Ia melangkah dengan senyuman meskipun matahari pagi ini sangat terik. Minji masih teringat bagaimana ia pagi ini bangun dengan Jaehwa disampingnya. Hatinya terasa hangat melihat lelaki itu tertidur dengan pulasnya. Sayangnya pria itu memiliki urusan lain sehingga tidak bisa menemani hari liburnya.
Beberapa meter dari makam ibunya, Minji akhirnya melihat seorang pria yang ia kenal tengah berdiri dan berdoa disana. Ia pun mempercepat langkahnya.
"Ayah?"
Byun Taehyun, seseorang yang adalah ayah kandungnya tengah berkunjung ke makam Ibunya.
Lelaki itu menoleh tepat setelah ia selesai berdoa, cukup terkejut dengan keberadaan Minji disini dan menyapanya. Pria itu tersenyum kecil. "Hai, Minji. Apa kabarmu?"
Minji mengangguk. "Baik." Ia menatap ayahnya dengan ragu nan rindu. Sudah empat tahun sejak terakhir ia melihat ayahnya. Ia bahkan tidak melihat batang hidungnya saat peti Ibu diturunkan dalam tanah ini.
"Syukurlah. Kalau begitu, aku pergi—"
"Apakah ayah sibuk hari ini?" Minji menghalangi langkahnya. "Bisakah ayah... menemaniku hari ini?"
Minji dapat melihat keterkejutan dan keraguan dari netra ayahnya. Ia tahu, ia cukup nekat meminta waktu seorang ayah yang bahkan hanya beberapa kali ia lihat semasa hidupnya—bahkan bisa dihitung dengan satu tangan. Namun tidak salahnya jika meminta sedikit waktu di hari ulang tahunnya kan?
"Sepertinya tidak bisa ya?" Minji tersenyum pahit dengan keheningan dari ayahnya. "Tidak apa-apa. Aku—"
"Bisa." Potong pria itu. "Aku tidak ada kesibukan hari ini."
Bahkan para cacing didalam tanah pun pasti bisa melihat betapa berbinar kedua mata Minji setelah mendapat jawaban itu.
"Aku akan berdoa sebentar. Ayah... mau kan menunggu sebentar?"
Pria itu mengangguk. "Bicaralah dengan Ibumu. Aku tetap disini."
Minji meletakkan buket bunga yang dibawanya disamping foto Ibunya yang masih tersenyum dengan cantik. Ia menautkan tangannya dan memejamkan mata, memanjatkan doa-doa untuk Ibunya di alam sana dan juga menyampaikan sedikit curahan hati.
———❄️———
Sepasang ayah dan anak ini sama sekali tidak terlihat seperti itu. Keduanya diam, merasa canggung dengan kedekatan mereka saat ini. Biasanya, si Ayah hanya akan berkunjung sebentar ke rumah saat Ibu masih hidup. Dan si Anak hanya bertukar beberapa percakapan basi yang tidak bertahan lama sebelum si Ayah harus pergi lagi.
Sekarang ketika mereka punya kesempatan untuk berkomunikasi, mengapa rasanya aneh? Mengapa terasa tidak nyata?
"Minji," Pria yang berusia dua kali lipat dari usianya itu pun mulai bersuara. "Bagaimana kuliahmu?"
"Aku sudah lulus sarjana tiga tahun lalu sebelum Ibu tiada. Sekarang sedang melanjutkan jenjang Master di Manajemen SDM." Jawabnya. "Ayah... mengapa tidak datang di wisudaku?"
"Maaf. Ibumu mengundangku untuk datang tapi aku sedang di luar negeri saat itu."
Minji mengangguk mengerti. Sebenarnya Ibunya pun mengatakan hal yang sama. Namun apakah di luar negeri membuatnya tidak bisa memberikan pesan singkat?
"Bagaimana kabar tante Hyunjoo?"
Mendengar nama istrinya keluar dari bibir sang anak, Taehyun menatapnya dengan bingung—terlihat tidak yakin bagaimana harus menjawab pertanyaan dasar dalam sebuah percakapan itu.
"Ibu pernah bercerita, tante Hyunjoo melakukan operasi pengangkatan rahim karena kista yang dialaminya. Bagaimana kabarnya sekarang?"
"Oh, dia baik-baik saja, fisiknya sehat." Taehyun tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter
Fanfiction"Apakah sudah boleh aku mendekatimu?" "Maaf, aku perlu meninggalkan perasaanku yang lama sebelum memulai yang baru." - Started: November 2021 Status: On-going - • slow-paced/alur cerita lambat • light story/cerita ringan • slow-update • for light re...