Jema dan Nami

102 8 6
                                    

12 Jam Sebelumnya

***

Di Jum'at pagi yang cerah seperti biasa keluarga Jema melakukan sarapan pagi bersama. Dimeja makan sudah terlihat Bunda, Kakek dan Nenek.

"Pagi Bundaku sayang, dan selamat pagi untuk dua sejoli Kakek dan Nenekku tercinta" sapa Jema kepada mereka.

"Pagi anak bunda yang luar biasa cantiknya" jawab bunda.

"Pagi Je yuk cepat duduk sini sarapan" sahut nenek yang sedang menyantap ikan goreng favoritenya.

Kakek adalah sosok yang sangat pendiam, ia jarang berbicara kalau bicara hanya seperlunya. Kakek sangat suka telur dadar dengan irisan cabai didalamnya. Sedangkan nenek adalah sosok yang sangat senang berbicara, apalagi bercerita tentang masa lalunya.

Setiap sore, nenek pasti akan duduk diteras sambil makan biskuit rasa kelapa kesukaannya. Lalu bercerita tentang bagaimana susahnya mengejar pendidikan pada masanya dulu. Kalau kakek memilih untuk duduk di ruang televisi lalu menonton acara tinju reka ulang diakhir pekan lalu.

Jema memutar matanya keseluruh ruang makan pagi itu, namun ia tidak melihat Nami disana.

"Bun, Nami gak makan?" tanya Jema.

"Oh kamu gak tau? Dia hari ini berangkat pagi mau persiapan untuk presentasi meeting dikantor katanya" jawab bunda sambil meletakkan piring berisi nasi dan sosis ayam di depan Jema.

Rupanya Nami sudah berangkat kerja lebih pagi, karna Nami harus presentasi di meeting kantornya pagi ini.

"Aku gak tau. Aku juga gak perlu tau" Jema menggelengkan kepalanya dan bersiap untuk menyantap sarapan yang sudah dihidangkan bunda.

"Kamu dan Nami masih marahan ya Je?" tanya nenek.

"Ah enggak, Nek. Kita baik-baik aja kok" jawab Jema sambil mengunyah makanan dimulutnya.

"Yang benar kamu Je? Bunda lihat kalian seminggu ini gak pernah saling tegur sapa kalau bertemu" sahut bunda yang penasaran.

"Berarti bunda salah liat tuh. Hayo siapa yang bunda liat kemarin?" jawab Jema sambil bercanda.

"Ngaco kamu Je" balas bunda yang kesal karna Jema gak pernah serius kalau ditanya.

Sudah hampir seminggu Jema dan Nami tidak saling bertegur sapa. Sebenarnya tidak ada sebab yang pasti, setiap beberapa bulan sekali pasti hal seperti ini akan terjadi.

Hari ini Jema sedang ambil cuti dan seperti biasa waktu cutinya dihabiskan untuk menonton film atau series kesukaannya. Tapi kali ini berbeda, Jema sedang tidak ingin menonton apapun. Setelah makan pagi, Jema bergegas untuk mandi dan segera pergi keluar untuk menghirup udara segar dan tidak lupa menggunakan masker untuk melindungi diri dari virus corona.

"Bunda, Jema pergi sebentar ya."

"Mau kemana kamu Je? Maskernya jangan lupa" tanya bunda yang saat itu sedang menjahit baju.

"Mau cari matahari. Bye-bye bunda si kepala sekolah."

Kedekatan Jema dan bunda tidak perlu diragukan lagi, sedari Jema sekolah dasar ia selalu menceritakan segala hal yang dialaminya hari itu. Menurut Jema bunda adalah salah satu sahabat terbaiknya di dunia. Bunda juga selalu mendengarkan segala cerita Jema. Apabila Jema bercerita lalu menangis, bunda akan segera memberikan pelukan yang sangat hangat agar Jema merasa lebih baik.

Toko buku persimpangan.

"Pagi Om Chandra" sapa Jema kepada pemilik toko buku persimpangan.

Sebenarnya nama toko buku tersebut adalah Pustaka Buku tetapi sejak sekolah dasar Jema menyebutnya toko buku persimpangan. Jema sangat akrab dengan pemilik toko buku tersebut. Bahkan sipemilik toko itu juga ikut turut menjadi saksi tumbuh dan kembang Jema. Dari yang sangat menyukai cerita anak sampai novel tentang percintaan.

"Pagi juga geulis. Walah tumben pagi-pagi mampir kesini" jawab om Chandra pemilik toko buku tersebut.

"Hehe iya nih Om, hari ini aku cuti kerja jadi sambil mau liat-liat novel baru aja."

Jema melihat sekeliling toko buku tersebut dan ternyata tidak menemukan novel yang menarik perhatiannya.

"Om Chandra ini dari bunda" Jema memberikan setoples cookies cokelat yang diatasnya terdapat pita warna merah hati.

"Serius Je ini dari bunda?" tanya om Chandra bingung.

"Enggak deng hahaha. Itu temanku jual di kantor. Karna Om Chandra suka cookies cokelat ya yang terbesit dipikiranku saat itu cuma Om Chandra. Seneng ya kalau ternyata dari bunda?" jawab Jema bercanda. Membuat wajah om Chandra memerah dan matanya dialihkan kesudut lain.

"Bukan gitu geulis. Maksudnya kalau ini dari bunda, saya mau berterima kasih".

"Yah tapi itu dari aku Om bukan bunda. Terima kasihnya ke aku aja ya Om" jawab Jema sambil tertawa geli.

"Iya Neng geulis terima kasih banyak cookiesnya. Ambil satu buku yang kamu suka Je, sebagai tanda terima kasih dari saya".

"Ih buat apa? Enggak ah aku sukanya emas dan berlian. Udah yaa Om Chandra Jema pergi dulu. Bye" jawab Jema sekaligus mengakhiri pembicaraan.

"Bye, Je. Hati-hati kamu jalannya" sahut om Chandra sambil tersenyum melihat setoples cookies cokelat tersebut.

"Iyaaaaa makasih Om!" jawab Jema sambil melambaikan tangan dan segera keluar dari toko buku tersebut.

Kantor Nami  di Jakarta Selatan.

Presentasi Nami sudah selesai, saat ini pukul 12:00 siang. Nami pergi ke toilet untuk membereskan rambut dan merapikan pakaian kerjanya lalu bergegas untuk makan siang. Nami bekerja sebagai sekretaris pada salah satu kantor daerah Jakarta Selatan. Sudah hampir 1 tahun Nami bekerja disana. Nami sangat lucu dan ramah, teman-teman kantornya sangat menyukai Nami. Tidak jarang Nami mendapatkan paket makan siang dari seseorang yang tidak diketahui siapa pengirimnya.

Setiap waktu makan siang Nami menyempatkan diri untuk menelepon bunda. Sekedar menyapa atau menanyakan masakan apa yang sedang bunda masak siang ini.

"Assalamu'alaikum, Bunda" sapa Nami lewat telepon genggamnya.

"Wa'alaikumsalam, anakku sayang" jawab bunda.

"Bundaaaa hari ini masak apa?" tanya Nami dengan nada manja.

Mungkin karna Nami anak terakhir, sifat manja yang ia miliki tidak pernah hilang sampai saat ini.

"Masak daging balado, kenapa kamu mau dikirim kesana?."

"Gimana caranya kirim aku, Bun?"

"Di bungkus pakai kardus mesin cuci." jawab bunda kesal.

Tidak jauh berbeda dengan Jema, Nami juga suka sekali buat bunda kesal karna bercandaannya. Bagi Nami pun sama, bunda adalah sahabat terbaiknya. Tetapi bedanya, Nami tidak menceritakan semua hal yang terjadi setiap hari pada bunda. Nami tidak terbiasa dengan hal itu.

Menurut Jema dan Nami bunda adalah sosok bunda sekaligus ayah yang sangat hebat. Bunda suka sekali salad buah dalam seminggu bunda bisa membeli 3-4 salad buah melalui aplikasi pesan antar online. Katanya, salad buah bisa membuat harinya menjadi segar dan dingin. Jadi segala hal yang membuat bunda kesal bisa diredakan oleh salad buah.

"Bunda jangan banyak emosi nanti cepet tua lho" terdengar suara Nami tertawa kecil ditelepon.

"Kalau aku muda ya jadi temanmu bukan bundamu. Piye?" jawab bunda yang ikut bercanda.

"Hahaha gapapa aku senang temannya jadi banyak."

"Sudah sana makan dulu nanti waktunya habis" seru bunda.

"Oke Bunda, cya Love!" Nami menutup telepon sambil tersenyum membayangkan ekspresi bunda yang kesal. Dan segera menyantap soto mie yang sudah tersedia dihadapannya. Karna pandemi seperti ini, kantin di kantor Nami sekarang berjarak. Jadi Nami dan teman-teman harus berjauhan ketika makan siang.

3 jam sebelum pergi ke klinik.

Sore hari ketika sedang meminum secangkir kopi susu, Nami bingung karna tiba-tiba kopi susu yang biasanya harum ketika diseruput, kini Nami tidak bisa mencium aroma dari kopi susu tersebut. Nami panik dan segera menyemprotkan minyak wangi di telapak tangannya lalu menciumnya. Ternyata sama, Nami tidak bisa mencium wanginya.

SATU DINDING KAYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang