°°°°°
Yeri menatap lawan dihadapannya, ia menatap meneliti seseorang dihadapannya. Bahkan ia seperti dektektif yang sedang mengintimidasi tersangkanya. Beda dengan orang yang ditatapnya, seseorang itu tampak santai dengan salah satu kaki yang di simpan di pahanya, dan kaki satunya menahannya. Dengan santainnya ia membalas tatapan tajam Yeri, beberapa detik selanjutnya. Seseorang itu mendapatkan bantal sofa yang langsung mengenai wajahnya.
“Lu---” perkataan seseorang itu terpotong dengan suara Yeri yang sedikit berteriak.
“YA lu mau ngapain kerumah gua?” potong Yeri dengan sedikit meninggikan nada suaranya.
“Bisa santai ga sih lu hah!” Darian ikut meninggikan suaranya, membuat Yeri terkejut, namun sedetik selanjutnya ia memukul Darian dengan bantal sofa yang ada disampingnya, cukup keras.
“Aduh.” Darian meringis karena mendapatkan pukulan bantal tiba-tiba dari Yeri.
“Berani lu?” ujar Yeri tertawa kecil melihat Darian meringisi kecil.
“Nye nye nye.” Ujarnya Darian mengejek Yeri, dan langsung mendapatkan pukulan bantal dari Yeri bertubi-tubi. Bahkan sekarang Yeri sudah berdiri, dan berada di samping Darian. Yeri terus memukul Darian dengan bantal yang ia pegang. Darian hanya menutupi kepalannya dengan lengannya agar tidak terkena serangan bantal dari Yeri.
“Aduh cape gua.” Yeri menghentikan serangan bantalnya pada Darian, dan memilih duduk disamping Darian. Ia mengatur nafasnya, sedangkan Darian ia membenarkan posisi duduknya.
“Lu ada masalah cerita, jangan malah mukulin gua bangke.” Ujar Darian, sambil menyibak rambut hitam yang sedikit panjang ke belakang.
“Suruh siapa dateng kerumah gua, sanah balik.” Ujar Yeri mengusir Darian.
“Lu udah mukulin gua, dan dengan gampangnya lu nyuruh gua balik. Enak aja.” Ujar Darian, diakhir ia mendorong kepala Yeri dengan bantal yang tadi sempat ia pegang, hingga Yeri terjungkur ke samping kanannya, karena posisi duduk Darian yang berada di samping kirinya. Yeri mendorong Darian, agar, menjauhkan bantal yang digunakan Darian tadi untuk mendorong nya.
“Mau lu apa hah?” ujar Yeri songong. Tapi Darian tersenyum jahil mendengar perkataan Yeri.
“Ayoo.” Darian berdiri dari duduknya, dan langsung menarik lengan Yeri. Namun Yeri menahannya.
“Eh eh mau kemana?” tanya Yeri waswas.
“Tadi lu nanya mau gua apa kan, mau gua lu ikut gua sekarang. Ayo.” Ujar Darian, dengan sekali tarik Yeri langsung berdiri dari duduknya.
“Mau kemana dulu.” Yeri menahan kakinya agar tidak ikut Darian, karena kekuatan Darian lebih besar, jadi mau tidak mau Yeri tetap terseret oleh tarian Darian.
“Ke rumah gua, banyak nanya lu.” Darian terus menarik Yeri.
“Teh Zea, gua pinjem Yeri nya sebentar yah.” Teriak Darian pada Zea yang baru saja turun dari lantai atas, kamarnya. Zea adalah kakak perempuan Yeri.
“YAAAA.” Balas Zea, ikut meninggikan suaranya. Setelah Yeri dan Darian benar-benar keluar dari rumah Yeri, Zea menatap heran.
“Kenapa gua ikut-ikutan teriak, aneh.” Ujar Zea pada dirinya sendiri yang terheran.
Sekarang Yeri mengikuti langkah Darian, dan Darian masih terus menarik Yeri walau sekarang tidak terlalu kuat seperti tadi, karena sekarang Yeri sudah mengikuti langkahnya dengan sendirinya. Mereka sampai didepan rumah Darian, Yeri menatap malas wajah Darian yang berbanding terbalik dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Gray (SEvEN)
Literatura FemininaRabu, 18 Agustus 2021. ~°°°°°°°~ Masa lalu memisahkan kita. Entah siapa yang salah, kamu atau kami? Kini ingin menyatu kembali, berusaha mencari kebenaran yang nyata adanya. Tapi, dikemudian masa kita juga akan kembali berpisah. Satu-persatu, semu...