Prolog

312 38 22
                                    

Halo aku Riris Ann, membawa dunia Gwen si cewek STRONG (stres tak tertolong) dan ketiga sahabat cowoknya. Semoga terhibur 💗

Happy birthday to me, sebenarnya mau up kemarin waktu ultah, tapi lupaaa. Gpp lah ya telat sehari masih ada bau2 special😭

Untuk prolog aku ceritain awal mereka bertemu, sewaktu SMP. Chapter selanjutnya saat mereka SMA. Selamat membaca jangan lupa untuk kasih vote dan komen✨💫

***

Suasana di dalam kelas 8.3 pagi ini cukup hening, biasanya meskipun ada Pak Tarno—guru IPS sekaligus wali kelasnya, kelas itu tetap saja ramai. Namun, entah ketempelan setan dari mana, mereka semua diam dengan wajah lesu.

"Hari ini kita kedatangan murid baru," ujar Pak Tarno.

Mereka tetap diam, seolah ucapan Pak Tarno tadi hanyalah angin lalu.

"Silakan masuk."

Setelah dipersilakan untuk masuk, seorang gadis dengan rambut diikat ke belakang menyisihkan sedikit rambutnya sepanjang dagu ke kanan dan kiri itu masuk ke dalam. Bajunya pas dengan tubuhnya yang tergolong kurus, tetapi roknya di bawah lutut. Berbeda dengan sekolah mereka yang kebanyakan roknya selutut, bahkan murid kurang ajar yang suka tebar pesona ke sana ke mari ada yang di atas lutut.

Hanya murid-murid yang dianggap cupu yang mengenakan rok di bawah lutut, kecuali jika mereka menggunakan jilbab. Namun gadis di hadapan mereka tidak menunjukkan tanda-tanda kecupuan.

Mata murid-murid yang tadinya sayu kini melebar dan berbinar seolah mereka melihat uang ratusan ribu tergeletak di tengah jalan, kepala yang tadinya diletakkan di meja kini diangkat dengan mulut ternganga lebar mengiringi langkah gadis di depannya yang sedang tersenyum.

"Hai semuanya, gue Gwen Akasha pindahan dari SMP Nusa Jakarta. Semoga kita bisa berteman baik," ucap gadis itu.

"Halo Gwen!" sapa murid laki-laki dengan genit.

Murid perempuan menatap cowok-cowok tidak suka. Rafan yang notabene cowok sedikit pendiam, perlu digaris bawahi, hanya sedikit pendiam pun sampai terpanah untuk sesat melihat kecantikan Gwen. Namun, setelah tersadar ia menetralkan wajahnya.

Chen yang duduk di bangku nomor dua tunjuk jari. "Gwen, udah punya cowok belum? Kalau belum bolehlah sama gue," rayunya, Pak Tarno langsung memukul-mukul penghapus papan ke papan tulis dengan keras.

"Chen Arthur! Kamu itu masih bau kencur, nggak usah pacar-pacaran! Inget, nilai ulangan kamu kemarin itu sepuluh!" kesal Pak Tarno.

"Apa sih, Pak? Maksudnya, saya mau lamar jadi bodyguard, kan bodyguard juga harus cowok, Pak," kilah Chen.

"Gwen, jangan hiraukan Chen, dia memang agak sedeng. Silakan kamu duduk di samping Nathie ya," suruh Pak Tarno menunjuk bangku nomor tiga, tepat di belakang Chen.

Gwen mengangguk, ia melangkah menuju meja Nathie. Dalam hati Gwen bersyukur karena dari dulu dirinya memang lebih mudah dekat dengan laki-laki daripada perempuan. Teman-temannya di sekolah lama juga seperti itu, semuanya laki-laki.

Gwen langsung duduk, ia mengulurkan tangannya. "Gue Gwen."

Nathie menatap Gwen dengan tatapan sus. "Gue nggak budeg, gue udah denger lo kenalin diri di depan tadi," jawabnya blak-blakan.

"Nathie Charles S," eja Gwen membaca tag name cowok yang duduk di sampingnya.

"Namanya keren, s-nya siapa?"

"Sutresno!" sela Chen yang tiba-tiba menghadap ke belakang sambil tergelak.

Gwen menggaruk kepalanya, seraya meringis. "Mmm ... gue ralat pujiannya."

"Nama depan sama nama tengahnya British, nama belakangnya kayak nama orang Jawa Tengah, tinggalnya di Bandung. Ngajak gelut banget," gerutu Gwen.

"Kalian bertiga!"

Sontak Gwen, Chen, dan Nathie menoleh ke depan menatap Pak Tarno yang sedang menatap mereka dengan garang.

"Udah selesai ngerumpinya? Kalau belum keluar!"

***

Gwen mengemasi buku-bukunya, memasukkan ke dalam tas hitam miliknya. Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, dan Gwen sudah mulai merasa nyaman di sekolah barunya. Ia langsung mendapat banyak teman.

"Kita mau ngerjain tugas kelompok di mana?" tanya Gwen pada Rafan, Chen, dan Nathie.

Pak Tarno memberikan tugas kelompok membuat makalah, beruntung guru itu menyuruh agar anggota kelompok dibagi murid meja depan dengan meja belakangnya. Jadi, Gwen tidak perlu susah payah mencari kelompok.

"Basecamp," jawab Chen seraya menggendong tasnya yang hanya berisi satu buku dan satu bolpoin saja.

"Basecamp?" tanya Gwen bingung.

"Udah ikut aja," ucap Nathie santai. Memang dari tadi Gwen selalu bersama Chen, Rafan, dan Nathie, ke kantin pun mereka bersama.

Rafan menatap Gwen dengan tatapan yang tak bisa diartikan, sedangkan yang ditatap justru menatap balik sembari menaikkan satu alisnya.

"Kenapa? Lo naksir sama gue?" tanya Gwen percaya diri.

"Lo cewek kemarin sore yang pindahan di komplek anggrek nomor empat, 'kan?" tanya Rafan menunjuk Gwen.

"Itu kan samping rumah lo, Raf," kata Chen, Rafan mengangguk. Rumah yang ia maksud hanya dipisahkan oleh gang kecil saja.

Gwen tampak berpikir keras, mereka bertiga menatap gadis di depannya, menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut gadis itu. Tapi jawaban Gwen justru membuat mereka ingin menenggelamkannya ke got depan rumah Nathie.

"Entah, gue juga lupa sama alamat rumah baru."

-Bersambung-

Ini tuh cerita udah lama banget di draft, pernah aku publish waktu 2021an nama tokohnya Adista, aku ganti jadi Gwen. Aku unpublish gara-gara mau nyelesain sequel Tears Of Sincerity.

Semoga kalian suka cerita ini yaaa, ini bakal jadi cerita yang berbeda dari cerita-cerita aku sebelumnya. Yang ini bertabur humor😫💗

Terima kasih.
Ig : riris.ann

Circle Buronan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang