Jake terus memperhatikan Minji yang terlihat tidak semangat selama dua minggu terakhir ini. Senyumnya tidak selucu biasanya, banyak melamun, tidak segesit rusa, dan tampak lebih sensitif pada candaannya.
"Chan, apakah dia tidak bicara apapun padamu?" Ia berbisik padaa Chansung yang tengah santai sambil mengelap gelas-gelas kopi.
Chansung lantas menoleh pada Minji yang berdiri dibalik kasir, tatapannya menatap lurus ke arah pintu dengan kosong. Ia pun menggeleng. "Tidak." Lalu ia kembali fokus dengan aktifitasnya saat pria yang sama jangkungnya itu memutuskan untuk berdiri di samping Minji.
"Min—"
"Aku sedang tidak mood bercanda, Park Jaesung."
Mendengar nama aslinya disebut, Jake menelan ludah dengan kasar. Hal itu pertanda gadis ini benar-benar tidak bisa diganggu. Hari ini Minji benar-benar hidup seperti nama samarannya: Winter. Dingin sekali seperti musim dingin dengan badai salju.
"Maaf." Hanya itu yang bisa ia ucapkan, bibirnya sampai maju lima senti setelah kembali diabaikan Minji. Ia memutuskan untuk membantu Minji bekerja hari ini, siapa tahu gadis ini sangat kelelahan sampai sensitif seperti ini. Atau mungkin sedang datang bulan lagi?
Suara pintu kafe berdenting bersamaan dengan masuknya segerombolan pria yang tertawa kecil bersama. Chansung yang kebetulan menoleh menghela napas, menyayangkan dua rekan kerjanya yang masih mengantar pesanan ke beberapa tempat dan berarti dia akan sibuk sendirian. Minji pun mau tak mau menarik napas dalam sebelum memaksa diri memasang senyum customer servicenya untuk kesekian kali pagi ini.
"Selamat datang di About Café~ Silahkan dilihat dahulu menu—kami..." suara Minji terdengar semakin pelan di akhir kalimat.
Jake bingung, tatapan Minji kini penuh dengan suatu emosi. Rindu? Marah? Bingung? Sedih? Jake tidak bisa memutuskan yang mana.
"Winter?"
Gadis itu mengerjapkan mata, kali ini mengalihkan matanya pada lelaki berambut coklat yang tidak kelihatan batang hidungnya selama 2 minggu terakhir.
"Maaf. Pesanan anda?"
Jaehwa tersenyum, menyembunyikan rasa khawatirnya. Tentu saja dia menyadari raut wajah Minji yang terlihat tidak baik-baik saja. Ditambah dengan kantung mata bak panda yang berusaha ditutupi dengan riasan itu. Berapa lama gadis ini tidak tidur? pikirnya.
"Dua Iced Americano, satu Iced Hazenut Coffee dan satu Matcha latte. Semua size medium saja, tidak ada tambahan apappun, atas nama Jaehwa. Aku bayar dengan debit dan pesanan biar aku yang ambil sendiri."
Jaesung yang berdiri disamping Minji terkesan dengan betapa detailnya Jaehwa memesan. Bahkan Minji tidak diberi kesempatan untuk bertanya karena sudah dijawab mandiri semuanya.
Minji mengangguk, menerima kartu dari Jaehwa sambil dengan cekatan mencetak resi pemesanan.
"Ini resi pemesanan dan kartu anda. Kami akan memanggil anda jika pesanan sudah siap. Terima kasih!"
Jaehwa berterima kasih, masih menatap Minji sedetik lebih lama sebelum melangkah menuju meja yang sudah ditempati oleh teman-temannya.
"Minji, kau baik-baik saja? Kau seperti habis melihat hantu tadi."
Minji menoleh pada Jake, tertawa kecil namun terkesan gelisah. "Hantu masa lalu."
"Eh?" Jake berdiri tegap, wajahnya menunjukkan rasa terkejutnya dengan kedua mata yang membulat itu. "Siapa? Ayahmu? Atau mantanmu yang tak setia itu? Siapa namanya aku lupa." Tanyanya sambil menoleh kesana kemari, mencoba menemukan sosok yang dilihat Minji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter
Fanfiction"Apakah sudah boleh aku mendekatimu?" "Maaf, aku perlu meninggalkan perasaanku yang lama sebelum memulai yang baru." - Started: November 2021 Status: On-going - • slow-paced/alur cerita lambat • light story/cerita ringan • slow-update • for light re...