Black Out

334 36 22
                                    

Setting : AU

Genre : Angst, drama, family

Cast : Levi Ackerman, Hange Zoe, Udo, Mikasa Ackerman.

All character are belong to Hajime Isayama

Story by me


************************************



Levi mengelus lembut helaian rambut berwarna cokelat milik Hange. Dengan perlahan, telapak tangan miliknya tak lepas dari helai demi helai rambut istrinya itu yang terjatuh di atas seprai yang menjadi pembungkus bantal yang ditiduri oleh sang istri.

Bibirnya tak henti melengkungkan senyum manis yang masih terpatri. Tak bosan, dirinya terus menatapi wajah damai Hange dalam tidur lelapnya. Sudah beberapa hari ini, entah mengapa hal tersebut menjadi kegiatan favoritnya.

Disentuhnya kulit pipi Hange yang memucat. Jari-jari Levi kini mulai menelusuri area kulit wajah Hange dan mengusapnya dengan lembut. Seolah-olah, hal tersebut ia takutkan akan membuat Hange terbangun dari tidur lelapnya. Tak bosan juga, kegiantan itu Levi lakukan selama beberapa lama.

"Han, aku gak akan pernah bosan untuk selalu mengangumimu," bisikan suara pria itu mengalun dengan lembut. Levi bahkan kini sudah mengecup lama dahi milik Hange, seakan kegiatan tersebut menjadi kecupan terakhir darinya untuk sang istri.

"Kamu bahkan akan selalu cantik walau pun dengan keadaan begini adanya!" nada suara Levi terdengar pelan. Walau begitu, hal tersebut tetaplah membuat suaranya menggema di sekitar kamar tidurnya bersama Hange.

"Aku bahkan ingat ketika bertemu denganmu pertama kali. Kamu berisik, terus mengoceh, dan hal itu membuat aku kesal ketika melihatmu saat itu," ucap Levi sembari tak henti mengelus helai rambut Hange dengan telapak tangannya. "Tapi entah kenapa. Aku tetap jatuh dalam pesona kamu yang selalu tersenyum lebar padaku." sahutnya lagi kemudian. Hembusan napas Levi lalu mulai terdengar mengalun dengan teratur. Iris keabuan itu, tetap tidak bisa lepas dari menatapi wajah Hange dalam tidurnya.

Waktu terus berjalan, gerakan jarum jam terus berputar mengalun melewati tiap detik hingga berganti menjadi menit ke jam. Luapan atmosfer keheningan tak terpecah menjadi suara jua, karena Levi memutuskan untuk tak lagi bermonolog pada Hange. Kini, kelopak matanya mulai berkedip beberapa kali tak mampu menahan kantuk yang mulai datang menghampiri.

Dirinya memutuskan untuk memposisikan diri berbaring di sebelah sang istri kini. Kelopak matanya tertutup, pria itu memutuskan untuk tertidur dengan mendekap tubuh sang istri erat. Seakan hal tersebut jika tidak ia lakukan, akan membuat dirinya kehilangan sosok yang dicintainya.

*****

Detik demi detik, menit demi menit terus berjalan hingga tak terasa matahari pagi mulai menyongsong menampakkan diri. Sinar sang mentari kini menyapu sebagian permukaan atmosfer bumi dan menelusup melalui celah-celah awan yang membentang.

Angin dingin di pagi hari pun mulai terasa menghembus dengan lembut. Hingga karenanya, sebagian insan haruslah bersidekap lebih lama dengan selimut tebal mereka. Yang bahkan sinar sang mentari tak mampu membuat mereka terusik, meskipun kehangatan darinya menguar membelai udara pagi.

Pun yang terjadi pada Levi, ia mengeratkan dekapannya pada tubuh Hange yang terbaring di sampingnya. Merasakan udara pagi, membuat dirinya enggan untuk beranjak. Namun, kehangatan sinar matahari pula malah membuat ia dengan terpaksa membuka kelopak matanya untuk melebar.

L.O.V.E WORDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang