13 ; titik akhir, selamat tinggal

656 107 18
                                    

"Sunwoo, dengerin aku."

Ditengah kepanikan melanda, Juyeon nyatanya masih tetap berbicara dengan suaranya yang lembut. Sorot mata yang kosong, perlahan mulai bisa terlihat ada cahaya di sana. Pemuda itu sebenarnya sadar akan apa yang dikatakan oleh dirinya sendiri, tetapi rasa takut itu menghantuinya.

Sunwoo tidak mau, tapi—ia harus. Dia perlu menahan kepergian Juyeon entah itu bagaimanapun caranya. Bahkan, sampai nekat berkata jika ia akan mengakhiri hidupnya sendiri guna bisa bersama dengan Juyeon untuk selamanya.

"Tolong kamu pikirin gimana keluarga kamu. Terutama Younghoon," ujarnya sambil menumpu kedua tangannya diatas bahu Sunwoo yang kini tengah menatapnya dengan pandangan sedihnya.

Mata bulatnya seketika berkilat marah, "Lo sendiri pas bunuh diri nggak inget Eric juga, kan?!" sungutnya. Ia menepis tangan Juyeon pada bahunya. "Apa nggak ada rasa bersalah sama sekali di hati lo itu pas Eric kemaren mohon-mohon sampai nangis supaya lo pulang?"

Juyeon terdiam. Ingin menjelaskan dirasa percuma karena situasi diantara mereka sedang tidak kondusif. Sunwoo masih dikerubungi oleh emosinya dan Juyeon juga bingung ingin menjelaskannya dari mana.

Ia juga merasakan kesedihan Eric saat itu. Juyeon hanya tidak mau menunjukkannya dan memilih untuk menghilang karena takut jika Eric tahu akan kebenaran jikalau mereka tidak bisa bersama lagi. Alam mereka bahkan sudah berbeda. Juyeon tidak mau Eric berharap banyak dengan keberadaannya yang tidak sengaja bisa dilihat oleh adiknya tersebut.

Lagipula, Sunwoo ada benarnya. Juyeon yang nekat sama sekali tidak bisa berpikir jernih. Bayangan Eric menghilang, tergantikan dengan sosok ibunya yang sedang tersenyum sinis dan menyiksanya tanpa ampun. Maka tidak heran mengapa Juyeon sampai tidak perlu berpikir lebih panjang tentang resiko kedepannya.

"Aku menyesal," Ia bergumam pelan. Sunwoo langsung memberikan tatapan terkejut ketika untuk yang pertama kalinya dia bisa melihat Juyeon menangis sedemikian rupa. "Aku menyesal mengapa baru sekarang bertemu denganmu."

Pemuda itu memperlihatkan ekspresi tidak percaya setelah mendengar pengakuan Juyeon tersebut. "Kak, lo suka gue juga?"

Anggukan didapatkan olehnya. Pipinya seketika memerah sempurna. Ia pikir Juyeon tidak mungkin suka dengannya yang di awal pertemuan saja sudah bisa dilihat seberapa urakannya dirinya. Saat menyatakan perasaannya beberapa malam yang lalu pun Juyeon enggan menjawabnya. Sunwoo terlanjur menduga jika Juyeon mungkin saja sama sekali tidak menaruh hati kepadanya.

Tetapi, untuk sekarang Sunwoo justru tidak bisa merasakan kebahagiaan dibenaknya. Padahal Juyeon sudah membalas perasaannya, namun entah mengapa ia tidak seekspresif kemarin.

Ia tetap merasakan kesedihan yang teramat dalam.

"Kamu ingat saat aku ngasih tahu kamu soal alamatku?" tanyanya tiba-tiba. Sunwoo mengangguk ragu. Membuat Juyeon yang sedang menangis, kini bisa menarik sebuah senyuman lega. "Aku ada di sana."

"Apa—?"

Tepat sebelum ia menyelesaikan ucapannya, Juyeon langsung menghilang. Menyisakan sisa dingin pada telapak tangannya ketika kedua tangan mereka bertaut tadi.

Ini akhirnya,

Sunwoo benar-benar harus siap untuk merelakannya.

.
[Titik Temu]
.

Sorot kosongnya memandang bagaimana tim penyelamat membawa sebuah kantong berisikan jenazah Juyeon yang ketika ditemukan di gubuk hanya tersisa tulang belulang.

Eric masih dengan tangisannya, ditemani Yuna yang kini sedang mendekap erat tubuhnya. Sementara Younghoon, ia juga sama diamnya dengan Sunwoo. Sesekali ia mengusap air mata yang jatuh dan dengan tegar berdiri di samping adiknya.

Titik Temu +Sunju Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang