P24 : Ending

52.1K 3.1K 377
                                    

"It hurts."

"Off course it does," you smiled sadly, "the hurt is how we know it was love. The absence we feel is proof that what we had is something that can be lost."

"...And when does it stop?"

With eyes dark like a cloud before rain, you replied, "It it was love, it wont." – Beau Taplin, it hurts.

Flashback.

Kiara Pranata, Sekolah Dasar. Erga Wijaya, Sekolah Menengah Pertama.

Erga sedikit mengernyit saat pintu di depannya dibuka oleh seorang anak perempuan. Anak itu menatapnya beberapa detik dengan pandangan polos khas anak SD sebelum mengalihkan perhatian pada Evan yang melambai-lambaikan bungkusan berwarna keemasan.

"Cokelat!" Si gadis kecil berteriak gembira. Ia langsung mengambil cokelat yang disodorkan oleh Evan dan menyembunyikannya dibalik tubuh, membuat Evan tertawa geli.

"Ibu ke mana?" Dave bertanya sambil melepaskan sepatunya.

"Lagi buat kue." Jawab Khea kecil sambil tersenyum lebar, memperlihatkan giginya yang baru saja tanggal dibagian depan.

Erga melirik Jo yang balas meliriknya. Pria itu mengangkat bahu sebagai tanda ia juga bingung dengan keadaan ini sebelum kemudian ikut melepaskan sepatunya mengikuti jejak Dave dan Evan.

Ini adalah pertama kalinya untuk Erga dan Jo berkunjung ke rumah Dave, berbeda dengan Evan yang sudah sering kemari karena sudah berteman dengan Dave sejak awal mereka masuk SMP. Dan Erga baru tahu kalau Dave memiliki Adik perempuan, setidaknya begitulah dugaan Erga karena gadis kecil di depannya terlihat mirip dengan Dave.

"Itu siapa?" dengan jemarinya yang mungil Khea menunjuk Erga, namun karena Erga memberinya pelototan sadis, gadis itu membelokkan jemarinya ke arah Jo.

"Nggak sopan nunjuk-nunjuk begitu Khea." tegur Dave sambil mengernyit dan si gadis kecil cemberut, "Mereka temannya Abang, sama seperti Bang Evan. Salam dan kenalan."

Rok Khea berdesir saat ia melangkah maju mendekati Jo dan menyalam pria itu dengan senyum dikulum.

"Khea." ucapnya tanpa ragu. "Kemarin Khea dapet juara tujuh loh di kelas. Muridnya ada dua puluh lima orang." Begitulah perkenalan diri gadis itu.

Jo tertawa dan ia langsung menyukai gadis kecil di depannya, "Jo. Panggil begitu saja."

Khea melotot terkejut. Ia menarik tangannya dan berkata dengan nada tinggi, "Harus panggil Abang. Kata Bang Dave, kalau nggak sopan nanti masuk neraka." Ucapnya dengan nada ngotot.

Baik Jo, Erga maupun Evan langsung melirik Dave yang mendadak pura-pura sibuk menata sepatu. Ketiganya langsung mendengus bersamaan sedangkan Dave melengos.

"Sebelum dan sesudah makan juga harus berdoa. Kalau nggak, nanti bisa masuk neraka." Lanjut Khea lagi sambil bergidik ngeri, seakan ia benar-benar paham apa arti neraka.

Jo berdehem. Punggungnya bergetar menahan tawa ketika ia berkata, "Oh begitu. Ya sudah, panggil Bang Jo aja." Ucapnya membuat Khea menghadiahinya senyum manis.

Kemudian Khea menoleh pada Erga. Gadis itu berkedip berkali-kali sebelum mengulurkan tangannya. Erga menjabatnya begitu saja, membuat si gadis kecil merasa tidak puas.

"Abang namanya siapa?"

"Erga."

"Kalau Khea, namanya Khea." Ucapnya riang. Kemudian gadis itu menggaruk kepalanya karena bingung dengan ucapannya sendiri. Pada akhirnya ia memilih untuk melanjutkan kalimatnya, "Khea bisa bikin kue loh. Tadi Khea bantu Ibu bikin kue bolu."

Players - Bad Boys Series #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang