5. LUKA YANG MEMBEKAS

82 76 56
                                    

Hari ini adalah hari dimana seluruh siswa-siswi baik itu kelas X, XI, ataupun XII. Akan melaksanakan ujian praktek drama seni budaya.

Setelah 2 minggu lamanya melewati banyak sekali masalah, dan akhirnya hari ini tiba, hari dimana segala cacian itu Bubu bungkam dengan kerja kerasnya, tentunya dengan Niko dan Arthur yang setia mengulurkan tangannya disaat Bubu berulangkali dijatuhkan. Disaat perempuan itu menangis tersedu-sedu dibalik layar saat teman-temannya membentaknya habis-habisan.

Bubu tersenyum haru, mengingat salah satu perkataan Niko dan Arthur ketika Bubu terduduk lemas dengan air mata yang terus mengalir setelah beberapa temannya mencaci dan bahkan membentak Bubu saat sedang melaksanakan gladi resik.

"Bubu bangun yuk, gue percaya lo bisa bangkit, jangan nyerah sekarang! Karena yang gue tahu seorang Bulan Allesha itu kuat. Lo bisa, percaya sama gue! Percaya sama diri lo sendiri! kita semua bisa karena ada lo, karena lo percaya kita bisa, sekarang bangun yuk. Lo hebat dan jangan dengerin mereka yang iri sama kehebatan lo"

Justru sepertinya kalau Niko dan Arthur tidak ada, maka mungkin Bubu juga tidak akan mampu berdiri di atas panggung ini dengan senyum paling manisnya sekarang mendengarkan pujian beberapa guru yang sempat juga menghakimi Bubu.

Rara berkaca-kaca melihat sahabatnya kembali tersenyum, kembali menjadi Bubu yang sebenar-benarnya Bubu, yang senang membuat orang disekitarnya kesal dan dongkol. Bukan Bubu yang setiap hari memeluk Rara dengan wajah memerah dan mata yang sembab.

Bubu berlari memeluk Rara, sebuah pelukan kebahagiaan.

"Gak nyangka gue, manusia tulalit ini bisa menyutradarai drama sebagus itu" puji Rara bangga.

"Rara bangga gak sama Bubu?" tanya Bubu tersenyum malu.

"Mau bilang enggak sih, tapi nanti nangis lagi" ejek Rara membuat Bubu Mencebikkan bibirnya kesal.

"Selamat ya Bu, gini dong senyum. Bosen banget gue kemarin-kemarin gak ada orang yang bisa gue omelin" cibir Rara mengelus kepala Bubu seperti adiknya sendiri.

Bubu berlari ke kelasnya tentunya dengan senyum yang sudah kembali terbit di bibirnya. Ia berniat untuk menemui Niko dan Arthur. Dua orang yang selalu menopang Bubu. Ternyata memang benar "Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan" dan Bubu menemukan Niko dan Arthur.

Namun senyum Bubu tiba-tiba menghilang ketika ia mendapati Rani menangis hebat dengan teriakan yang menggema memenuhi seisi kelas, keadaannya kacau sekali. Ia terus saja berteriak-teriak meracau mengatakan "Nggak ada yang sayang sama aku"

Dengan cemas dan khawatir, Bubu segera menghampiri Rani dan beberapa temannya yang tengah menahan Rani untuk tidak menyakiti dirinya sendiri, pasalnya sedari tadi Rani terus saja mencoba memukul kepalanya dan menjambak rambutnya. Beberapa kali pula Rani mengatakan ingin mati.

Bubu memegang tangan Rani, mengelus pundaknya pelan. Berharap Rani bisa segera tenang.

"Rani gak boleh bilang gitu ya, banyak kok yang sayang sama Ran..."

!Plakk!

"Aww.." ringis Bubu memegangi pipinya yang memerah hebat.

Rani tiba-tiba saja menjambak rambut Bubu dan menampar pipi perempuan itu keras, sangat keras hingga suaranya bergema ke seisi kelas. Lalu tiba-tiba Rani menarik wajah Bubu kencang dan meneriaki kata-kata kasar pada Bubu.

"Bacot lo anj*ng, gobl*k" teriak Rani tepat ditelinga Bubu.

Beberapa orang yang ada di sana, mencoba melepaskan cengkraman Rani dari Bubu, sebab sepertinya tangan Bubu sudah mulai berdarah.

SAGA DAN BUBU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang