⊰ t i g a ⊰

21 5 0
                                    

             Vote+komen+follow me!

                                    ♪
                                    ♪
                                    ♪

Shaena duduk di tepi sawah, dengan mata terpejam menikmati semilir angin yang berhembus tak terlalu kencang, Shaena menyukai tempat ini. Ia berharap akan sedikit lebih lama disini, namun di lain sisi ia juga merindukan kedua orang tuanya, dan juga neneknya.

Ngomong-ngomong soal nenek Shaena, gadis itu sudah bertemu Jaehyun kakeknya, namun ia belum bertemu dengan neneknya versi muda. Apakah Jaehyun dan mawar beda desa? Sehingga pertemuan mereka akan sedikit lama? Entahlah, sebenarnya Shaena sendiri cukup penasaran dengan wajah neneknya saat muda, bahkan disaat usianya sudah berkepala enam bisa diketahui jika wajahnya masih terlihat cantik.

Bayangkan, wajah itu cantik itu yang biasanya berkerut kini lebih kerutan itu hilang digantikan kulit yang masih kencang dengan bibir merona berwarna merah alami. Shaena yang membayangkan menjadi terkekeh kecil sendiri, dirinya sungguh penasaran semoga saja ia segera bertemu dengan neneknya.

Jaehyun, lelaki itu tengah mengotak-atik rantai sepedanya yang lepas, wajahnya kini sudah terkena oli dengan tangan yang berwarna kecoklatan. Awalnya Shaena ingin membantu, namun Jaehyun melarang ia tak ingin tangan putih mulus milik Shaena menjadi kotor karena membantu dirinya.

Beberapa kali Jaehyun diam diam melirik ke arah belakang dimana gadis itu masih terduduk menghadap sawah dengan kepala sedikit mendongak, tapi mata tetap terpejam. Jaehyun heran, dari mana asalnya gadis ini, kulitnya yang putih dan terawat sudah memperlihatkan bahwa ia bukan berasal dari sini.

Kebanyakan orang di desanya, berkulit sawo matang sedangkan Shaena sendiri lebih ke arah kuning keputihan. Jaehyun kembali mengarahkan pandangannya ke sepeda, sambil berpikir karena selama dua hari ini ia benar benar penasaran.

Namun saat ia ingin melontarkan pertanyaan, ia takut kalau gadis itu akan kembali menangis seperti dahulu. Membayangkan tatapan nyalang dari ayahnya dan tangan ibunya yang siap mendarat di punggungnya membuat Jaehyun lagi lagi mengurungkan niat.

Mendesah kesal saat lagi lagi rantai itu longgar dan akhirnya kembali lepas dari tempatnya, sebenarnya lelaki itu juga bersyukur untung saja ini hanya lepas bukan patah. Tangannya kembali mengorek-ngorek besi berkarat di sepedanya, namun sepeda lain berhenti di hadapannya, Jaehyun mendongak lalu kembali berdecak saat mengetahui siapa orang itu.

Jungkook teman sepergilaan nya, yang jahilnya melebihi apapun. Jungkook menatap ke arah Jaehyun, yang di tatap hanya memutar bola matanya malas dan kembali melihat ke arah sepedanya.

"Kamu ngapain Jae?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Jungkook, tanpa mau lelaki yang lahir di tahun yang sama dengan Jaehyun itu turun dari sepedanya.

"Ya kamu Ndak bisa lihat aku lagi ngapain?" Tanpa mengalihkan perhatiannya dari sepeda Jaehyun menjawab, kalo boleh jujur saja ia benar benar malas bertemu dengan Jungkook sekarang, sifatnya yang ingin tau tanpa mau membantu membuat Jaehyun ingin memukulnya.

"Ojo galak galak toh Jae, kayak janda sebelah saja"

"Mata mu udah mulai kayak Mingyu ya, jelalatan"

"Loh ya Ndak toh ya, aku ini liat nya cuman yang sedap sedap" Lihatnya sekarang, wajah Jungkook seperti seorang lelaki pendofil yang ingin menyantap mangsanya.

Jaehyun tak ingin menjawab, biarlah temannya itu cepat cepat pergi dari hadapannya ia sudah muak bicara dengan Jungkook hari ini. Namun baru saja Jaehyun mengacuhkannya Jungkook sudah menepuk-nepuk pundak Jaehyun brutal membuat lelaki berlesung pipi itu ingin mencokel mata Jungkook keluar.

The Past/Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang