Prolog

113K 9K 142
                                    

Panggil aja coi, jangan thor apalagi min. Biar temenan kita♥

Btw..

Selamat membaca:""

****

"Tolong! Tolong!!"

"Duh, gimana nih. Gak ada orang disekitar sini."

"Trus itu gimana anjir, masa mau di diemin gitu aja?!"

"Bahaya bego, lo mau kita semua mati disini!"

Ke empat cowo itu terus berdebat ditempat mereka kini tengah berdiri tat kala melihat sebuah pemandangan yang membuat mata sesiapapun membola.

Mereka ber empat panik bukan main saat melihat api di mobil itu kian membesar melahap bagian bawah mobil yang sudah terbalik dengan serpihan kaca yang berserakan disekitarnya.

Salah satu diantara mereka mengepalkan tangannya erat, memandang kearah seseorang yang terlihat terjepit dibawah mobil. Tangannya mengais ngais kearah mereka berempat seolah meminta bantuan.

"DARREL!!"

Berdecih, cowo berseragam smp itu berlari dengan cepat mendekat kearah mobil yang setengahnya sudah dilalap oleh api. Membuat teman temannya berteriak keras.

Cowo bernama Darrel itu tak menghiraukan teriakan panik teman temannya dan hanya memusatkan perhatian serta matanya kearah dimana sosok yang masih terhimpit dibawah mobil itu berada.

Darrel berlutut disebelah mobil itu dan dengan tangannya yang kecil mulai berusaha mengangkat bagian mobil yang tampak menindih tubuh pria paruh baya dibawahnya.

"Gak usah nak, g-gak bakal berguna.." lirih laki laki itu pelan saat melihat Darrel berusaha mengangkat mobil yang menghimpitnya.

Darrel menunduk menatap wajah penuh darah pria itu yang malah menatapnya dengan senyum tipis.

Darrel mengabaikan ucapan pria itu dan kembali berusaha mengangkat mobil yang tentunya tak sebanding dengan tenaganya.

Darrel mengetatkan rahangnya, urat urat nampak dikedua tangannya saat berusaha mengangkat benda besar itu dengan seluruh tenaganya.

Tangannya berhenti saat merasakan genggaman kuat dipergelangan kakinya, ia menunduk kembali menatap kearah pria paruh baya yang kini mencengkram erat sebelah kakinya.

"J-jangan tolong saya.. T-tolong mereka!" ucap laki laki itu lantang menunjuk kearah lain.

Darrel menoleh dan kembali terkejut, dadanya bergemuruh karena adrenalin nya yang terpacu.

Ia menunduk menatap pria paruh baya yang kini menatapnya sendu.

"S-saya mohon.." lirihnya parau.

Darrel tampak berpikir sejenak, kedua alisnya mengernyit tak setuju namun perlahan lahan ia mulai melepaskan genggamannya pada bagian mobil membuat pria paruh baya itu tersenyum.

Darrel menoleh kearahnya sejenak sebelum berlari menjauh.

"Tante, tante masih bisa jalan?" tanya Darrel saat telah sampai didepan seorang wanita paruh baya yang bersandar disalah satu batang pohon dekat mobil yang tengah terbakar itu.

Darrel memegang bahu wanita yang tampak duduk diam memejamkan matanya, kondisinya tak jauh berbeda dengan pria yang baru saja Darrel hendak tolong.

Namun yang membedakannya adalah sebuah serpihan kaca besar terlihat tertanam di perut wanita itu, Darrel panik. Ia mengguncang bahu wanita itu beberapa kali namun tak mendapatkan respon sama sekali.

Darrel sedikit menegang, ia mengulurkan tangannya yang terlihat bergetar kearah leher serta lubang hidung wanita itu, seketika tubuhnya mematung ditempat.

Wanita didepannya.. Sudah tidak bernafas.

Bahkan denyut nadi di lehernya sudah tidak terasa sama sekali.

Darrel lalu melirik kearah pelukan wanita itu, mulutnya kelu. Tubuhnya tak sanggup bergetak seincipun dari posisinya saat ini.

Malaikat kecil, diselimuti dengan kain berwarna biru muda yang terdapat banyak bercak darah meringkuk tenang dipelukan sang ibu yang tubuhnya mulai mendingin.

Darrel menatap wajah bulat dan putih yang tengah memejamkan mata itu, tangannya terulur meraih gumpalan dipelukan wanita yang sudah kehilangan nyawa nya.

Sedikit sulit karena genggaman wanita itu amat kuat seakan hendak melindungi bayi kecil itu protektif.

Darrel mengambil alih bayi laki laki kecil ketangannya, dan dengan hati hati memeluk sosok itu erat namun lembut.

Ia menghela nafas lega saat merasakan degup jantung serta nafas halus bayi di dekapanmya.

Bayi ini masih hidup.

"Woy Darrel! Lo ngapain bego?! Lo mau mati hah?!"

Darrel menoleh saat mendengar bentakan dari balik punggungnya.

Bagas berdiri dengan nafas memburu di belakangnya, wajahnya tampak marah.

Darrel berbalik menghadap kearahnya, seketika itu pula tubuh Bagas mematung dengan bola mata melebar.

"Rel.. I-ini.."

"Gue gak mungkin ninggalin dia sendirian disini." jawab Darrel tenang.

"Darrel, Bagas! Lo berdua lagi ngapain si---"

Kedua temannya yang lainpun ikut tertegun sama seperti Bagas beberapa saat lalu saat melihat seorang bayi bersarang nyaman dipelukan Darrel.

Geo menggelengkan kepalanya sejenak, berusaha fokus.

"Kita harus cepet cepet pergi, perasaan gue gak enak kalo terus lama lama disini." ucapnya melirik kearah mobil yang terbakar semakin lebar disertai ledakan ledakan sedang.

"Tapi om yang tad---"

"Dia udah meninggal Rel." potong Rifal menyela ucapan Darrel.

Darrel tertegun, tak menyangka dengan apa yang diucapkan temannya.

"Buruan kita pergi!" teriak Bagas saat dilihatnya ke tiga temannya malah diam mematung ditempat.

Ketiganya tersadar lalu ikut berlari menyusul Bagas yang sudah lebih dulu mendahului mereka.

Tak selang lama, suara ledakan hebat terdengar membuat ke empatnya berjengit seraya menutup kedua telinga mereka.

Darrel memeluk bayi di pelukannya erat membenamkannya kedalam dekapannya.

Ke empat orang itu seketika tersadar, dengan perlahan menoleh kebelakang.

Ekspresi ke empatnya sama persis, terkejut. Sangat terkejut.

Melihat mobil dibelakang mereka sudah hangus dilalap api besar yang menutupi keseluruhan mobil.

Darrel menunduk kaku memandang bayi yang masih setia tertidur dipelukannya, ia kembali memeluk bayi itu erat.

"Gak papa, gausah takut." bisiknya lirih di telinga bayi kecil yang baru saja kehilangan orangtuanya.

Tbc

Kleine ElTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang