you stole my books.

170 34 13
                                    

"Kegemaran bagi saya adalah buang-buang waktu." adalah kalimat yang mau saya lemparkan pada diri saya sendiri ketika habiskan terlalu banyak waktu di toko buku.

Oh, nggak. Jangan asumsikan secara spesifik bahwa saya suka membaca buku. Nggak begitu. Adalah berbelanja buku seperti belanja bulanan yang menjadi kegemaran saya di akhir pekan. Kalau nggak malas, saya bakal menjelajahi toko buku di kota sembari mengantongi dompet yang isinya cuma kartu ATM. Lantas, saya akan membeli buku-buku yang sekiranya menarik bagi saya. (Setengah gaji saya habis di toko buku.) Setelahnya, saya kembali sambil menenteng kantung plastik yang harus berlapis-lapis soalnya isinya banyak buku.

Sehabis dibawa pulang, mereka bakal menjadi penghuni baru rak buku yang ada di kamar saya. Tentunya setelah membuka bungkus plastiknya.

Tapi, saya tetap meluangkan waktu untuk membaca mereka. Soalnya, meski hobi saya bukan membaca buku, saya sudah telanjur membeli buku yang tujuan eksistensinya adalah untuk dibuka dan dibaca. Sebagai manusia yang sadar akan perbuatannya, saya nggak seharusnya membuang-buang uang hanya untuk membeli buku tanpa melihat isinya. Jadi, saya membaca mereka (hampir semuanya) dan buku favorit saya adalah "Kalau Besok Masih Hujan" karya Hoshitni.

Namun, ketika saya kembali ke apartemen setelah berbulan-bulan minggat dan berkeliling, saya mendapati kekosongan di rak buku saya yang biasanya saya pamerkan pada orang yang mengunjungi saya. Kekosongan rak buku saya terdapat pada tempat di mana "Kalau Besok Masih Hujan" dan beberapa buku lainnya seharusnya berdiri.

Melihatnya, saya seketika merinding.

"Ke mana?" tanya saya, mendekap buku-buku yang tadinya berdiri mengapit kekosongan di rak buku saya. "Buku-bukunya hilang ke mana? Astaga." Kepala saya pening, berdenyut-denyut macam jantung yang sempat saya kira sakit. "Astaga," kata saya lagi. "Siapa yang mengambilnya?"

Saya mengambil napas, mencoba tenang. Ketika melirik ponsel yang tadi saya letakkan di kekosongan pada rak buku, saya tahu apa yang harus saya lakukan. Saya harus meneleponmu.

Choi Yeonjun, (i hope) you (are the one who) stole my books. Karenanya, kamu harus berkunjung ke apartemen saya dan mengembalikan buku-buku saya yang berharga.

they call this a break up, but why does only my heart that break?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang