Terinspirasi dari sebuah manhwa yang aku lupa dibuat oleh siapa... sepertinya sih Hwang Mi Ri. hehehe.
Anyway, Enjoy!
◆◇◆◇◆
Suara nafas yang terengah-engah terdengar dari Shinrai. Baru saja dia menyeselaikan hukuman yang diberikan oleh gurunya, Lari mengelilingi lapangan - lebih tepatnya taman kecil yang beberbentuk persegi dengan keliling 20 meter - di bawah matahari yang bersinar terik sebanyak 20 putaran. Dia mendapatkan kesialan ini hanya karena dia lupa membawa PR yang sudah dia kerjakan.
“Damn! Kenapa coba gw sial banget hari ini” Gerutu Shinrai sambil berjalan perlahan memasuki gedung sekolah. “Pagi cuman sempet sarapan roti, pas istirahat pertamanya cuman sempet makan onigiri... dan sekarang gw kena hukuman lari. Mana matahari bersinar dengan terangnya seolah-olah mengejek gw aja sih.” Gerutu Shinrai dengan kesalnya.
Dia berjalan menaiki tangga dengan perutnya yang berbunyi perlahan meminta di isi. Shinrai menghiraukan suara perutnya dan berjalan menuju kelas dan mengetuk pintunya perlahan. “Ya, masuk Kariya-san” ucap guru sejarahnya yang menyuruh dia untuk lari itu.
Shinrai menggeram kesal sambil membuka pintu kelas sambil setengah membanting. Guru IPSnya yang menyebalkan itu tersenyum ke arahnya sambil bertanya “Bagaimana? Apakah cuaca di luar terik?”
‘Gw mau robek-robek tuh mulut deh rasanya’ pikir Shinrai dengan kesal. “Menurut sensei gimana?” jawab Shinrai sambil berusaha menutupi kekesalannya terhadap senseinya itu. “Sangat cerah. Saya harap kami menikmati hadiah dari saya.” Balas Senseinya sambil tersenyum(lagi). Shinrai mendengus pelan.
“Kamu silakan duduk” akhirnya Shinrai di persilahkan untuk duduk oleh Senseinya. Tanpa membuang waktu lagi, Shinrai langsung duduk di tempat duduknya yang ada di belakang dan tepat di bawah AC. Setelah duduk dia langsung mengambil keluar buku sejarahnya dan menaruhnya dengan kasar di atas mejanya.
Akhirnya setelah duduk selama 25 menit di kelas yang paling di bencinya, sejarah, Shinrai bisa keluar dari kelas tersebut dan pulang. Selama perjalanan pulang, Shinrai berusaha menahan perutnya yang sudah keruyukan.
“Huaah, aku harap di rumah sudah ada makanan” ucap Shinrai sambil memegang perutnya yang tepat setelah dia mengatakan itu, perutnya berbunyi lagi. Shinrai menggerutu kecil lagi gara-gara perutnya yang satu itu berbunyi terlalu keras.
Ketika akhirnya dia sampai di rumahnya, dia mendapati rumahnya sepi. Dia mengambil kunci dari balik tempat penyembunyian kunci, di bawah pot. Dia mengambilnya dan membuka pintu rumah. Begitu dia membukanya, dia tidak mendapati seorang pun di dalam rumahnya.
“Dammit, setidaknya harus ada makanan” gerutunya sambil melempar tasnya dengan kasar dan asal ke sofa yang ada di ruang tamu. Shinrai langsung berjalan menuju dapur sekaligus ruang makan dan melihat sekeliling. Jangankan lauk, bahkan nasi pun tidak ada.
“DAMMIT!” teriaknya kesal melihat tidak ada sedikit pun makanan yang ada di dapurnya. Saat dia mencoba mencari makanan apapun yang ada, dia melihat notes dari ibunya yang di lekatkan di kulkas dengan magnet. Isinya “Ai-chan, mom ada urusan penting, jadi harus pergi dulu. Dan soal makanan, nanti bakal datang mbak pas jam 1. Ibu sudah berpesan padanya untuk menyiapkan makanan untuk mu.”
Melihat isinya, Shinrai langsung melihat ke arah jam yang ada di sana. “Jam 2... dan mbaknya belum datang juga” gumam Shinrai tepat ketika telefon rumahnya berdering. Shinrai segera melangkah ke tempat telefon berada dan mengangkatnya.
“Halo?” ucap Shinrai begitu dia mengangkat telefonnya. “Shinrai-san, maaf hari ini saya enggak bisa datang. Anak saya sakit dan harus di rawat” terdengar suara mbaknya yang harusnya datang ke rumahnya pas jam 1. Shinrai yang mengangkat telefon itu langsung menutupnya dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anthology
Historia CortaKumpulan cerita pendek, puisi, maupun karya sastra lain yang ditulis di kala senggang. "It is short but I hope I can bring you into my world" - Author