07 ; hampir terjawab

420 91 18
                                    

"Kak Juyeon bosen nggak tiap malem main basket mulu?" Sunwoo berceletuk sambil memainkan jarinya di atas rumput yang tumbuh di area pecahan semen di lapangan basket.

Sedari tadi ia tidak sedang ingin memperhatikan Juyeon yang asyik memainkan basket dan lagi-lagi hanya seorang diri ditemani sosok Sunwoo yang datang tanpa absen juga hampir setiap hari. Sunwoo hanya menundukkan kepalanya sambil menekuk kedua kakinya sembari memikirkan hal tentang lelaki yang sekiranya seumuran dengannya tersebut.

"Sunwoo sendiri? Nggak bosen ke sini mulu?" Juyeon bertanya sambil melempar masuk bola basketnya ke dalam ring.

Sunwoo mendengus, "Nggak, sih." Kepalanya diangkat. Memperhatikan sosok Juyeon yang sedang berdiri membelakanginya. "Lo nggak suka pas gue nemenin lo main basket?"

Si pemuda rakun kembali meloloskan nafas beratnya ketika Juyeon tidak kunjung menjawab pertanyaannya. Apa sesulit itu untuk mengatakan ya atau tidak bagi Juyeon?

Entah Sunwoo terlalu kekanak-kanakan karena ia sebegitu inginnya mendengar jawaban dari semua pertanyaannya selama ini atau memang Juyeon terlalu dewasa untuk dipahami olehnya. Toh, semua nampak sama saja dimata Sunwoo. Ujung-ujungnya, memang fakta jika Sunwoo terlalu muda untuk memahami masalah seperti ini disaat ini adalah kali pertama ia merasakan perasaan tersebut.

"Kak," Sunwoo berdiri dari tempat duduknya ketika ia memutuskan untuk memanggil Juyeon agar lelaki itu segera berbalik menghadapnya. "Kira-kira apa yang nggak lo sukai dari gue?" tanyanya tiba-tiba.

Juyeon tidak langsung berbalik. Nampak terlalu biasa untuk ukuran orang yang cukup terkejut mendengar Sunwoo berujar seperti tadi. Mengapa tiba-tiba?

"Pulang—"

"Cukup, kak!"

Jemarinya terkepal kuat. Sunwoo muak menghadapi sikap menghindar yang Juyeon lakukan setiap mendengar ia mengucapkan pertanyaan yang sama. "Apa susahnya buat jawab? Padahal gue nggak nanya soal hal yang sensitif buat lo, tapi kenapa lo ngehindar mulu?"

Pemuda itu memaksa agar Juyeon berbalik dengan meraih lengan kanannya. Ia menyadari sesuatu. Tiap kali mereka mengobrol, Juyeon tidak pernah mau menatap langsung ke matanya. Lelaki itu terlihat seperti menyembunyikan sesuatu darinya.

Juyeon memberontak. Memaksa agar Sunwoo melepaskan tangannya. Tetapi, siapa yang menyangka jika Sunwoo sekuat itu disaat-saat seperti ini?

"Lo itu sebenernya siapa sih, kak?" Sunwoo menggelengkan kepalanya tanpa sebab. Ingin mengenyahkan semua pikiran yang tidak-tidak soal siapa sosok yang akhir-akhir ini mengisi pikirannya tersebut. "Gue ngerasa agak ganjil sama lo, kak. Semuanya. Lo yang selalu gue temuin pas menjelang malam hari dan juga lo yang nggak mau pulang bareng gue."

"Sunwoo—"

"Gue takut, kak ..." Air mata lolos dari mata rakunnya. Pegangan Sunwoo melemah seiring dengan terlepasnya tautan tangan mereka. "Gue takut lo cuman bagian dari imajinasi gue ..."

.
[Titik Temu]
.

"Kapan-kapan traktir gue lagi."

Yuna menyengir melihat wajah masam Eric yang sedang berjalan disamping kirinya. Merasa cukup puas lantaran ia berhasil membuat lelaki dengan surai soft purple tersebut kehabisan uang jajan hanya dalam hitungan jam bersamanya.

"Hm," jawabnya sedikit tidak ikhlas.

Kebetulan sekali, Yuna yang sedang iseng memperhatikan sekitar tiba-tiba melihat keberadaan sosok sahabat Eric yang kini telah berhasil berjalan mendahuluinya.

Sontak pergelangan dari kain sweater rajut yang dipakai Eric sebagai pelengkap dari seragam sekolah yang dipakainya perlahan terasa ditarik. Membuat pemuda itu seketika berhenti dan memandang heran ke arah Yuna yang tengah memandang ke arah lain dengan tatapan seperti orang terkejut.

"Itu bukannya Sunwoo, ya?"

Eric mengikuti arah telunjuk Yuna. Dan benar saja, dilihatnya ada Sunwoo yang sedang mengobrol disebuah lapangan basket tak terpakai dan tentunya masih memakai seragam sekolahnya.

"Kok, dia ngomong sendiri?"

.
[Tbc]
.

Titik Temu +Sunju Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang