"PARK JAEHEE!!!"
Suara teriakan itu membuat sang gadis bernama Jaehee membalikkan tubuhnya menghadap ke sumber suara.
"Ada apa?" Jaehee membalas dengan nada begitu tenang.
"Nanti sore ikut gue, yuk!" Jeno berseru semangat.
"Emangnya mau kemana?"
"Ke tempat biasa, lah. Kemana lagi?" Jeno menyikut lengan Jaehee, kemudian merangkul gadis itu.
"Gue mau liat dulu jadwal. Soalnya, tugas kuliah gue masih numpuk dan dikejar deadline." Jaehee berfikir sejenak, teringat akan tugas kuliahnya yang harus dikumpulkan lusa.
"Yaelah, nanti aja kek, ngerjain tugasnya. Yang penting, sekarang kita seneng-seneng aja dulu. Refreshing dulu." balas Jeno, acuh.
"Tapi, Jeno... Selain tugas itu, gue juga harus belajar buat kuis di mata kuliahnya Pak Sooman." perjelas Jaehee, Jeno hanya memalingkan wajahnya.
"Lebih baik, lo istirahat aja dulu. Istirahatin otak lo biar rileks, jangan belajar terus! Sehari gak belajar pun nilai lo gak akan turun!!! Lo kan udah terbukti dua tahun berturut-turut jadi mahasiswi terbaik dengan peraihan nilai tertinggi sefakultas."
Jaehee menghela nafas berat, benar juga yang dikatakan oleh Jeno. Tidak, dia tidak bermaksud sombong, tapi itu memang benar. Akan tetapi, dirinya tidak akan goyah! Ia harus tetap belajar agar besok kuis yang dilaksanakan lancar.
"Ayolah Jaehee! Park Jaehee... Please, gue gak ada temen main lho. Sahabat gue kan cuma lo satu-satunya!" Jeno memohon-mohon sambil memperlihatkan wajah sok sedih dan mengenaskan.
"Oke, gue ikut lo. Tapi..."
"Tapi apa?"
"Tapi gue cuma nemenin lo main di sana. Sementara gue ke sana buat belajar! Gimana? Oh, atau gue sama lo belajar bareng aja? Kita kan sekelas nih, besok kuis mata kuliahnya Pak Sooman. Lo gak mau kan, nilai kuis lo anjlok lagi kayak kemarin?" tawar Jaehee, memberi dua pilihan.
Jeno nampak berpikir, mempertimbangkan. Kemudian menepuk dahi pelan, "Aduh! Sama aja bohong dong, kalau kita belajar bareng?! Kan gue niatnya ke sana buat main, bukan belajar! Lagi pula, nanti pas kuis lo kan bisa ngasih contekan ke gue?"
Jaehee menggelengkan kepalanya,"Jenoooooo, itu kebiasaan lo yang harus dibuang jauh-jauh! Katanya lo masuk fakultas hukum karena pengin jadi pengacara, tapi kalau kuis, masih aja minta gue ngasih contekan ke lo! Kalo gitu, kapan pinternya lo kalo kebiasaan nyontek terus?!?"
"Masa calon pengacara kerjaannya nyontek, sih?!?" lanjut Jaehee dengan sedikit menekan kata 'calon pengacara'.
"Yaudah deh, terserah lo aja! Tapi, selesai belajar kita langsung main ya... Gue mau ngajak lo ke game center!" final Jeno, dirinya sudah tak bisa membalas kata-kata Jaehee lagi. Dia benar-benar dibuat mati kutu oleh gadis itu.
Jaehee tersenyum penuh kemenangan, "Nah gitu dong!"
"Iya Jaeheeeee...."
"Ayo kita ke kelas, sebentar lagi masuk. Mata kuliah Pak Eunhyuk, lho. Kalau sampai telat bahaya, kan!" Jaehee dengan cepat menarik lengan Jeno, dan berlari menuju kelas.
Takut singa jantan mengamuk jika mereka telat masuk. Jadi, mereka mempercepat langkah.
***
Jaehee dan Jeno selesai dengan mata kuliahnya sore ini, sekitar pukul tiga. Mereka sedang berjalan menuju tempat parkir. Rencananya, sebelum pergi ke tempat mereka biasa nongkrong, Jeno akan mengantar Jaehee ke rumahnya.
"Mana helm gue?" tanya Jaehee dengan tidak sabaran.
"Tunggu sebentar, biar gue yang pakein helmnya." Jeno mengambil helm yang disimpan di belakang jok sepeda motornya, kemudian memakaikan helm itu kepada Jaehee.
"Nah, udah selesai." ujar Jeno dan memberikan senyum manis, pun dengan tangannya yang jahil mencubit pipi Jaehee.
Jaehee meringis kesakitan. "Ish sakit bego! Tapi makasih, Jen udah pakein gue helm, hehe... Maaf gue ngerepotin."
"Maaf-maaf. Iya, sama-sama. Gak ngerepotin, kok. Kan udah biasa kayak gini." Jeno kembali tersenyum, sampai kedua matanya membentuk eye smile. Membuat Jaehee juga mengulum senyum.
"Oh, iya..."
"Yaudah, ayo naik!" seru Jeno yang dibalas anggukan oleh Jaehee.
Jaehee baru saja naik ke atas sepeda motor, lalu tangannya ditarik oleh Jeno dan tangannya ditaruh melingkar dipinggang Jeno.
"Pegangan, biar lo gak jatuh." ujar Jeno dan Jaehee hanya mengangguk. "Gaskeun!" lanjutnya dengan tawa.
Jaehee tak bisa berkata apapun lagi, ia hanya bisa terdiam karena perlakuan Jeno.
Tak lama kemudian, sepeda motornya melaju menuju rumah Jaehee. Tanpa merasa jika perlakuan kecilnya tadi membuat satu hati semakin menyimpan rasa teramat dalam.
Siapa sih yang tidak baper kalau seseorang memberi perlakuan seperti itu? Walau hanya perlakuan kecil, tapi bagi seorang gadis seperti Jaehee... Itu membuat hatinya berdebar-debar tak karuan.
ー UNREQUITED LOVE 짝사랑 ー
; ꜱᴏʀʀʏ ꜰᴏʀ ᴀɴʏ ᴛʏᴘᴏ(ꜱ)

KAMU SEDANG MEMBACA
Unrequited Love 짝사랑 (Jeno Ver.) [✔]
FanfictionBukan salahku jika perasaan ini muncul. *** Park Jaehee, yang diam-diam mencintai Lee Jeno. Sahabatnya sendiri. Tapi dia harus menelan rasa sakit dan pahitnya cinta karena itu hanyalah cinta sepihak. Jeno tidak mencintainya, kasih sayang yang ia ber...