8 | Takdir Seorang Putri

20 2 0
                                    

Malka sudah terduduk berjam-jam diatas kasurnya dengan puluhan lembar kertas yang dikumpulkan menjadi satu ditangannya. Gadis dengan rambut yang terurai lurus itu tengah membaca naskah drama yang akan dipentaskan nanti. Kedua bola matanya bergerak dari kiri ke kanan mengikuti setiap kalimat yang ia baca.

Sama sekali tidak membosankan, justru Malka sangat menyukainya.

Malka sudah membersihkan ruangan sepetak yang ia tempati saat ini; menyapu, mengepel, dan menata perabotan. Seperti yang biasa ia lakukan. Kini, kedatangan Nandini lah yang sangat ia tunggu-tunggu. Seharusnya jam segini wanita tua kesayangannya itu sudah pulang bekerja.

Tiba-tiba saja, sebuah dering notifikasi terdengar dari benda gepeng disebelah Malka, membuat fokusnya pada naskah menjadi buyar. Segera ia meraih ponsel tersebut, kedua alisnya bertaut begitu membaca nama dari si pengirim pesan.

Kevin

| Malkaaa

Sekarang raut wajahnya berubah, mengembang senyum yang entah disadari atau tidak. Kevin, seseorang yang selalu berhasil membuatnya salah tingkah dimana-pun.

Kevin

| Kenapa di read doang?
| Gue ada salah, ya?

Malka merutuki dirinya sendiri. Setidaknya jika belum berniat membalas, ia seharusnya tidak membuka pesannya. Gadis itu menetralkan sikapnya, jemarinya mulai mengetikkan sesuatu pada layar ponselnya.

Kevin

Gak ada, Kak. Tadi habis ke dapur sebentar, ada apa? |

| Tumben pake kak wkwk

Gue baru tau kalo kita itu beda angkatan, lo kelas 11. Maaf ya kemarin gue lancang asal | manggil aja

| Ga masalah, nanti juga bakal manggil sayang

| Lo udah ngapalin dialognya?

[ sent a picture ] |

Lagi ngapalin|

| Gue ganggu, ya?

Eh, gak ganggu kok|

| Maukah kamu menikah denganku?

Malka reflek membekap mulutnya, menahannya untuk tidak berteriak. Bola matanya sudah membulat seperti ingin keluar. Ia terkejut. Apa Kevin gila?

Kevin

Maksud kamu? |

| Kok gitu jawabnya
| Harusnya lo jawab "Iya Pangeran, aku mau."

Gadis itu memukul-mukulkan bantal pada wajahnya, ia salah paham. Lagipula, kenapa Malka bisa berpikiran kesana? Lantas Malka menutup wajahnya dengan bantal, merasa malu-nya sudah hilang sedikit ia segara mengetikkan kembali pesan pada Kevin.

Kevin

Hahaha, iya, gue lupa|

| Lo kayaknya butuh istirahat, Mal
| Jangan dipaksain menghafal kalau capek, yang ada malah gak fokus gitu

Iya, Kak. Makasih|

Malka melempar ponselnya ke kasur begitu pesannya terkirim. Sial, kenapa manusia bernama Kevin harus masuk kedalam hidupnya. Ini gak sehat untuk jantung, buktinya jantung Malka sedari tadi berdegup kencang tidak seperti biasanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MALKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang