prolog

329 55 5
                                    

(Name) dan Rea adalah teman dekat, karena satu hal yang mereka sukai. Yaitu anime.

Jika (name) sangat tergila-gila dengan anime terutama One Piece, sambil berkhayal ingin memasuki dunia anime itu. Maka Rea hanya menyukai anime dalam batas normal. Cukup nonton dan hapus.

"Hei Rea. " Panggil (name) membuat gadis disampingnya itu menoleh ke arahnya. "Sepertinya menyenangkan ya, berpetualang bersama Luffy.... "

Rea mengernyit tak mengerti. Kenapa temannya ini ingin berpetualang bersama karakter fiktif?

Mengerti dengan apa yang dikatakan dari raut wajah Rea, (name) berdecak kesal. Lupa kalau orang disampingnya ini terlalu realiti untuk diajak berfantasi. "Bayangkan saja. Jika iya dan kamu diberikan sebuah hadiah apa yang kau inginkan. "

"Aku lebih memilih menjadi kaya. " Jawabnya datar.

"Sudah kubilang bayangkan saja! "

"Oke, oke. " Rea menenangkan (name) yang memandangnya horor. "Aku lebih memilih diberikan pedang spesial dan mampu membuat jurusku sendiri. Kalau kau? "

"Sepertinya, aku ingin diberi buah iblis tipe logia dan jago dalam pertempuran jarak dekat. " Jawab (name) berkhayal. "Juga ingin menaklukan semua pria disana! "

"Kurasa tidak mungkin, kau lupa jika Oda sensei hampir membuat semua karakter tidak peduli soal percintaan. Bisa gawat kalau ada dan malah berubah genre. " Jawab Rea. "Atau akan ada butterfly effect yang parah. "

(Name) menggaruk kepala. "Iya juga sih, tapi di fanfic banyak yang gitu kok. "

"Mereka langsung dibuat jatuh cinta karena karakternya imut. Aku tidak suka, banyak karakter yang cantik di animenya, tapi mereka luluh hanya karena imut, cantik dan pintar? Robin dan Nami apa kabar. " Rea memberikan pendapat jelas.

Masuk akal jika karakter berbuat sesuatu yang hebat baru jatuh cinta, bukan first meet cantik, imut, kuat langsung jatuh cinta. Itu tidak seru. Dia juga tidak suka jika karakter anime nya tiba-tiba ooc.

"Kau benar. Bahkan Robin hampir mengorbankan nyawanya tapi para laki-laki masih menganggapnya sekadar teman. " (Name) mengeluh. "Setidaknya aku ingin bersama mereka gitu. "

"Kalau iya memangnya kita bisa apa? Jika hanya bermodalkan tahu masa depan kita bisa dipastikan mati sebelum mencapai dunia baru. " Rea untuk sekian kalinya menghancurkan harapan (name).

(Name) mewek dan memukuli punggung Rea dengan pelan.

Mereka terus berjalan dan berhenti disudut untuk melihat anak kucing yang kelaparan. (Name) dengan polos memberikannya keripik kentang dan langsung dipukul Rea. Yang ganti memberikan nya roti.

Tak lama terdengar suara klakson truk melaju ke arah mereka. Menargetkan mereka sebagai korban tabrak lari.

(Name) menjerit horor. "Katakan sesuatu Rea! "

"Aaaaaaa gawat, apa kita akan mati? " Rea berteriak dengan datar seolah ia telah menerima kematian yang akan terjadi padanya. Ia hanya memeluk kucing nya erat.

(Name) kesal menjitak Rea.

Disaat terakhir pun mereka masih sempat bertengkar. Mereka akan mati, itulah yang mereka bayangkan.

One PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang