11 x 11

1.5K 207 12
                                    







"Aku harus berada di posisi yang mana?

Atas atau bawah?"












Jungwon memiringkan sedikit kepalanya ke samping, mata kucingnya membola besar menatap kebingungan pada dua bed kasur bertingkat dua di hadapannya.

Kopernya masih betah dia genggam. Pikirannya berkelana- Atas untukku. Titik.

Tapi sayangnya tak semua yang kita inginkan dapat kita dapatkan.

Karena nyatanya, Sebuah suara berat dari arah belakang tubuhnya telah terlebih dahulu memupuskan keinginannya untuk menjadi pihak atas.

Jay dengan wajah songong- menyebalkan berdiri di sebelah Jungwon melipat kedua tangan didepan dada.

"Aku yang akan menjadi pihak atas"

Itu mutlak, dengan senyum yang tercetak miring.

Jungwon sebenarnya tak masalah untuk menjadi pihak bawah,Toh sama-sama bisa di tempati dengan nyamankan?

Iya, Jika seseorang yang akan menjadi roommate nya berbicara dengan nada baik dan juga wajah ramah.

Dan ini?!!

Ada apa dengan wajah menyebalkan itu?

Jungwon benci, sangat membenci apabila ada seseorang yang menatap padanya dengan begitu rendah seperti apa yang Jay telah lakukan sekarang ini .

Hei..Yang Jungwon itu selalu di Nomor satukan di tempat tinggalnya . Selalu di manja oleh sang kakek tercinta.
Walau sekarang Jungwon sudah tak memiliki kedua orang tuanya disisinya. Setidaknya kasih sayang dari kakek-nenek  dan juga pamannya tak pernah habis Jungwon dapatkan. Malahan semakin bertambah besar.

Tetapi lihat !! Wajah dan tatapan merendahkan dari seseorang yang sejujurnya mulai Jungwon benci untuk mengakui. Bahwa dahulu orang tersebut pernah menjadi alasan dirinya untuk tersenyum dan bangkit dari keterpurukan.

Oh!! Sepertinya Yang Jungwon harus segera menarik rasa bersalahnya pada si pemuda Park tentang kejadian kemarin malam.

Jungwon ingin membuktikan sekarang, dia ingin melihat, bagaimana se-seorang seangkuh-egois seperti Jay Park ini akan menjilat ludahnya sendiri.

Yang Jungwon tersenyum miring. Menatapi tubuh Jay dari posisinya, dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Walau benci mengakui,, tetapi si Park ini memang memiliki tubuh yang sangat bagus dan juga tinggi.

Untuk pengakuannya yang terakhir, Yang Jungwon sukses di buat mendengus setengah kesal.

"Bagaimana dia bisa tumbuh setinggi ini?

Hei..dulu dia sangat pendek!!"

Tanpa sadar , Jungwon mengerut dengan ekspresi lucu di wajahnya.

Jay yang memang sedari tadi mengamati- walau begitu benci untuk mengatakannya. Jujur melihat apa yang tengah di lakukan oleh si murid baru ini sekarang_ itu benar-benar terlihat sangat mengemaskan di mata Jay.

Jay mengumpat dalam hati, Bisa-bisanya dia di buat takjub dengan ekspresi wajah yang ,_ ekhem! -

Menggemaskan .

Jay memalingkan wajahnya.

"Cepat kemasi barangmu, Yeonjun Hyung meminta kita untuk segara berkumpul di taman sekolah"

Berdehem agak canggung. Tanpa perlu repot menatap. Jay  pun melangkah meninggalkan Jungwon di dalam kamar dengan iringan tatapan kesal yang Jungwon layangkan. Dan Jay cukup peka untuk menyadari hal itu.

Namun apa pedulinya?

"Park Jongseong...menyebalkan. Pikun....

Awas saja nanti, jika kau mengingatku..."

Jungwon tersenyum miring.

Ok ini pendek sekali 😪

Maaf ya, ff ini gak bisa panjang-panjang;)

Terimakasih sudah mampir , nge-vote, Coment dan nge-follow akun gw:)

Semoga kita bisa menjadi teman yang baik:)

Sampai jumpa di chapter selanjutnya:))

Eh! Iya 😁

Cuma mau bilang...

Gw baru sebutin Au JayWon di Twitter nih👉👈 barang kali ada yang berminat buat mampir;)




-ON TRACK- [JAYWON] Ver☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang