Pukul 14:50. Setelah pulang dari kampus, Jiwon melanjutkan perjalananan menuju cafe yang dekat dengan kampusnya.
TIDAK
Gadis itu kemari tidak untuk berfoya foya. Dia disini mencari nafkah untuk kehidupannya.
Jiwon adalah seorang waiters disalah satu cafe. Bukan cafe yang cukup besar memang, tapi gajinya lumayan cukup untuk kebutuhan hidupnya.
"Waiters!"
Jiwon berlari kala seorang gadis cantik memanggilnya keras. Tangannya memegang buku catatan untuk menu setiap pengunjung.
"Kimchi, Strawberry Milkshake, Tiramisu."
Ketika pelanggan itu memesan dengan baik. Jiwon mendengarkan apa yang terucap dengan seksama. Tak lupa tangan cepatnya menulis pesanan sang pelanggan.Gadis cantik itu melirik kursi di depannya. Seolah bertanya apa yang ingin pria itu pesan. Namun pria tampan di depannya itu acuh dengan pandangan si gadis cantik itu. Dirinya menyibukkan dirinya pada ponsel yang sedari tadi menyita perhatiannya.
"kau mau pesan apa?" Tanya si gadis cantik ketika pria tampan itu tidak mengindahkan mimik wajahnya.
"Samakan saja."
Jiwon sebagai pelayan hanya mengangguk paham.
Pria itu mengangkat kepalanya kecil.
Tanpa terduga, matanya bertemu mata bulat milik si pelayan. Membuat dadanya terasa sedikit aneh. Entahlah ia juga tidak tahu mengapa. Pikirannya entah mengapa tertuju pada gadis pelayan tadi.'Dia? Mata bulat dan wajahnya mengingatkan ku pada kenangan masa laluku. Tapi siapa?' Batin pria itu.
"Oppa!" Panggil Yeo bin membuyarkan lamunan pria tampan itu.
"Ne." jawab pria tampan itu.
Nama gadis cantik itu 'Jeon Yeo Bin'. Dia adalah gadis yang dipersiapkan keluarga untuk menjadi pasangan masa depan pria tampan itu.
Yah entah apa yang dipikirkan keluarga nya itu. Mereka masih menjodoh jodohkannya seperti itu. Bahkan dengan wanita yang tidak di cintai nya.
Mungkin aku tak akan pernah mencintainya.
Karena sebagian dari diriku belum menemukan apa yang kucari selama ini.
Mencari seseorang yang pernah menjadi bagian dari masa laluku. Namun meski begitu aku tidak tahu siapa yang kucari.
Ingatanku akan semakin rusak jika tidak ada petunjuk tentang orang itu.Skip
Tepat jam 10 malam Jiwon segera pulang menuju apartemen kecil yang disewanya.
Kebetulan besok tidak ada jadwal kuliah, maka malam ini Jiwon bisa terbebas dari tugas-tugas yang menumpuk. Itu berarti malam ini ia memiliki waktu tidur yang sedikit lebih lama.Sebelum mengistirahatkan tubuhnya di ranjang, Jiwon melihat pantulan dirinya di cermin. Dia tersenyum untuk menguatkan dirinya sendiri dengan semua keadaan yang dia hadapi.
Biarlah Tuhan dan dirinya yang tahu bahwa dia adalah bagian dari keluarga besar KIM.
Jiwon mengambil koran dalam lacinya. Di dalamnya terdapat foto sepasang suami istri dan kedua anaknya yang tersenyum ke arah kamera.
'Aku merindukan kalian. Aku benar-benar ingin bertemu kalian' batin Jiwon memeluk koran tersebut.
Kalian tahu? Koran tersebut menampilkan foto Kim Ji Hoon dengan keluarganya. Ji hoon adalah seorang pebisnis sukses, maka kalian pasti menemukan banyak koran yang menjadikan keluarga KIM itu menjadi headline.
Jiwon mengambil buku diary nya, ya hanya buku diary itu bisa membuat Jiwon mengeluarkan semua isi hatinya.
19 Oktober
Tuhan, di hari bahagiaku ini aku ingin sekali bertemu dengan seluruh keluargaku. Semoga kau mempertemukan kami dalam sebuah ketidak sengajaan.
Aku ingin melihat mereka langsung dari mata kepalaku ini. Aku ingin melihat wajah rupawan nan ayu mereka.
Walaupun mereka tidak akan pernah tau siapa aku, tolong izinkan aku bertemu mereka.
Satukanlah benang ku dengan mereka agar kami saling bertemu.
Apa aku terlalu serakah jika aku ingin selalu bersama keluarga ku.
Aku tidak akan memaksa mereka menerimaku. Aku hanya ingin melihat wajah mereka secara dekat.
Kumohon kabulkanlah..
Kim Ji Won
Wajah jiwon memerah saat dirinya menuliskan namanya sendiri dikuti marga Kim.
Dirinya memang tak pantas menyandang marga itu. Tapi untuk kali ini saja. Biarlah di hari ulang tahunnya ini ia menyandang marga itu walaupun hanya sedetik.
'Aku malu ketika menyematkan marga besar ini di nama kecilku. Hihiihii tapi namaku semakin terdengar indah ketika mengikuti marga besar ini. Tuhan bolehkan aku minjam marga Kim untuk malam ini...!' ucap jiwon tanpa bersuara.
Sepertinya malam ini dirinya akan semakin lelap tertidur.
*****
Tok..
tok..
tok.."Masuk, Ada apa?"
"Maafkan saya tuan. Saya ingin berhenti bekerja di mansion anda." ucap seseorang yang tadi mengetuk pintu.
"Alasannya?" Tanya si bos.
"Ibuku lebih membutuhkanku, Tuan. Beliau mengalami komplikasi kesehatan di hari tuanya. Maka dari itu saya harus ada di dekatnya." Gadis itu menunduk takut.
"Baiklah." ucap sang bos membuat kepala bawahannya terangkat penuh hormat. Tangan si bos mengambil sejumlah uang dan menyerahkannya pada gadis itu.
"Itu gaji terakhir mu dan ada lebih untuk berobat ibumu yang sakit. Dan saya berterima kasih atas kerja keras anda selama bekerja dengan saya."
"Terima kasih tuan... Saya permisi" setelah mengambil uang dari si bos, dengan girang gadis itu meninggalkan si bos yang kembali memfokuskan dirinya pada pekerjaan yang menumpuk.
Setelah pelayan itu pergi dari ruang kerjanya, tak lama kemudian masuklah wanita cantik ke ruangan remang itu.
"Chagiya." panggil wanita cantik itu manja.
"Hmm." jawab sang suami tenang.
"Apa kau tidak lelah seharian ini kau bekerja di depan laptop?" kata sang wanita sambil mengelus rambut sang suami.
"Tidak " jawab suaminya itu lembut.
"Lagipula sebentar lagi perusahaan akan aku berikan pada putra ku, seonho. Setelah itu kita akan mempunyai waktu panjang berdua, Sayang. Jadi kumohon bersabar ya." ucap kembali sang suami sambil mengecup telapak tangan istrinya.
"Bukan begitu, aku hanya takut kau kelelahan dan sakit, jihoon oppa."
Ji hoon berdiri dari tempat duduknya. Berdiri tepat dihadapan sang istri kemudian membawa sang istri dalam dekapan hangatnya.
"Aku tidak apa-apa Tae hae." jawab Ji hoon lembut.
"Aku mencintaimu." kata Ji hoon tepat di telinga Hikari.
"Aku juga mencintaimu." jawab Tae hae tak kalah lembutnya.
Merekapun saling berpelukan. Mengeratkan pelukan seolah itu tiada pelukan untuk hari esok.
Tunggu!!
Bukannya dulu Tae Hae itu bunuh diri?
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF#1] Love Destiny [COMPLETED]
Fanfic"SO MUCH MORE WAS SAID IN THE UNSAID." (Lebih banyak lagi yang dikatakan dalam kata yang tak terucapkan.) "Apa aku tidak pantas untuk bahagia?!" "Ini sangat sulit! Apa aku harus menyerah?!" "Aku selalu sendiri !!" "Aku sangat takut." ...