Dua

2.2K 472 54
                                    

Kencangkan sabuk pengaman kalian, perjalanan kisah cinta Andi Hamizan akan dimulai ^^


***











Robi masih tidak mengatakan sepatah kata pun meski kini mobilnya sudah berhenti di apartemen Tata. Sejak menjemput Tata di kantornya tadi, Robi memang sudah memulai aksi diamnya. Dan penyebabnya adalah Tata yang membatalkan janji makan siang mereka hari ini. Padahal Robi sudah sampai di kantor Tata, dan Tata juga mengatakan akan segera turun menemuinya. Tapi dalam hitungan menit, kekasihnya ini malah membatalkan janji mereka begitu saja. Bagaimana Robi tidak naik darah kalau seperti itu.

"Aku nggak melakukannya dengan sengaja," ucap Tata seraya memandang wajah masam Robi yang hanya menatap lurus ke depan. "istri Bosku datang, dia membawa banyak makanan dari rumahnya dan aku diajak–"

"Kamu nggak bisa nolak memangnya?" desis Robi, memandang Tata dengan tatapan menghunus. "kita udah lama nggak ketemu, Ta. Dan kita udah merencanakan hari ini jauh sebelumnya. Tapi apa? Kamu batalin janji gitu aja, bahkan disaat aku udah ada di kantor kamu."

Tata melipat kedua tangannya di depan dada. Bersedekap tak senang. "Kamu pikir aku sengaja membatalkan janji kita?"

"Terserahlah!" tangan Robi memukul kesal kemudinya. Wajah marahnya dia palingkan keluar jendela.

Tata tersenyum malas. "Ya udah, terserah. By the way, thanks udah jemput aku hari ini." Tata tidak suka bertengkar. Pertengkaran hanya akan membuatnya merasa lelah dan merusak sisa harinya. Maka itu dia lebih memilih pergi dibandingkan harus meladeni kemarahan Robi yang tak berujung.

"Besok aku pergi ke Bali," Sahut Robi cepat, menghentikan gerakan Tata yang hampir keluar dari mobilnya. "dan sekarang kita bertengkar."

Lagi-lagi harus pergi.

Niat Tata untuk beranjak pergi kini dia urungkan. Tata menutup kembali pintu mobil, duduk miring ke arah Robi yang masih membuang muka. Tata menghela napas berat, lalu jemarinya menyentuh lengan Robi, mengusapnya lembut sedangkan satu telapak tangannya yang lain menarik wajah Robi agar mau menatapnya. "Maaf," ucap Tata, kali ini nada suaranya terdengar lebih lembut dari sebelumnya. "salahku."

Tata bukan jenis orang yang mendewakan rasa gengsi. Meskipun sikapnya cenderung dingin, tapi Tata tidak sungkan untuk meminta maaf ketika dia melakukan kesalahan. Gadis ini tidak menyukai masalah, apa lagi memiliki masalah berlarut-larut. Dia benci itu. Jika saja bisa, Tata akan menghindari seluruh masalah yang akan merepotkan hidupnya.

Dan pada dasarnya, rasa rindu yang sudah lama membuncah di dada Robi adalah pemantik yang menyulut kemarahannya sejak Tata membatalkan janji mereka. Namun, ketika menemukan Tata bersikap seperti ini, Robi tidak ingin membiarkan ego membakar habis waktu yang dia miliki untuk merengkuh Tata ke pelukannya.

Robi menyandarkan wajah Tata di dadanya, membuatnya bisa mengecupinya puncak kepala Tata sebebas yang dia mau. "Aku mulai capek harus jauhan gini sama kamu," bisiknya dengan suara yang terdengar putus asa. Tata hanya tersenyum tipis, namun dia membalas pelukan Robi lebih erat. "aku punya solusi, Yang."

"Hm?"

"Kalau... kita menikah aja, gimana?"

Kedua mata Tata mengerjap cepat, dahinya mengernyit hebat selagi otaknya memproses pertanyaan Robi barusan.

"Kalau kita udah menikah, aku bisa bawa kamu kemanapun. Jadi, kita nggak harus pisah-pisah kaya begini lagi." bisik Robi. Tangannya masih mengelusi punggung Tata sedang bibirnya berbisik tepat di atas pelipis Tata.

The WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang