Genre : Romance
Setting : AU
All character are belong to Hajime Isayama
Story by me
************************************
Levi itu seperti reaksi asam, sedangkan Hange seperti reaksi basa. Reaksi asam dan basa saling membutuhkan untuk membentuk senyawa garam. Tapi Levi dan Hange, keduanya saling membutuhkan untuk membuktikan rasa.Jika Levi seringkali ber Ph 3,5. Maka Hange akan ber Ph 9 untuk membuatnya ber Ph stabil. Seperti kisah mereka, jika terlalu asam akan menimbulkan keretakan. Jika terlalu basa akan menimbulkan kepahitan. Maka dari itu, keduanya ada pada Ph normal agar saling menjaga.
Reaksi asam dan basa saling berkaitan. Begitu pula dengan Levi dan Hange, keduanya saling membuat keterkaitan satu sama lain dan pada akhirnya akan saling membutuhkan.
Jika reaksi asam dan basa ada dalam reaksi kimia. Maka Levi dan Hange ada dalam reaksi rasa. Reaksi dimana ketika sang hati saling bertaut untuk menjaga rasa. Reaksi dimana ketika getaran rasa cinta akan selalu dirasa keduanya setiap kali bersama.
*****
Menjadi peneliti di laboratorium, memanglah impian Hange sedari dulu. Apalagi dengan ditemani sang suami yang juga seorang peneliti, menambah rasa senangnya yang selalu membuncah dari hati. Kurang apalagi coba? Semua impiannya sudah terlaksana kini.
Levi dan Hange, keduanya bertemu saat sama-sama sedang meneliti untuk komoditas baru dari tumbuhan gandum. Saat itu, tidaklah ada rasa khusus, atau pun degupan jantung yang saling bersahutan menandakan adanya rasa. Hanya saling terdiam ketika bersama bahkan. Tidak ada yang spesial, bahkan bisa dibilang hanya sebagai partner kerja.
Tapi entah mengapa, saat bersahutan mengenai asam dan basa, keduanya dengan cepat begitu akrab. Dan dari sanalah akhirnya reaksi itu ada. Reaksi yang membuat getaran yang bernama cinta. Reaksi yang membuat api asmara mulailah terlihat. Ialah reaksi rasa, yang membuat keduanya paham pada perasaan yang pada saat itu mulai terpatri.
Kini mereka saling memahami, dan akhirnya terikat pada ikatan pernikahan yang mulanya tidak pernah mereka duga sebelumnya. Sungguh sangat diluar ekspektasi. Keduanya tidak pernah menyangka akan saling jatuh hati. Bermula dari reaksi asam dan basa, dan berlanjut menjadi reaksi rasa.
Hange sedari tadi menaruh perhatiannya pada sang suami. Yang kini tengah berkutat pada layar laptopnya. Iris matanya berkilat membinar cerah, yang biasanya akan selalu terlihat ketika dilanda kesenangan yang berlebih. Ini adalah kebiasaannya setiap kali begitu, sampai-sampai sang suami hanya dapat menghela pasrah ketika sang istri yang dilanda kesenangan.
"Mmmm... Mmmm..." senyum secerah harapan terpatri dari wajah si wanita. Sambil sesekali bersenandung, ia tetap tak lepas perhatian dari menatapi sang suami. Hingga si pria hanya menukik heran.
"Kok, senyum-senyum sendiri? Kenapa?" tanya Levi yang kini sudah dilanda heran pada Hange yang malah tersenyum sendiri menatapinya sedari tadi.
"Gak ada!" tanpa menghilangkan pandangan matanya dari sang suami, Hange tetap melengkungkan senyumnya yang tetap saja terpatri. Ia kini merubah posisinya, yang dari menopang dagu menjadi terduduk tegap. Tapi tetap tak lepas pandang dari Levi yang berhadapan dengannya.
"Coba kamu minum tehnya!" si wanita malah menitah Levi meminum teh yang memang sedari tadi belumlah ia sentuh. Meskipun asap masih mengepul, tapi tetap akan berbeda rasa bila terlalu lama didiamkan. Maka dari itu, Hange meminta sang suami untuk segera meminum tehnya. Tanpa mengatakan maksud yang ia punya juga tentunya.
Mata Levi memicing, memperhatikan sang istri yang sedari tadi masihlah tidak menghapus senyum yang terpatri. Tumben sekali ia begitu, pikirnya. Tapi kini, ia mulai menggapai gagang cangkir dari atas meja makan itu, lalu mulai mengangkat cangkir yang berisi teh itu menuju mulutnya. Saat baru sedikit saja menyeruput tehnya, sangat terasa sekali oleh indera pengecapnya rasa masam yang amat menyengat lidahnya. Ia pun dengan terburu menaruh kembali cangkir teh itu pada piring kecil sebagai alas yang menjadi tumpuan cangkirnya.
Wajahnya dengan cepat mengernyit menahan rasa asam yang masih amat terasa di lidahnya. Ini sang istri tidak salah mencampurkan gula ke dalam teh kan? Pikirnya. Tanpa pikir panjang, ia menatap tajam pada raut wajah Hange yang ternyata kini telah berubah menjadi senyum seringai. Sepertinya sang istri berniat mengerjai Levi. Hingga kini, tanpa dosa malah si wanita tersenyum cengengesan ke arahnya.
"Ini kamu masukin apa ke teh?" Levi bertanya meminta jawaban dari si wanita.
"Cuka!" dengan cepat Hange menjawab pertanyaan Levi tanpa merasa bersalah.
"Han, ini tuh bukan lab. Jangan sembarangan bikin eksperimen!" sahut Levi yang sepertinya sudah mulai kesal. Karena dirinya telah beberapa kali memberitahu sang istri untuk tidak menjadikan rumah mereka sebagai tempat eksperimen seenaknya. Ya, dirinya tahu mereka sama-sama seorang peneliti. Tapi untuk tempat eksperimen, tentulah bukan seenaknya begini.
"Ehehe..." Hange malah terkikik kecil menjawab sahutan suaminya.
"Kenapa malah ketawa?"
"Habis kamu lucu!"
"Lucu kenapa? Jangan-jangan, kamu menjadikanku bahan eksperimen dari reaksi asam dan basa kamu lagi ya?"
"Enggak kok! Kamu jangan ngomel mulu ah! Nanti kalo anak kita sudah lahir dan tahu kalo punya papa yang demen ngomel gimana. Nanti dia sangsi loh deket sama kamu!" ucap Hange sambil mendekat ke arah sang suami yang kini mengernyit bingung.
"Iya, aku tahu! Tapi kenapa coba malah ditambah cuka?" jawab Levi membalas ucapan Hange, sembari memperhatikan sang istri yang telah duduk di sampingnya kini. "Ada-ada saja kamu ini. Dan apa katamu tadi? Kalau anak kita lahir? Kita kan belum punya- " ucapan Levi terputus setelah ia menyadari maksud dari kata-kata Hange tadi. Dengan cepat, kini ia sudah menatap sosok Hange di sebelahnya yang sedang tersenyum manis ternyata.
Ia terdiam, sembari masih menatap sang istri yang masih tersenyum padanya. Sambil memikirkan ucapan dari Hange tadi, ia hanya berharap bahwa dugaannya benar.
"Papa!" hanya sahutan itu yang terucap dari bibir Hange.
"Hange, kamu- " Levi masih berekspresi dengan tidak percaya. Matanya tetaplah menatap lekat ke arah Hange yang masih tersenyum manis padanya.
Sedang Hange mengangguk kecil menjawab ucapan sang suami tadi. "Coba, lihat di bawah piring kecil alas gelas itu ada apa!" untuk menegaskan maksud anggukannya, kini Hange menyuruh sang suami untuk melihat ke bawah piring yang menjadi alas untuk cangkir teh itu.
Dengan segera Levi menggeser piring kecil itu, dan ia pun menemukan benda berbentuk persegi panjang yang di atasnya terdapat garis dua. Matanya membola seketika itu juga, hatinya kini dipenuhi dengan rasa kegembiraan yang tidak terkira. Dirinya sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Entah bagaimanapun juga, ia tidak dapat menyembunyikan kebahagiannya kini.
"Hange, terima kasih!" dengan segera Levi kini sudah mendekap Hange dalam pelukan hangatnya. Ia memeluk sang istri dengan erat, sambil sesekali mengecup pucuk kepalanya dengan sayang. Ia akan menjaganya, menjaga keluarganya, menjaga mereka sepenuh hatinya sendiri.
Sepertinya, Levi memang harus berterima kasih pada reaksi asam dan basa yang pada saat itu mereka berdua bahas. Hingga karenanya, mereka berdua dapat menjadi sebuah keluarga yang tak pernah ia sangka akan begitu membuat kehidupannya begitu berwarna kini.
______________________________________
Fin.
Thanks sudah membaca...
KAMU SEDANG MEMBACA
L.O.V.E WORDS
FanfictionSumary : Hange mendesah pelan. Mengapa dari semua konsentrasinya ia harus selalu jatuh pada Levi lagi. Ah, memang kalau sudah cinta, insting pun rasanya sudah seperti mati rasa. Rasanya meskipun ia menghindari, selalu saja ia akan terpatri pada lela...