EPILOG

165 26 0
                                    

Chuuya menutup lembar terakhir catatan kisah perjalanan cinta [Surname] [Name]. Kemudian dia terdiam dan terpaku pada sinar matahari yang menyilaukan dan permadani tipis yang menjadi alas duduknya dua insan itu. Hembusan angin menyentuh kulit Chuuya dan seakan menyadarkannya untuk kembali ke masa kini setelah tenggelam dalam imaji 7 tahun yang lalu.

“Sudah semuanya.” Chuuya berkata memecah keheningan.

Seseorang yang di sampingnya dengan malu menganggukkan kepala. Hening kembali menyelimuti mereka. Kepala [Name] ditundukkan, rona merah dengan cantik muncul di pipinya. Chuuya juga mengalihkan pandangannya. Rasanya canggung sekali setelah membaca kisah cinta mereka sendiri. Padahal [Name] dan Chuuya sudah memiliki momen kebersamaan yang lain selama 7 tahun setelahnya.

Hingga kini mereka masih mengunjungi tempat yang sama, hamparan rumput yang seakan selalu siap menunggu datangnya sepasang manusia ini.

Huruf-huruf yang tersusun dalam lembaran buku itu terasa bernyawa dan masing-masing dari mereka berusaha bangkit untuk menyampaikan pesan yang tersimpan sedemikian lama. Chuuya tentu memahami apa pesan tersirat itu, namun tidak mau mengakuinya.

"Aku tidak tau ternyata kau orang yang begitu romantis." Chuuya berkomentar sambil menyesap minuman anggur dari gelasnya.

[Name] tersenyum manis, "Kau sendiri juga seseorang yang romantis, Chuuya. Jarang sekali aku melihat ada seorang pria yang mengajak kencan dengan pemandangan seperti ini ditambah kau mau menjadi pembaca buku itu."

"Yah, bisa ku katakan...aku terlahirkan sebagai seorang yang romantis secara alami."

"Aku bahkan ragu apakah kau benar-benar 'dilahirkan'!"

[Name] tertawa, sementara Chuuya cemberut.

"Jangan mengingatkan ku dengan hal itu!!"

"Baik-baik, maaf."

Chuuya memperhatikan tangan [Name] yang dengan anggunnya menyanggakan rambutnya ke belakang telinga. Tak lepas juga dari pandangan Chuuya mata wanita itu yang bagai berlian paling murni di dunia, menatap ke arah langit cerah, bibirnya membuat kurva lengkungan yang begitu tulus rasanya.

"Kau tahu, aku sempat menerbitkan artikel ini dalam sebuah koran. Tentunya nama perannya sudah ku ganti. Lalu, aku menemukan salah satu komentar yang membuatku setuju dengan frustasi." ucap [Name].

"Apa itu?"

"Mereka bilang bahwa tampaknya kita hanya cocok untuk kebersamaan yang singkat, bukan selamanya. Dapat kukatakan bahwa mereka benar dalam beberapa poin."

Chuuya berpikir sejenak sebelum menambah anggur di gelasnya, kemudian bertopang dagu. "[Name], kau ini seorang influencer kan?" tanya nya mengalihkan topik.

"Lebih tepatnya, jurnalis lepas. Aku tidak ingin terikat pada hanya satu media saja, untuk sekarang ada sekitar 5 perusahaan yang memakai jasaku. Kau sendiri bagaimana di organisasi itu?"

"Aku menjadi eksekutif dalam waktu yang singkat." Chuuya menyeringai dengan kesombongannya.

"Aku bertaruh kau pasti bergantung dengan salah seorang temanmu. Kau tahu, akulah orang yang menerbitkan artikel tentang 'Duo dari Port Mafia'. Dan juga-"

"Aku mengerti! Sudahi percakapan ini, aku tidak mau membahas keparat itu."

Mendengar jawaban Chuuya, [Name] perlahan menarik mundur tubuhnya, lalu bertumpu dengan kedua tangannya yang agak ke belakang. Mereka berdua kembali berbincang dengan suatu keterikatan yang begitu kuat dan hangat. Lebih dari semuanya, ada rasa bahagia di hati [Name]. Bahagia karena pada akhirnya mereka saling menemukan satu sama lain.

Setelah dirasa cukup, Chuuya meletakkan gelasnya agak menjauh, membuat [Name] terheran-heran.

"Ku kira kau sangat menyukai wine?"

"Aku sedang tidak ingin mabuk sekarang."

Chuuya menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya, lalu menatap [Name]. "Katakan, kenapa kau bisa begitu mencintaiku?"

[Name] mengadah ke langit. Lalu menjawab, "Bukankah cinta itu tidak butuh alasan? Maksudku ketika kita sudah menetapkan suatu hal di dalam hati kita, apa yang dilihat mata ini akan menjadi hal yang sepele. Karena semuanya sudah menjadi satu, yaitu cinta."

Chuuya terpana. Bahkan [Name] pun terkejut mengapa ia bisa mengatakan hal itu dengan lancar dan lantang. Seakan ada seseorang yang mendiktekan kalimat tersebut di dalam pikirannya.

Chuuya berkata lagi, "Kau hidup di dalam dongeng."

"Biar saja. Cinta memang mengubah segalanya." [Name] terkekeh, "Sekarang aku yang bertanya, apa kau juga mencintaiku?"

"Kau meragukanku?"

"Mungkin. Siapa tahu saja, kau hanya terpaksa karena kedekatan kita saja."

Mereka berdua terdiam sesaat. Angin turut hadir mengajak rambut-rambut halus mereka berdansa di tengah kosongnya udara. Chuuya mengulurkan tangannya untuk mengambil tangan wanita di sebelahnya. Ia menggenggam tangan [Name] lalu menatapnya dalam-dalam.

"Coba kutanya mengapa buku itu berjudul Sinoper?"

"Karena aku begitu menyukai warna rambutmu yang tak biasa."

"Dan coba kau lihat tanganmu ini."

[Name] menuruti permintaan Chuuya. Dia menatap tangannya yang sedang di genggam oleh pria 22 tahun itu.

"Tanganmu adalah hal yang sangat ku sukai, karena ada sesuatu di sana." ujar Chuuya.

[Name] berkedip-kedip heran, "Tidak ada apa-apa di-"

"Belum." sergas Chuuya dengan seringainya.

Selang beberapa saat, [Name] merasakan sesuatu melingkari salah satu jemarinya. Sadar akan apa yang ada di situ, rona merah kembali menghias wajah sang betina. [Name] kembali terjatuh dalam gelora dan gejolak emosi yang menjulang tinggi. Napasnya tercekat, jantungnya berdebar-debar, sama halnya ketika dia baru pertama kali mencintai Nakahara Chuuya. Pada saat yang bersamaan, [Name] tiba-tiba merasakan kelopak matanya basah.

"Bagaimana, Nyonya Nakahara?"

Daun-daun kering berjatuhan dengan indah, burung-burung berkicau dengan nada yang syahdu, dan langit bersih dengan mentari yang jernih. Yokohama begitu sempurna pada hari ini. Sesempurna kepastian abadi bahwa matahari akan terbit dari timur dan tenggelam di barat.

Sesempurna sebuah kisah yang telah mencapai akhir batas. Sesempurna sebuah cinta yang tak memerlukan sensasi lagi.

_____________
Dalam kenangan untuk saudara kami di In_TKP "**-san" yang selalu bersama kami untuk bercanda dan berimajinasi tanpa sekat waktu.
We really Miss you!

Sinoper || Colours Project || Nakahara Chuuya x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang