P2 : Crawling To You

61.7K 2.7K 66
                                    

"The prettiest smile hide the deepest secrets. The prettiest eyes have cried the most tears. And the kindest hearts have felt the most pain." – Anonymous.

 **

            Erga mengelus Iphone hitam di dalam genggamannya. Dengan ragu ia menekan tombol power, dan layar handphone dengan wajah Khea dan dirinya sedang menjulingkan mata segera menyambutnya. Sambil menghela nafas Erga menekan sejumlah nomor dan menempelkan handphone tersebut ke telinganya.

"Dengan kediaman keluarga Wijaya, ada yang bisa saya bantu?" terdengar suara lembut yang membuat Erga menelan ludah dan menahan nafas sejenak untuk mengatur emosinya.

"Mama apa kabar?" Akhirnya Erga bisa bersuara.

Hening sejenak dan Erga yakin kalau wanita di ujung sana sedang tersenyum, "Kabar Mama baik. Bagaimana kabar kamu? Kenapa tidak pernah berkunjung? Mama sangat kangen dengan kamu."

Erga tersenyum miris, "Bagaimana kalau aku pesankan tiket kemari? Mama mau? Aku tidak bisa pulang."

"Papa kamu akan pulang Minggu ini nak. Mama tidak mungkin membiarkannya sendirian di rumah."

Erga memijit keningnya untuk menahan kekesalannya, "Kenapa tidak mungkin? Dia saja selalu membiarkan Mama kesepian di rumah dan sibuk dengan para gundiknya!" teriak Erga.

Hening yang sangat lama dan entah untuk alasan apa, Erga yakin kalau wanita itu sedang menangis sekarang, "Jangan bicara seperti itu tentang Papa kamu, Ga."

"Kenapa sih Ma? Kenapa Mama selalu bela dia? Dia tidur dengan kekasihku, dengan mantan kekasihku, dengan sekretarisnya dan semua wanita yang lewat di depan hidungnya! Apa yang membuat Mama masih bertahan dengannya?" teriak Erga kesal.

            Tidak ada jawaban. Hanya isakan pelan yang tidak berhasil disembunyikan yang kini menjawab pertanyaan Erga.

"Apa yang Mama takutkan dengan berpisah dari pria seperti dia?" tanya Erga pelan.

"Kalau Mama bisa memberinya seorang anak..."

"Berhenti berandai-andai seperti itu." Ucap Erga pelan. "Ibuku memberinya anak dan dia tetap meninggalkannya."

"Dia tidak pernah meninggalkan Ibu kamu, Erga." Balas wanita itu, "Ia setia sampai Ibu kamu meninggal dunia."

"Sudahlah. Aku lelah." Ucap Erga yang sudah kehilangan minat dengan obrolan ini.

"Erga, sebentar nak." Ucapan panik itu membuat Erga membatalkan niatnya untuk memutuskan sambungan. "Pulanglah kalau kamu ada waktu. Mama benar-benar kangen dengan kamu."

            Erga tidak menjawab. Ia hanya memutuskan panggilan begitu saja dan bersandar dikursi mobil sambil memejamkan mata. Ia sudah lelah dengan keluarganya yang berantakan. Seorang Ayah yang sibuk dengan dirinya sendiri dan seorang Ibu tiri yang berkutat dengan cinta yang membuatnya terlihat begitu bodoh, semua itu membuatnya muak.

            Lelah menyumpah serapah seorang diri, akhirnya Erga melirik jam tangannya. Sudah waktunya pulang kantor. Ia keluar dan bersandar pada badan mobilnya sambil menatap pintu utama kantor yang sudah sangat dikenalnya selama dua setahun belakangan.

            Beberapa gadis melempar senyuman manis pada Erga, sebagian lagi tak segan-segan untuk meliriknya dengan tatapan nakal. Kalau saja Erga tidak sedang dalam keadaan kesal, ia pasti akan membalas senyuman mereka dengan seringaian mesum. Namun kali ini ia hanya diam dan membatu sampai seorang gadis keluar dan sambil tertawa-tawa pada temannya.

            Tawa Khea langsung lenyap begitu melihatnya dan Erga mengangkat sebelah alisnya melihat wajah cemberut gadis itu.

"Kok disini?" tanya Khea ketus.

"Jemput kamu." Jawab Erga datar.

"Harusnya Abang bilang dong kalau mau jemput. Kan Khea sudah janji sama Kia mau pulang bareng." Khea menunjuk pria di sampingnya.

"Batalkan kalau begitu." Jawab Erga sambil berjalan dan membuka kursi penumpang, lantas menggedikkan bahunya agar Khea segera masuk.

            Khea menghentakkan kakinya dengan kesal. Ia tampak meminta maaf pada temannya sebelum beranjak dan masuk ke dalam kursi mobil Erga. Sebelum membuka pintu mobilnya, Erga sempat melirik sekilas pada Kia yang sedang memperhatikan mereka dengan tatapan kecewa. Erga hanya mendengus sinis padanya.

"Semakin lama semakin menyebalkan saja!" Ucap Khea sambil melipat lengannya di depan dada dan mengangkat dagunya dengan angkuh.

"Siapa?" tanya Erga santai.

"Kau!!" Jawab Khea kesal.

Erga mendelik, "Word, Lady. Kamu, bukan kau!" Ucapnya galak.

Khea mendengus sebal, "Bisa nggak sih kamu jangan muncul seenaknya di kantorku?"

"Dave yang minta tolong supaya aku jemput kamu." jawab Erga santai.

            Khea mengerang frustrasi dan membenturkan kepalanya ke dashboard, membuat Erga terkekeh geli melihat tingkah gadis itu.

"Bagaimana pekerjaan di kantor hari ini?" tanya Erga setelah memaksa Khea menghentikan tingkah anehnya.

"Bosan." Jawab Khea sambil mengelus jidatnya yang berdenyut.

Erga tersenyum geli dan dengan lembut jemarinya mengelus pelan kening Khea, "Tumben? Biasanya kamu nggak pernah bosan?"

Khea mengangkat bahu dengan ekspresi malas, "Belakangan naskah yang masuk begitu-begitu aja. Mirip semua jalan ceritanya, hanya beda nama tokoh dan latar seting cerita." Ucapnya setengah frustrasi.

"Kalau gitu, gimana kalau kamu aja yang jadi pengarangnya?" tanya Erga sambil mematikan mesin mobil, mereka sudah tiba di cafe Dave.

Khea tampak semakin cemberut, "Nggak ada idenya!! Khea kan nggak tau mau nulis apa."

Erga tampak berpikir sebentar. Kemudian ia menatap Khea dengan lembut sementara jemarinya meraih rambut Khea yang keluar dari ekor kudanya dan membentuk sulur-sulur indah, "Bagaimana kalau kamu menulis cerita tentang seorang pria yang menyukai adik perempuan temannya namun tidak direstui sang kakak karena pria itu sangat brengsek dan jahat?"

            Di tempat duduknya, Khea terbelalak dan menatap Erga yang masih saja tersenyum meski kedua matanya tampak begitu sedih.

**

What about this besides typo?

Hiks, saya sedikit kesusahan dengan Erga dan Khea karena saya ga punya abang laki2 protektif. saya cuma punya sepupu laki2 yang usilnya minta ampun, sering sengaja markirkan mobil di depan pagar supaya saya ga bisa keluar, sering nyembunyiin charger saya di kamarnya yang di lantai dua supaya saya kerepotan, sering cekikikan tengah malam supaya saya takut di kamar. jadi merasakan feelnya si Dave sulit sekali, karena dibayang-bayangi sepupu saya yang kelakuannya mencerminkan tindakan anak kurang kerjaan TT___TT jadi harap maklum ya kalau Players updatenya lama dan singkat2.

Players - Bad Boys Series #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang