O2: Nggak Naksir, Bon

382 109 34
                                    

Junan kebangun jam 6 pagi karena denger musik kenceng banget. Dia gak tau ini lagu apa, gak penasaran juga. Sekarang dia lagi mikir siapa dalang dari keributan pagi hari yang HARUSNYA tenang ini.

"Aduh siapa sih yang nyalain baby love me or leave me tonight?? Pening ini kepala." Junan nyebutin lirik bagian reff lagunya dikit soalnya kebayang-bayang. Bayangin aja kebangun gara-gara lagu yang instrumennya on point.

Dengan kaus hitam dan celana pendek selutut yang masih sama kayak tadi malam, Junan nyamperin sumber suara yang rupanya berasal dari tetangga baru itu.

Oh iya, semenjak tadi malam, Junan jadi punya panggilan baru buat tetangganya yaitu 'Madu TJ'. Kenapa Madu TJ? TJ stands for Teteh Judes dan madu ya karena cewek itu manis. Manis tapi judes.

Sebenarnya, daripada 'teh', cewek itu lebih pantas disebut 'cici' sih, tapi Junan nyeletuknya 'teteh' karena udah kebiasaan.

"Teh, jangan kenceng-kenceng musiknya, saya jadi kebangun ini. Mestinya saya bangunnya nanti pas jam delapan. Kalau mau nyetel musik kenceng pintunya jangan dibuka," ceramah Junan, sesekali menguap di sela-sela kalimatnya. Takut sih ada, mana tatapan cewek di depannya ini tajem banget kan, pisau Chef Juna kalah tuh tapi masa bodo, kenyamanan nomer 1.

Lia yang lagi nyapu di depan unit 2345 memasang wajah mengintimidasi. "Lo tuh ya, gue kayak gini ya gara-gara lo! Lo yang bilang kalo kamar gue penghuninya—"

"Teteh takut?" telak Junan.

"TAKUT?! Ya nggak lah!" Lia tertawa sarkas.

"Gak usah denial atuh teh." Junan tersenyum mengejek.

"Nggak, gue gak takut. Gue cuma kepikiran nasib penghuni sebelum gue. Dia lagi punya masalah apa ya sampai mutusin buat bunuh diri?" Lia memberikan alasan.

Junan tersenyum kecil. Kalau dipikir-pikir, lucu juga tetangganya ini. Berlagak galak dan berani, padahal di wajahnya tersirat jelas kalau dia takut setengah mati.

Badannya kecil. Tingginya paling cuma sampai bahu Junan— atau bahkan kurang dari itu? Tapi sapu yang dipegang tinggi banget. Cewek ini juga jarang senyum, sekalinya senyum ya senyum sarkas.

Junan jadi takut, sedikit aja tapi takutnya.

"Ooh. Hebat ya teh, empatinya tinggi," ujar Junan, mengacungkan jempolnya.

"Jangan panggil gue teh, kita seumuran."

"Kok bisa tau?"

"Ya nebak aja sih. Emang gak boleh?!" ketus Lia.

Junan memajukan bibir bawahnya, lalu berkata, "Keren juga tebakannya. Terus teteh mau dipanggil apa? Neng? Mbak?"

DEMI TUHAN, gak bohong, Lia lihat Junan masang ekspresi begitu KESEEEELLL banget.

"Atau nama? Siapa emang namanya? Saya tebak aja deh, pasti Maria," tambah Junan.

Lia langsung kayak... hah ngapain sih anak ini? Aneh banget.

"Kenapa bisa kepikiran Maria?" gumam kecil Lia.

Lia rasanya pengen ketawa, tapi ditahan demi image perempuan tangguh yang dia rencanakan dari awal. Cewek itu pengen tetangganya takut sama dia biar gak berani macam-macam.

I Can't Leave My RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang