Kubilang aku sayang, tidak ingin berpisah, dan tidak ingin meninggalkan. Nyatanya, sekarang lelah itu mulai aku rasakan dan memilih untuk sudah.
Beberapa waktu lalu, perasaanku mulai menyadari bahwa tidak ada yang tidak akan pergi, sekalipun sudah terucap dalam janji. Biasanya, itu terjadi karena banyak hal yang berubah.
Awalnya semua ramah, baik, tak ada selisih, kini berbalik arah. Semua menjadi acuh, seolah keberadaanku tak dianggap ada. Aku tak bisa menyalahkan siapa-siapa karena—mungkin—kesalahan ada pada diriku. Yang bisa kulakukan hanya menjauh agar tak ada hati lain yang aku sakiti.
Akan tetapi, aku menyadari bahwa memang aku menjauh karena banyak orang. Namun, aku bisa seketika kembali karena perhatian beberapa orang. Bisa dipastikan ... aku kesepian.
Ya, aku memang manusia menyedihkan yang kesepian dan butuh teman. Ketika aku punya teman, aku akan begitu sayang. Akan tetapi, saat sedikit saja ada yang berubah, aku akan merasa menjadi bukan siapa-siapa.
"Kamu kenapa? Ada masalah?" Seseorang bertanya.
"Ada," jawabku singkat karena memang malas membalas panjang.
"Mau cerita? Kalau enggak mau juga enggak masalah." Dia menawarkan diri.
Ingin rasanya aku mencurahkan perasaanku karena aku tahu bahwa dia memang orang yang tepat untuk bercerita. Namun, aku urung. Pikiranku memaksaku untuk diam. Dalam hati berkata, "Untuk apa aku ceritakan? Nanti juga akan kembali seperti ini." Lagipula aku tak ingin membawa orang lain ke dalam masalahku.
Egois, memang. Namun, aku sadar akan sesuatu yang aku pilih, jalan yang aku ambil.
Hingga akhirnya ... aku memilih pergi. Kurasa, menjauh memang pilihan terbaik.
Lissicy
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cermin Karya LISSICY
De TodoDi sini berisi cermin (cerita mini) karya aku sendiri. Genre? Sebisaku aja. Wkwkw selamat membaca! Semoga suka:) *Dilarang keras untuk plagiat! Hargai jika ingin dihargai. - Lissicy