Berapa bulan aku belum update? Maaf ya😭 Semoga kalian suka chapter ini dan chapter-chapter seterusnya. Enjoy reading!
———❄️———
Dua minggu sejak berkunjung dari rumah Jaehwa, Minji menepati janjinya untuk mengajak Jaehwa bertemu dengan ibunya yang telah berpulang sejak tiga tahun lalu.
Ia tersenyum kecil melihat Jaehwa yang masih asik berdoa saat dirinya sudah selesai lebih dulu.
"Ibu, tolong bantu sampaikan doa-doa Jaehwa pada Tuhan ya jika Ibu juga mendengarnya."
Jaehwa ikut tersenyum mendengar permintaan gadis disampingnya. Ia ucapkan kalimat doa terakhirnya sebelum membuka mata dan menoleh pada Minji yang ternyata sedang menatapnya dengan teduh. Hatinya langsung berdesir.
"Kau juga mirip sekali dengan Ibu ya?" Ia mengalihkan wajahnya, terlalu malu dengan tatapan Minji.
Minji mengangguk, menatap foto Ibunya yang tengah tersenyum dengan indah. "Orang-orang juga bilang begitu. Tampaknya banyak yang mengira aku cloning dari Ibu." Ia terkekeh sebelum melanjutkan, "namun beberapa orang mengatakan aku juga mirip dengan Ayah sekilas."
Minji dan Jaehwa pamit pada Ibunya, berjalan perlahan meninggalkan pekarangan pemakaman yang terik ini untuk kembali ke mobil.
"Bagaimana dengan Ayahmu?" Tanyanya. Ia belum banyak tahu tentang keluarga Minji karena gadis itu tak pernah membahasnya, dan ia belum pernah melihat foto Minji dengan ayahnya tiap ia berkunjung, hanya terpajang foto Minji dan Ibunya saja.
Minji menghela napas. "Seumur hidup, hanya beberapa kali saja aku melihatnya datang ke rumah untuk bicara dengan Ibu, entah soal apa. Aku selalu diam di kamar karena diminta ibu. Tapi ya... kurasa juga memang aku sedikit punya fitur wajahnya sih."
"Apakah mereka... bercerai?"
Minji malah tertawa agak keras mendengar pertanyaan Jaehwa. "Menikah saja tidak, lalu bagaimana bisa bercerai?" Jawabnya santai. Ia lalu menyadari raut wajah bersalah Jaehwa dan tersenyum menenangkan.
Ia lanjut bercerita, "Bisa dibilang aku kecelakaan mereka. Ayah pada saat itu adalah calon pewaris salah satu perusahaan besar. Jika publik tahu bahwa Ayah menghamili Ibu diluar nikah, saham dan reputasi perusahaan pasti akan terancam karena itu dianggap skandal. Investor tidak mau skandal kan pastinya? Ditambah, status ibu hanya masyarakat biasa yang tidak memberi keuntungan apapun pada perusahaan sehingga dianggap beban. Pada akhirnya, mereka memberikan Ibu sejumlah uang sampai bisa melahirkanku dan memaksa mereka berpisah. Ibu bilang saat itu ia terpaksa menerima uangnya karena Ayah yang memohon. Dan sepertinya, cerita serupa juga berulang di hubunganku dengan Minjun."
Minji tersenyum pahit, sembari mengenang masa-masa bahagianya dengan lelaki berdarah Tiongkok itu. Gambaran masa-masa saat Minjun selalu membuat harinya lebih cerah berkelibat dalam kepalanya.
"Oh, kecuali bagian hamilnya tentu saja." Candanya, mencoba membuat suasana lebih ringan.
Jaehwa masih tetap diam, belum mau melayangkan pertanyaan apapun dan membiarkan Minji bercerita. Ia hanya melempar senyum tipis sebagai respon.
"Perlakuan buruk dari keluarga Huang membuat Ibu kembali jatuh dalam ruang gelapnya yang telah susah payah ia terangi selama bertahun-tahun. Ibu pun menyerah dalam kegelapan itu dan jatuh sakit." Minji merasa matanya semakin panas namun ia menahan apapun yang memaksa keluar dari kedua matanya. "Hanya dua minggu setelah Minjun pergi, Ibu juga pergi dari sisiku...."
Tanpa basa-basi, Jaehwa menarik Minji kedalam pelukannya. Jujur saja, ia tidak kuat mendengar suara Minji yang semakin bergetar di tiap kata-katanya. Kenangan yang gadis ini miliki menurutnya terlalu menyakitkan bagi dirinya yang bisa dikatakan hidup dalam kebahagiaan dan keharmonisan keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter
Fanfiction"Apakah sudah boleh aku mendekatimu?" "Maaf, aku perlu meninggalkan perasaanku yang lama sebelum memulai yang baru." - Started: November 2021 Status: On-going - • slow-paced/alur cerita lambat • light story/cerita ringan • slow-update • for light re...