12 ; belum siap kehilangan

416 90 30
                                    

"Biar gue bantu nyari dia."

Sunwoo termenung sesaat sesudah mendengar tawaran-yang sebenarnya lebih mengarah ke tuntutan-Younghoon tadi. Ia memang sedang disibukkan dengan rencana pencarian Juyeon dan seharusnya dengan Younghoon yang ingin bergabung dengannya untuk menyelesaikan misi akan sedikit mengurangi bebannya nanti.

"Nggak usah, kak. Biar gue sendirian yang nyari. Lo sama Eric tunggu kabar aja dari gue." Pemuda rakun tersebut perlahan tersenyum lirih. "Gue rasa kak Juyeon cuman pengen ditemuin sama gue doang."

.
[Titik Temu]
.

Jaket tebalnya dirapatkan pada tubuhnya. Sunwoo sudah memutuskan untuk melakukan pencarian sendiri. Tanpa bantuan Eric maupun Younghoon, tentunya. Seperti yang ia bilang tadi, Juyeon mungkin saja tidak mau bertemu dengan yang lain, bahkan Eric sekalipun. Dan Sunwoo yakin sekali jika orang yang dibutuhkan Juyeon saat ini tidak lain adalah dirinya seorang.

"Kak Juyeon," panggilnya terlampau pelan.

Dinginnya udara malam, diabaikan olehnya. Sunwoo tidak tahu ini sudah jam berapa. Ia tanpa berpikir panjang langsung pergi ke tempat dimana ia dan Juyeon biasa bertemu.

Sepi dan gelap lantaran lampu yang menjadi satu-satunya penerangan di lapangan basket sudah mati tidak digubrisnya. Juyeon adalah hantu. Lantas, mengapa ia harus takut dengan kegelapan?

"Gue sendirian disini." Lagi-lagi memanggil untuk yang kedua kalinya. Sunwoo berusaha meyakinkan Juyeon agar mau menampakkan diri karena faktanya memang dia tidak ditemani siapapun saat pergi kesini. Jadi, Juyeon tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi.

"Kak Juy—"

"Sunwoo."

Sejenak degup jantungnya berhenti sehabis mendengar sebuah suara memanggil namanya dari belakang. Ia hampir saja melepas setetes air mata begitu berpaling dan menemukan sosok Juyeon sedang berdiri dengan jarak tidak lebih dari sejengkal darinya.

Rindu. Meskipun baru berpisah beberapa jam yang lalu. Untuk saat ini saja Sunwoo merasa seluruh poros hidupnya ada di Juyeon. Bagaimana jika nantinya mereka benar-benar dipisahkan oleh takdir dari Sang Maha Kuasa?

"Kak Juyeon istirahat dimana?"

On point, Sunwoo memperhatikan Juyeon yang juga ikut menatapnya tanpa suara. Setia menunggu sampai Juyeon berani bersua akan jawaban dari pertanyaannya tadi. "Lo bukan korban pembunuhan 'kan, kak?" tanyanya ragu.

Juyeon menggeleng. Setapak lebih dekat dengan jarak Sunwoo, lelaki itu kini mengulas senyum melihat si pemuda rakun yang terlampau penasaran dengannya.

Sontak, ia terhenyak. "Lo ... bunuh diri?"

Tidak ada jawaban, baik itu anggukan maupun gelengan kepala. Sunwoo mengerti, ucapannya tepat sasaran.

Manik mata bulatnya terfokus pada apa yang ada dibalik leher tinggi dari hoodie abu-abu yang selalu Juyeon pakai. Tidak peduli itu lancang atau tidak, Sunwoo dengan tangan bergetarnya beralih menyentuhnya. Menurunkan sedikit kerah tersebut untuk memastikan akan dugaan sebelumnya.

Bekas jeratan tali.

Dan kini Juyeon menyaksikannya entah untuk yang keberapa kalinya dalam seminggu usai perkenalan mereka. Pemuda rakun itu menangis dengan mulut yang mengatup rapat. Tangan yang menyentuh lehernya dirasa bergetar. Sepertinya Sunwoo mengalami tekanan batin setelah tidak sengaja membayangkan bagaimana luka dilehernya tercipta.

Jemarinya ditautkan pada belahan jari tangannya. Juyeon meletakan kedua tangan bertaut tersebut dipipi kanannya. Ingin merasakan bagaimana hangatnya telapak tangan Sunwoo beradu dengan tangannya yang hampir sedingin es.

"I have no reason to stay here now." Juyeon berbicara dengan suara lembutnya. Selagi ia berusaha menyembunyikan bagaimana rasa sakit pada hatinya ketika tadi ia tanpa sadar seolah mengucapkan untaian kata perpisahan kepada Sunwoo.

"Diem, kak!" Sunwoo berteriak kencang seraya menggelengkan kepalanya. Menolak ujarannya tadi dengan wajah marahnya. Sunwoo tidak ingin Juyeon pergi. Tidak untuk meninggalkannya. Terutama kali Juyeon tidak hanya pergi sementara, tetapi untuk selamanya.

Kim Sunwoo belum siap kehilangan.

Tangannya mengepal kuat digenggaman Juyeon. "Gue mau ikut lo."

"Sunwoo—"

"Kalau itu bisa bikin kita bisa sama-sama, gue siap ngiris nadi gue didepan lo langsung sekarang juga!" pekiknya sembari mengeluarkan pisau lipat dari saku jaketnya.

.
[Tbc]
.

aku saranin bacanya sambil dengerin mulmed di atas ya ><

Titik Temu +Sunju Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang