Hari sudah hampir gelap, ditambah sepinya tempat didekat hutan itu membuat suasana jalanan menyeramkan, tidak ada kendaraan satupun yang lewat sana. Sun menunggu dengan sabar di balik kemudi mobilnya, dia memiliki janji untuk bertemu dengan pihak yang membeli informasi dari Ayahnya tentang Juny.
Sun hanya berharap bukan Sean dan Jake ataupun keluarga mereka yang muncul. Sebuah mobil Jeep Hitam melintas dan menyalakan lampu depannya dua kali. Sun membuka sabuk pengaman dan hendak turun dari mobil tapi si pengendara Jeep sudah terlebih dahulu menghampiri Sun dengan mengetuk jendela untuk meminta ijin masuk.
Orang itu duduk di jok depan di samping Sun, dia memperkenalkan diri sebagai Niki dari Felis Cinis, untunglah dia bukan seseorang dari Canis. Kali ini ayahnya benar-benar mendengarkan Sun.
Niki menatap Sun sebentar sebelum akhirnya membuka pembicaraan. "Jadi apa benar kamu bertemu Juny?"
"Aku mengobrol dengannya sebentar."
"Bagaimana keadaan dia?"
"Dia terlihat baik-baik saja."
"Aku senang mendengarnya."
"Apa sebelumnya kamu dekat dengan Juny?"
"Tidak terlalu, kami hanya teman bermain saat dia mengunjungi villa. Ayah kami yang dekat."
"Mendengar kamu menanyakan kabarnya terlebih dahulu itu membuatku lega, sepertinya kami membuat keputusan yang benar dengan menghubungimu."
"Kenapa kamu peduli? Seingatku Vulpes tidak mengurusi hal lain selain keuntungan."
Sun menghela nafasnya, dia benci streotype ini.
"Kamu juga, aku tidak bisa mengerti kenapa kalian tidak bisa menemukan Juny? Padahal tinggal temui dia dirumahnya."
"Tidak, mereka pindah beberapa tahun sebelum tragedi itu, kami bertemu di vila mereka atau rumah lain. Jangan terlalu banyak basa-basi, katakan saja dia dimana."
Sun menghela nafasnya, Felis ini sangat dingin berbeda dengan Juny "Aku tidak tau, tapi aku bertemu dengan Juny di kampusku beberapa hari lalu. Setelah itu aku tidak pernah bertemu dengannya lagi."
"Lalu? Itu saja?"
"Dengarkan aku dulu! Dia bersama seseorang bernama Jay." Sun menunjukan foto Jay "Mereka tampak dekat, jadi jika kamu mengikuti Jay kamu mungkin bisa bertemu Juny. Kamu bisa bertemu dengan Jay jika kamu datang ke kampusku di hari Senin sampai Rabu."
Niki menerima foto Jay itu. "Kenapa dia bersama manusia? Bagaimana dengan Ethan? Kamu bertemu dengan dia?" Niki memberikan pertanyaan bertubi-tubi pada Sun.
"Pertama, aku tidak tau kenapa dia bisa bersama Jay. Kedua, Ethan siapa?"
"Kakaknya Juny."
"Oh tidak tau, aku hanya melihat Juny bersama Jay."
"Lalu?"
"Sudah."
"Itu Saja?"
Sun mengangguk.
"Wah bukannya kalian keterlaluan? Kami membayar mahal hanya untuk informasi ini?" Niki merasa kesal karena informasi itu benar-benar tidak detail.
"Harga itu sudah disepakati."
"Kalian ini benar-benar..."
"Bayarlah saat kalian menemukan Juny."
Niki menggelengkan kepalanya "In the end of the day you still thingking about profit."
Sun mengabaikan perkataan Niki, memang inilah dia, dia terlahir sebagai Vulpes mau seperti apapun dia tidak menyukainya, dia tidak bisa menghindari jati dirinya sendiri.
"Ah satu lagi, kalau kamu datang ke kampusku, berhati-hatilah ada Sean dan Jake, Canis yang juga mencari Juny."
ㅡ
Jay memegang surat lamarannya dengan yakin, dia sudah dipecat dari pekerjaan lamanya karena lama tidak masuk akibat cedera yang ia alami. Lagipula dia memang ingin segera keluar dari sana karena si Bos sangat pelit dan menyebalkan. Beruntung, di dekat Kampusnya banyak sekali kafe dan toko yang mencari pekerja paruh waktu.
Jay memilih untuk melamar di toko barang antik, alasannya? Karena tidak banyak anak muda akan datang ketempat seperti itu. Dia sedikit lelah jika bekerja di kafe, restoran atau semacamnya karena setiap hari ada saja orang-orang yang menggoda Jay.
Letak toko itu sebenarnya cukup strategis, berada di jalan kecil disamping bangunan Universitas Hypen. Tulisan "Sedang Mencari Pekerja" tertulis dengan jelas dikaca etalase depan. Bangunannya agak kuno dengan aksen kayu dimana-mana, mungkin karena itu toko barang antik membuatnya sangat kontras dengan bangunan-bangunan modern disekelilingnya.
"Masih ada ya toko seperti ini sekarang?" Gumam jay dalam hati.
"Permisi?" Ucap jay saat memasuki toko, dia membunyikan lonceng kuno yang ada di meja kasir depan.
Seorang pria yang terlihat berusia 20 an datang menghampiri Jay. Dia menanyakan maksud tujuan Jay datang kesana.
"Ada yang bisa kubantu? Wah jarang sekali ada manusia seumuran mu datang ke sini"
"Aku melihat itu..." Jay menunjuk pengumuman yang di tempel di Etalase Kaca.
"Aaah kamu ingin melamar pekerjaan?"
"Iya."
"Duduk." Pria itu mempersilakan Jay duduk di kursi dekat kasir lalu menyuguhinya sekaleng americano dingin.
"Siapa namamu?"
"Namaku Jay." Jay memberikan kartu identitas dan surat lamarannya.
"Hmmm, kamu mahasiswa taun kedua universitas Hypen, sudah kusangka, tidak jauh dari sini."
"Iya benar, aku melamar disini karena dekat dengan kampusku."
"Anakku juga mahasiswa tahun pertama disana."
"Oh begitu..." Jay menjawab calon atasannya dengan sopan "Tunggu, apa?" Dia terkejut dengan fakta bahwa orang dihadapannya ini sudah cukup tua untuk memiliki anak seusia dirinya.
"Iya anak tunggalku..."
"Aku kira anda hanya beberapa tahun lebih tua dariku."
"Apa aku terlihat semuda itu?"
"Iya bapak terlihat sangat muda dan tampan." Nada bicaranya kontras berubah menjadi lebih formal dan kaku.
"Baiklah kamu diterima." ucapnya dengan tersenyum lebar seakan sudah mendapatkan Jackpot.
"Semudah itu?" Gumam Jay dalam hati.
"Oh iya aku lupa memperkenalkan diri, namaku Daniel de Flamma, santai saja berbicara denganku karna katamu aku terlihat masih muda" Daniel menjabat tangan Jay.
"Bbaik pak."
"Kamu bisa mulai bekerja disini besok."
Bos yang aneh.
ㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
9 Lives
Fanfiction"Kamu tau? Sebelum kamu muncul dihadapanku, aku sedang berdoa pada tuhan" "Apa" "For give me love or luck, dan kamu muncul dihadapanku atas jawaban keduanya" Juny telah menjalani kehidupannya dengan penuh kesia-siaan. Merasa bersalah atas hal yang t...