6.

173 28 5
                                    

Begitu sampai di Yokohama, aku langsung berlari menuju bukit dimana tempat perjanjian kami berada. Kencang sekali menembus terpa angin. Aku sangat merindukan Chuuya dan saat itulah aku berada di ambang batas akhir dari semua rasa dan penantian.

Aku melihat angkasa malam. Bintang-bintang berserakan bagaikan hamparan titik yang begitu menakjubkan. Sekejap kurasakan bahwa Chuuya sedang melihat bulan yang sama karena wajahnya terlukis di permukaan bulan yang ku tatap.

Aku rindu sekali dengannya.

-----
Saat kekuatan kasih mengalahkan ambisi duniawi
-----

Hati ini terasa sangat hangat. Rasa antusias menjadi bara yang membakar semangat jiwaku. Aku merekam seluruh perjalanan ini di dalam kepalaku dengan suatu tekad...akan ku ingat sejarah ini di dalam hidupku. Momentum menegangkan ketika aku akan bertemu dengan sosok yang menjadi alasan keberadaanku selama ini. Sosok yang menjadi arahan hidupku, baik hidup dan mati.

Chuuya telah menjadi sesuatu yang besar bagiku dan aku sangat berbahagia karena bisa mencintainya dalam suatu kehidupan yang luar biasa.

-----
Ketika sekedar merasa asa untuk mewujudkan karya agung...

-----

Sebuah khayal yang menjadi nyata. Perjanjian yang telah ditulis di dalam bintang-bintang kehidupan. Kekuatan cintaku pada Chuuya telah mengalahkan semua asa dan telah membuat seluruh imajinasiku terwujud. Aku percaya, bahwa inilah yang dinamakan cinta sejati.

Tuhan memang menjadikan sesuatu indah pada waktunya. Yokohama menjadi sangat menakjubkan dalam pandang mata dan rasa. Nirwana menari-nari bersama hatiku, mengalirkan getaran kebahagiaan yang membuat pertemuan ini bagai pusat tumpu alam semesta.

-----
sukma pun merekah menembus tabir dan meyakinan kita...
-----

Aku memelankan langkahku ketika hampir berada di sekitar hamparan rumput itu. Tempat yang akan menjadi saksi pertemuan kami setelah dipisahkan oleh keinginan dunia.

Satu cinta dalam hidupku tak terbagi untuk yang lain dan akan kupertahankan hingga akhir. Cinta hanyalah untuknya. Sebuah cinta yang dililit benang merah dan tak dapat dipisahkan oleh manusia.

Satu langkah lebih dekat.

Sukmaku menggulung-gulung bagai ombak di laut. Seluruh perasaanku berkecamuk. Tubuhku gemetar. Dengan tak sabar aku berlari menuju sana.

-----

Bahwa perasaan ini nyata

----

Angin lembut menyentuh wajahku memberikan rasa dingin yang menyendu. Saat itulah aku tidak percaya dengan apa yang baru saja kulihat.

Tidak seorang pun berada di sana.

Kubawa tubuh ini untuk mencari-cari di sekitar memanggil nama Chuuya, tetapi tidak mendapatkan jawaban yang pasti. Aku berteriak memanggil namanya. Semakin keras aku berteriak semakin hancur jiwa ini. Aku terjatuh di lututku. Air mataku terasa di pipi.

Aku berteriak dan menangis. Sungguh perlakuan yang tak adil dari dunia! Tidakkah cukup engkau melahap seluruh orang yang berharga di dalam hidupku? Sungguh, aku tidak meminta apa pun di dalam hidup ini. Tidak harta tidak pula kasta! Hanya sebuah kesempatan untuk menunaikan janjiku, Tuhan. Untuk merasakan hangatnya cinta di bawah rembulan yang menyaksikan keindahannya itu. Hanya sesaat...

Aku mendengar suara yang melengking tinggi di langit. Tubuhku disiram cahaya warna-warni dari letupan kembang api.

Nada-nada surgawi membentuk melodi yang agung. Hanya hati yang penuh cinta yang dapat mendengarnya, namun aku sudah terlalu tuli untuk mendengar. Warna demi warna menghiasi langit malam Yokohama, tetapi aku sudah terlalu buta untuk melihatnya. Sukmaku melayang di kekosongan udara di hamparan rumput.

Aku mempercayai cinta dan selalu mempercayainya. Lalu kenapa cinta itu menghancurkanku? Setiap hal yang aku dambakan, setiap hal yang aku percayai selalu berakhir dengan kehancuran diriku. Lubang kehampaan perlahan membesar di hatiku. Tidak ada gunanya lagi untuk menangis. Bahkan sudah terlalu lambat untuk menyerah.

Ibu benar, aku harus melepaskannya. Aku sadar bahwa aku mungkin bukanlah siapa-siapa baginya. Betapa bodohnya diriku tenggelam di dalam permainan cinta. Aku terus lari dan berlari dari kenyataan. Aku mengira bahwa kami saling memiliki. Nyatanya tidak.

Tetapi, tidak peduli seberapa banyak aku berusaha untuk melupakannya aku tidak bisa. Hatiku telah dipaksa untuk bersiap menerima bahwa sesuatu yang tercinta adalah sesuatu yang mungkin tak dapat kudekap. Lalu mengapa aku masih bernapas dengan perasaan yang sama ini?

Tidak dapat dihindari bahwa aku menginginkan akhir. Akhir dari segala-galanya. Pikiranku seakan dirasuki oleh suatu ruh jahat pada saat itu.

Waktu terus berjalan. Selama itu aku tidak berpindah ke manapun. Mataku masih menatap langit, meski aku tidak dapat benar-benar melihat kembang api. Lambat laun, aku mulai merasakan matinya jiwa ini.

Tapi-

"Perlu ku katakan sebelumnya bahwa aku hanya memuji sesuatu yang sangat mempesona," saraf tubuhku bekerja dengan spontan dan berbalik ke arah suara.

Jantungku seolah mendapatkan tenaga lagi, hingga berdegup amat kencang. Kunang-kunang perlahan beterbangan disekitar, membuat pesonanya menjulang tinggi.

"Dan kau terlihat sangat cantik dengan yukata itu."

"Chuuya?"

"Yo." Chuuya tersenyum, "Maaf aku terlambat."

Dengan cepat aku berlari dan mendarat di dalam pelukannya. Air mataku mengalir dengan deras. Isakan tangis seakan telah menjadi musik pengiring. Semuanya lepas, rongga dadaku diisi dengan perasaan yang amat berkecamuk. Bahagia, senang, benci, semuanya menjadi satu. Penantianku baru menyentuh ambang akhir.

Aku merasakan tangan Chuuya membelai rambutku.

"Aku sangat merindukanmu." kataku.

Aku tak peduli apakah dia mendengar perkataanku atau tidak, tetapi inilah saatnya.

"A-aku," kataku terisak "aku mencintaimu!"

Hangatnya bibir terasa di dahiku. Walau hanya sebentar, namun berhasil membuatku merona hebat. Jari-jarinya menyentuh air mataku dan mengusapnya, memberikan sentuhan yang sangat berarti. Bola mata kristal biru itu memandangku dengan cara yang sangat lembut.

"Aku juga."

Tangan itu menghentikan borgol di hatiku yang sembarangan dan menambal setiap lubang hampa dengan penuh kasih. Nakahara Chuuya, sosok yang sempurna. Aku yang tak sempurna.

Kehangatan menyeruak kembali saat dia mendekapku. Rambut kami seakan saling bersambung satu sama lain. Di malam itu, bulan serta langit menjadi saksi atas ucapannya.

"Aku juga mencintaimu."

Dia adalah semua sebab dari napas dan kehidupanku, di mana pun jiwaku berada sekarang atau nanti...akan kutemukan engkau bagaimana caranya. Untuk cinta di kehidupan ini maupun kehidupan selanjutnya.

_____
Sinoper

We'll end just like we started

Just you and me and no one else

I will hold you where my heart is

One life for the two of us

Sinoper || Colours Project || Nakahara Chuuya x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang