0.1

148 26 0
                                    

Thank you buat yg sudah read dan vote chapter 0

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thank you buat yg sudah read dan vote chapter 0.1! Semoga chapter ini tidak mengecewakan kalian :)

—————

Minji mempercepat langkah kakinya, memeluk erat tote bag kesayangannya dengan harapan bisa cepat sampai tujuan.

"Kenapa cepat-cepat begitu, cantik? Aku tidak bermaksud jahat, kok."

Karena kau bicara begitu aku jadi semakin yakin niatmu buruk! Gerutunya dalam hati.

Ia menyesalkan keputusan hari ini untuk mengambil lembur hingga malam dan menutup kafe. Jika saja ia tidak sangat membutuhkan uang tambahan, ia akan memilih untuk bekerja sesuai shift-nya. Ini sudah jam 10 malam dan meskipun halte bus sudah terlihat, rasanya seperti sangat jauh karena ulah pria hidung belang yang sudah mengikutinya sejak 15 menit yang lalu.

"Hei!" Tiba-tiba saja tubuh Minji dipaksa berputar, menghadap pria yang berusaha ia hindari sedari tadi. "Kau sangat tidak sopan rupanya, ya?"

Minji menarik tangannya, namun genggaman pria ini lebih kuat. "Lepaskan, atau aku akan berteriak." Ancamnya, semaksimal mungkin berusaha terlihat galak dan berani.

Pria itu terkekeh mengejek. "Lihat sekitarmu, mereka tidak ada yang peduli. Hanya aku yang peduli padamu, sayang." Lidah menjulur, menjilati bibir bawahnya sendiri. Rasa jijik memenuhi diri Minji saat pria di hadapannya melihat dirinya dari atas kebawah dengan ekspresi yang ingin ia lupakan seumur hidup. "Lagipula, bukankah kau berpakaian seperti ini untuk dinikmati?"

"Kau—"

Sebuah tangan menepis tangan pria itu dan menarik Minji ke belakang punggungnya. Ia melirik keatas untuk melihat siapa yang membantunya, seorang pria berambut coklat dengan suara yang ia kenal.

"Rendah sekali kau melakukan pelecehan seperti ini."

Pria itu mendengus, tidak senang dengan pengganggu ini. "Siapa kau? Sana pergi dasar bocah!"

"Aku tunangannya! Sebaiknya kau pergi sebelum tanganku melandai di wajahmu yang tidak seberapa itu."

Minji menarik kemeja pria ini, menentang adanya perkelahian di tempat umum. Tangannya menggenggam lebih erat tangan penyelamatnya, berharap pria ini bisa membawanya pergi segera dari sana.

"Kau beruntung, dasar jalang." Ujar pria itu dengan kesal lalu beranjak pergi.

Pria yang tengah melindunginya ini pun berbalik, memegang kedua pundak Minji dengan perhatian.

"Hei, kau baik-baik saja?"

Minji menatap kedua mata yang sangat familiar didepannya. Mereka menyiratkan kekhawatiran, namun Minji menyukai bagaimana kedua mata itu memantulkan sinar lampu disekitarnya.

"Jaehwa?"

Pria itu pun tersenyum lebar, senang bahwa Minji mengingatnya dan tidak berpura-pura tidak mengenalnya. Ia mengangguk, "Kau mengenaliku!"

WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang