O7: Advisor and Savior

277 99 25
                                    

Lia merasa bersalah banget sama Junan. Dia langsung tau Junan sakit karena bersikeras nerobos hujan semalem. Aduh... rasanya tuh di hati kayak nyusss kenapa gue seneng-seneng pas dia lagi susah sih?

Tadi Lia langsung mampir ke supermarket. Niatnya sih mau masakin Junan makanan yang hangat-hangat gitu. Kayak sup asparagus atau zupa-zupa.

Tapi sebelum Lia buat masakannya, Lia ngetuk pintu tetangga depan kamarnya itu. Mastiin kalau dia ada di apart atau lagi keluar. Takutnya makanan udah jadi, Junannya malah gak ada.

"IYAAA BENTAAR!" suara khas Junan terdengar dari luar. Emang Lia ngetuknya nyolot banget sih.

"Julia, mau dibantu bawa kreseknya??" tawar Junan ketika melihat Lia menenteng dua kresek besar di tangan kanan dan kirinya.

"Nggak, gak perlu. Ini bahan-bahan buat masakin lo. Tadi gue ngetuk pintu cuma mau mastiin lo ada apa nggak," jelas Lia.

Junan mengangguk-ngangguk paham. "Sebenernya saya udah banyak makanan, dibawain Mahesha sama Zidan tadi. Kalau Julia masak sekarang, saya masih kenyang. Dibanding mubadzir kalo kebuang, mending rencana masaknya diundur aja, jadi saya anggap hutang."

"Maksudnya diundur? Hutang? Lo kayak bank aja." Lia bingung. Seperti biasa, Junan aneh di matanya.

"Justru karena saya bank konvensional jadi ada bunganya," ucap Junan melantur. "Masuk dulu, takut pamali ngomong depan pintu. Itu kreseknya mau ditaruh disini atau di unit Julia aja?"

"Disini aja deh. Kan bahan-bahannya buat lo juga," kata Lia.

Junan mengambil alih bahan-bahan yang Lia bawa, kemudian masuk dan meletakkannya di meja makan.

Mata Lia menjelajahi setiap inci dari unit apartemen milik Junan. Ternyata kalau ditelaah lebih jauh, dibanding anak arsi, rupanya Junan sekarang lebih tampak seperti seseorang yang amat mencintai musik. Ada piano, seperangkat alat rekaman seperti microphone dan lain sebagainya.

Desain ruangannya cukup medioker dan membosankan. Satu lagi, nggak ada kaca! Even di kamar mandi.

Sebagai orang yang amat memperhatikan penampilan, Lia heran sih. Kok bisa ada manusia yang bisa bertahan hidup tanpa kaca? Secara Lia punya banyak di apartnya. Ada yang full body di ruang tengah, di toilet ada, di kamar juga ada.

Walaupun begitu, Lia masih kagum sama betapa bersih dan harumnya apart Junan. Beda sama pertamakali dia berkunjung ke sini.

"Lo kesambet apa sih jadi bersih gini??" tanya Lia heran.

"Dibersihin Mahesha, dia gak suka ruangan yang kotor," terang Junan.

OHHH rupanya Mahesha.

"Mau minum apa, Julia?"

Lia menggeleng tanda menolak. "Gak usah, santai aja. Gue yang mau jenguk lo, kok lo juga yang repot nawarin minum."

"Kan tamu harus diperlakukan kayak ibu peri."

"Kok ibu peri? Bukannya raja?"

"Julia mau jadi raja? Ribet loh. Harus ngerti sistem ekonomi komando. Belum lagi harus mikirin kesenjangan masyarakat. Kalau ada krisis moneter gimana?"

Lia lagi-lagi protes, "Terus kenapa gak ratu aja? Bukannya kalau gak bisa jadi raja otomatis pindahnya jadi istrinya raja?"

"Istrinya raja harus diatur pakaiannya. Gak enak, harusnya Julia bisa pakai apa yang Julia mau. Julia feminist kan?"

"Kok lo tau?!"

"Pernah liat pas demo RUU PKS. Sama temen-temennya juga berempat." Junan mengambil air, kemudian menyerahkan air tersebut pada Lia.

Sebenernya Lia penasaran sih, kok Junan tau itu dia yang ikut demo RUU PKS? Tapi jujur dia lebih penasaran sama topik yang diusung Junan, perihal tahta Lia sebagai tamu.

"Ih kok gue jadi ibu peri sih? Gue gak mau. Terlalu kecil." Julia mendumal sebal. "Kalau gitu, kenapa nggak jadi anak ratu dan raja aja? Princess?"

"Nanti separuh hidup Julia bakal didedikasikan untuk nyari pendamping hidup, walau Julia gak mau tapi harus tetap mau. Terus untuk nyenengin hati orang lain, untuk jadi apa yang mereka idam-idamkan. Emang Julia mau jadi wadah ekspektasi banyak orang?"

BINGUNG banget ini Junan kayaknya keseringan baca fairytale... tapi setiap kalimat yang dia lontarin tuh bikin penasaran.

"Nggak mau. Yaudah penasehat kerajaan deh, Advisor."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I Can't Leave My RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang