Aku menaruh semua cerita ku dalam setiap lembar kertas, karena aku pikir suatu saat nanti aku bisa membacanya kembali, mengenangnya.'
°°°°°
Dipertengahan bulan Mei, Kota Bogor.
Sudah memasuki musim kemarau, karena hujan tak lagi terus-menerus sepanjang hari mengguyur kota ini, hanya beberapa waktu saja.
Hari masih pagi Arsya keluar dari rumahnya, dengan seragam putih abu-abu, sepatu hitam, dan tas ransel yang ia sampingkan disalah satu bahunya. Ia berdiri di samping gerbang rumahnya, bersandar pada tembok yang menjadi pembatas antara rumahnya dengan rumah di sebelahnya.
"Udah nunggu lama?" Seseorang keluar dari rumah di samping Arsya, dengan seragam yang sama dengan Arsya. Ketika melihat orang yang ia tunggu sudah muncul, Arsya menegakkan tubuhnya kembali, berdehem menjawab pertanyaan Rena.
"Sorry." Ujar Rena, tahu jika Arsya sedikit kesal karena menunggunya.
"Kita berangkat sekarang." Ujar Arsya, Rena hanya mengangguk meng'iya'kan. Keduanya berjalan menuju halte bus, jika kalian berfikir mereka akan menaiki bus. Jawabannya salah, karena mereka berdua akan menaiki angkutan umum untuk pergi ke sekolah. Menaiki bus di pagi hari seperti ini, itu tidak akan Rena maupun Arsya lakukan. Ada alasan di baliknya, karena bus di pagi hari akan ramai penumpang, dan berakhir tidak mendapatkan tempat duduk. Jadi lebih baik mereka menaiki angkutan umum.
"Hai Rena." Seseorang yang baru sampai, berdiri disamping Rena, menyapa. Rena menatap tajam orang tersebut, mengabaikan sapaannya, lalu menggandeng tangan Arsya.
Arsya menengok melihat orang tersebut.
"Arsya." Kali ini orang tersebut menyapa Arsya. Arsya hanya menatapnya datar.
"Udah biarin aja Ar, ayo." Rena langsung menarik Arsya, ketika angkutan umum yang mereka tunggu datang. Angkutan umum tersebut kembali melaju, Meninggalkan seseorang itu sendiri.
"Sudah hampir dua tahun." Arsya berujar, membuat atensi Rena yang awalnya pada ponsel miliknya kini menatap Arsya di sampingnya.
"Lu masih peduli sama dia? Malah gua berharap kalo kita ga satu sekolah sama dia. Gua ga pernah sudi liat muka dia." Ujar Rena, sungguh sangat kejam perkataan Rena. Perempuan itu kembali fokus dengan ponselnya, membiarkan Arsya berkecimpung dengan pemikiran nya sendiri, hingga beberapa saat berlalu.
"Kiri depan pak." Ujar Arsya, saat itu juga angkutan umum berhenti tepat disamping sekolah nya. Arsya membiarkan Rena keluar terlebih dahulu, barulah dirinya turun dan memberikan selembar uang pada supir angkotnya.
Keduannya masuk kedalam sekolah, berjalan di koridor sekolah. Hingga di pertigaan koridor, mereka menghentikan langkahnya.
"Itu Arin." Ujar Rena saat melihat sahabatnya yang juga kakak kelasnya itu. Arin tersenyum, berjalan mendekati Rena dan Arsya.
"Kalian berdua baru nyampe?" Tanyanya, di angguki Rena.
"Tadi kita ketemu Meri." Ujar Rena menampilkan wajah tak sukanya.
"Bukannya lu tiap hari juga ketemu dia yah." Balas Arin dengan senyum menggodanya, Rena berdecak kesal.
"Udah satu sekolah, satu jurusan, satu kelas pula. Kenapa harus gua juga sih." Cerocos Rena.
"Udah-udah sabar. Ayo ke kelas, kelas Lu sama kelas gua kan sejalan." Ujar Arin merangkul sahabatnya Rena.
"Yaudah Ar, kita berdua langsung ke kelas yah." Ujar Arin kepada Arsya yang memang kelasnya berada di lantai dua. Arsya mengangguk meng'iya'kan.
"Dadah Arsya, muach..." Ujar Rena sambil berjalan, ia menengok ke Arsya dan melemparkan fly kiss. Arsya yang tersenyum, sebelum akhirnya ia kembali jalan menuju kelasnya.
***
Arsya POv
Hai... Perkenalkan nama ku Arsyanda, kelas dua SMK, dengan jurusan Teknik Komputer jaringan. Aku tak pandai mendefinisikan diriku sendiri, jadi apa yang harus aku jelaskan tentang diriku pada kalian.
Apa perlu aku menceritakan tentang dua manusia tadi? Rena dan Arin. Baiklah aku akan menceritakan tentangnya sedikit. Rena, Kelas dua SMK, dengan jurusan Administrasi perkantoran, rumahnya tepat disamping rumah ku, kalian akan mengetahui sifatnya nanti. Sedangkan Arin, ia kelas tiga SMK, dengan jurusan Multimedia. Selain sahabat ku, ia juga sepupu ku, bisa di bilang kita masih memiliki ikatan keluarga besar.
Apa kalian bertanya tentang Meri? Ia sahabat ku juga, tapi...dulu. Menuntut ilmu disekolah yang sama dengan ku, SMK Bina Nusantara. Dan ia sekelas dengan Rena. Aku tau bisa menceritakan tentangnya secara detail, seperti yang tadi aku katakan, kalian akan mengenal mereka nanti.
Selanjutnya kalian akan bertemu dengan Yeri, Emely, dan Elena. Mereka menuntut ilmu di sekolah yang berbeda. Yeri dan Emely yang menuntut ilmu di SMK Merdeka, keduanya kelas tiga SMK dengan jurusan Administrasi perkantoran, dan tentunya sekelas. Sedangkan Elena, ia menuntut ilmu di SMK Harapan Pelita, kelas dua SMK dengan jurusan Administrasi perkantoran.
Kembali kedalam cerita.
Siang ini, setelah bel istirahat berbunyi, dan guru yang mengajar di kelas ku pun sudah pergi. Tapi tak ada niatan untuk diriku beranjak dari bangku yang aku duduki. Ini sudah menjadi kebiasaan ku, yaitu tertidur saat waktu istirahat.Didalam absen kelas hanya terdapat lima nama perempuan, dan salah satunya adalah aku. Untunglah meja di sekolah ku, tak harus membuat muridnya duduk berdampingan dengan teman sekelas lainnya. Aku duduk di meja pojok kanan, bangku kedua, tepat disamping jendela kelas.
Keempat teman perempuan sekelas ku sudah pergi keluar kelas menuju kantin sejak bel istirahat berbunyi. Mereka sempat mengajak ku, tapi lagi-lagi aku hanya menolaknya.
"Arsyaaaaaa." Suara itu. Baru saja aku akan memejamkan mata, suara itu selalu menjadi pengganggu waktu tidurku.
"Hey Ren, chat gua bales napa." Aku mendengar teman laki-laki sekelas ku berujar.
"Kaga mau, lu jelek." Rena berujar, ia hanya bercanda, tapi cukup keterlaluan. Teman-teman sekelas ku yang ada di dalam kelas pun tertawa mendengar nya.
Dua manusia itu sudah berada tepat dihadapan ku. Aku menegakkan tubuh menatap keduannya. Arin dan Rena selalu datang ke kelas saat waktu istirahat, memaksa ku untuk ikut mereka ke kantin atau kemanapun itu.
Teman-teman pria sekelas ku, selalu menggoda Rena maupun Arin. Dua perempuan feminim yang memiliki pesona masing-masing yang entah bagaimana bisa memikat hati pria. Aku? Mana mungkin ada yang terpesona dengan ku. Whatever, aku memang tak pernah peduli itu.
"Molor Mulu lu." Ujar Arin.
"Ayo ke kantin." Rena menarik tangan ku untuk berdiri, tapi aku menahannya.
"Kalian berdua aja sana, huss." Aku mengusirnya secara terang-terangan.
"Ayo is." Rena masih menarik-narik tangan ku agar berdiri dan ikut dengan mereka.
"Ikut aja kali Ar. Kaga bosen apa lu dikelas mulu." Dino berujar, laki-laki dengan wajah manis itu teman sekelasku.
"Biarlah, Arsya mungkin memang lagi pengen dikelas." Ujar teman ku yang lainnya, Arif.
"Itu mah keenakan lu Rif, bisa natap Arsya terus." Ujar yang lainnya lagi, Didi. Aku hanya memutar bola mata malas, kenapa laki-laki dikelas ku senang sekali menjulid, bahkan langsung didepan orangnya.
"Is Ar, lu mau sama Arif? Gua sih kaga." Ujar Rena menggelang kepalanya kuat. Aku tertawa kecil.
"Kadang gua heran sama lu, jadi cewe kerjaannya molor terus tiap waktu istirahat." Seseorang di belakang ku ikut nimbrung dalam percakapan tak jelas ini. Aku menengok kebelakang.
"Bacot lu." Ujar ku menunjuknya. Lalu berdiri dari duduk ku, berjalan keluar kelas meninggalkan Arin dan Rena yang masih di dalam kelasnya.
"Ar tunggu woy." Aku mendengar Arin berteriak. Aku hanya melanjutkan jalan ku, tanpa menengok kebelakang.
Hingga akhirny mereka berdua sudah ada di antara sisi ku.
"Kita ke kantin, come on." Arin dan Rena menggandeng tangan ku, membawaku jalan cepat ke arah kantin.
°°°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Gray (SEvEN)
ChickLitRabu, 18 Agustus 2021. ~°°°°°°°~ Masa lalu memisahkan kita. Entah siapa yang salah, kamu atau kami? Kini ingin menyatu kembali, berusaha mencari kebenaran yang nyata adanya. Tapi, dikemudian masa kita juga akan kembali berpisah. Satu-persatu, semu...