8

107 16 0
                                    

Akhir-akhir ini hujan terus mengguyur ibu kota. Seperti pagi ini contohnya. Aroma apik yang menguar dari tanah yang terguyur hujan sudah tercium dari jam enam pagi kurang lebihnya. Terlepas dari banyaknya penduduk yang telah berlalu lalang menggunakan kendaraan pribadi, Jimin dan adik seperkampungannya masih menunggu hujan reda untuk pergi ke sekolah.

"Kak, bolos yuk. Kan lagi hujan" itu Jungkook yang minta. Sedari tadi sang pemilik gigi kelinci terus merenggut lengkap dengan memajukan bibir agak ke depan. Kalau tanya Jimin, adik busannya makin menggemaskan jika dalam mode sebal.

"Nanti kalau kita dihukum gimana?"

"Ya dijalanin aja lah kak, lagian kita nanti dihukum bareng-bareng" ucap Jungkook meyakinkan yang lebih tua. Bukan karena Jungkook malas ke sekola (walaupun agaknya iya) tapi yang lebih muda terlampau bosan. Pasalnya, dia dan Jimin telah menunggu didepan rumah lebih dari dua jam hanya untuk menunggu hujan reda.

Jimin masih berfikir. Jika seandainya motornya tidak harus masuk bengkel kemarin dia dan sang adik busan tidak ada terjebak hujan pagi ini. Tapi apa yang barusan jadi opini Jungkook ada benarnya. Sekarang jarum pendek jam telah menunjuk keangka sembilan yang mana artinya dia sudah terlalu terlambat masuk ke sekolah. Belum lagi, mereka harus menunggu bus sekitar setengah jam lamanya. Bisa-bisa mereka masuk tepat jam makan siang. Dan itu juga bukan pilihan.

Jimin menggangguk mengiyakan yang dibalas tepuk tangan bahagia dari sang adik super kampung annya.

DESSERT

"Kak, hujan-hujan gini enaknya makan mie lo kak" ucap Jungkook sembari menonton program TV yang tanyang dijam makan siang.

"Iya juga ya Koo, buatin kakak juga ya"

Yang dipanggil Koo hanya mendengus melihat cengiran khas yang lebih tua.

"Kakak aja yang bikin. Lagian kakak juga tau kan kalau Jungoo nggak bisa masak"

"Iya deh kakak yang masak, kamu mau mie yang biasa atau mie yang spesial?" tawar Jimin tentunya.

"Yang spesial ya kak, jangan lupa sama kuahnya yang banyak ya"

Sambil tersenyum, Jimin berjalan kearah dapur meninggalkan Jungkook yang masih setia di ruang TV dengan bergulung selimut.

Kurang lebih 15 menit, Jimin kembali ke ruang TV lengkap dengan dua mangkuk mie kuah yang masih mengepul asap yang tentu saja dihadiahi teriakan senang dari sang adik yang sedari tadi menunggu pesanan mie kuahnya.

"Silahkan dinikmati" ucap Jimin dengan berlagak pelayan restoran.

"Kok mienya sama kaya kakak" protes yang lebih muda.

"Emangnya kamu mau mie yang bentuk gimana?" giliran Jimin yang heran dengan kalimat Jungoonya.

"Tadi kakak nawarin mie spesial tapi ini cuma mie sama kuah aja kak"

"Punya kamu itu spesial Koo, spesial Cinta kakak malah"

Yang dipanggil Koo merotasikan bola mata. Dikira mie spesial dengan tambahan topping tapi yang didapat adalah gombalan maut sang kakak busan.

"Oh ya Koo, kalau kamu mau, kakak punya kerupuk"

"Serius? Mana kak?"

Jimin menghentikan makannya sejenak.

"Disini" ucap Jimin sembari mengelus perut yang beberapa hari ini agak buncit. Gara-gara hujan, dia jadi jarang ngegym katanya.

"Nyebelinnya kumat"

"Kakak mana nyebelin Koo"

"Terus kalo nggak nyebelin apa?"

"Ngeselin kali ya" Jimin tertawa renyah dengan kata-katanya. Yang mana berbanding terbalik dengan sang adik yang merengut sebal.

"Koo, kok kamu nerima Tae?"

"Soalnya Koo suka, apalagi kak Tae orangnya baik, apalagi kak Tae sering banget traktir Koo jadi, rugi aja kalo Koo tolak"

Jimin mengangguk faham.

"Kalau seandainya kakak traktir kamu tiap hari kamu bakal suka nggak sama kakak?"

Jungkook berhenti mengunyah, melihat kesamping kearah Jimin yang sibuk menyendokkan mie ke mulutnya dengan mata yang melihat program TV.

"Tadi kakak ngomong apa?"

To be continue

Dessert I Jikook Lokal AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang