Kantin Fakultas

1 1 0
                                    

Setelah mata kuliah Anatomi selesai, aku memutuskan pergi ke kantin bareng teman baruku. Namanya Cantika.
Sepertinya aku tertarik dengan menu Dimsum disini, aku pun memesan.

*Telepon berdering*

"Mentari, gue duluan ya. Ada panggilan dari bagian administrasi"

"Oalah, oke deh"

Sendirian menikmati Dimsum hangat spesial untuk memanjakan lidahku. Hehehe.

"Sendirian?"

"Baskara! , iya nih"

"Gue temenin ya"

"Boleh"

Kemudian Baskara duduk dengan semangkuk Mie Ayam dan Es Teh manis dihadapannya.

"Lu suka mie ayam?"

"Banget, kamu mau?"

"Engga deh, ini ada Dimsum" aku menolaknya.

"Udah punya pacar baru atau masih belum move on nih?"

"Apasih Bas, dateng-dateng nanyain pacar"

"Eh, tapi aku serius penasaran.."

"Engga, aku ngga punya pacar"

"Bukan, bukan itu.."

"Terus apa?"
.
.
.

*Suara Telepon berdering*

"Sorry, gue angkat telpon dulu ya"

"Iya Bas, silakan"

.
.
.
Kenapa ya orang-orang yang duduk sama aku daritadi telepon nya bunyi terus. Telpon aku ngga ada suaranya.

"Siapa Bas, pacar kamu ya?"

"Ngarang bae bocah!... " ketawa

Senyum Baskara manis banget, jadi inget Bagas terus kalau deket baskara :)

"dari Ibu" sambung Baskara

"Oalah ibu.."

"Emmm, Gue boleh nanya sesuatu ngga?"

"Nanya aja kali, lebay bener" aku tertawa.

"Kalau Bagas ada disini, terus ngajak kamu balikan. Kamu mau ngga?"

"Kok jadi kamu kamu, tadi kan lu lu"

"Ah elah, sama aja intinya"

Kenapa pertanyaan Baskara jadi begini sih? Padahal kan aku pengen banget mengganti bayang-bayang Bagas. Aku sudah cukup tersiksa menunggunya tanpa kabar sedikit pun. Tapi, disisi lain aku sayang banget sama Bagas.

"Mentari Ayudhia.. Kok bengong??!" Baskara mencoba membuyarkan lamunanku.

"Pertanyaan mu kenapa begitu?"

"Ya kalau kamu mau kan aku mundur buat jadi calon kandidat pasangan hidupmu" ngegombal

"Gombal bener sih Bas"

"Serius..." ekspresi nya meyakinkan.

Aku pun sampai sekarang tidak tahu apa jawaban terbaik untuk pertanyaan tersebut.

"Entahlah Bas, aku tidak punya jawaban"

"Kayaknya kamu cinta banget ya sama Bagas?"

Aku tersenyum.

"Senyumanmu udah menjawab semua"

"Maaf ya Bas.."

"Maaf untuk apa?"

"Bayangan Bagas belum bisa hilang dari hatiku"

"Aku paham, yang penting ngga sampai gila aja kamu. Pelan-pelan ikhlas"

"Hampir gila sih Bas, tapi aku sadar kalau masa depan masih panjang"

"Bagus!!"

Kalau aku tetap jalan di tempat, maka aku tidak akan pernah tahu apa yang ada di depan sana. Jadi, aku memutuskan untuk berjalan ke depan meskipun dengan alas kaki yang cacat. Belum dapat mencari pengganti untuk dapat berjalan lebih baik.

Soon to be your life partner! :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang