" Ck, selalu saja Seperti itu." Ucap Zhen kesal tapi masih memeluk wanita itu serta mengusap anak kecil yang berada dipangkuan wanita itu.
Zhen dengan perlahan mengangkat anak itu untuk di bawa masuk ke kamar. Setelah itu ia keluar dan langsung memeluk wanita itu dengan erat.
" Kau..hiks...membuat khawatir Jasmine, kau..hiks...kenapa..hiks."
Untuk pertama kalinya mereka melihat Tuan mereka seperti ini, mereka sebenarnya sangat terkejut, Tuan mereka yang terkenal tenang dan kejam, menangis di pelukan seorang wanita. Seperti seorang pria yang takut kehilangan wanita yang ia cintai. Begitu juga dengan Albert, ini kedua kalinya ia melihat pria yang dicintai itu menangis seperti itu, ia juga merasa sakit sangat sakit, ia tahu pria itu yang senang sekali tersenyum dan ramah masih memiliki sisi yang menyedihkan jika dipikirkan lagi mungkin dia masih sedikit beruntung dari pada pria itu, karena ia tahu sulit sekali mencapai posisi tinggi di usia muda bahkan mungkin masih dibawah umur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Pahlawan Bagi Pakan Meriam
Diversos" Selamat datang Tuan rumah." " En, apa misi kali ini?". " Jadilah pahlawan di setiap cerita." " En." " Tuan, jangan terlalu dingin." " Apa kau takut?". " Tentu tidak Tuan." " Benarkah?".